Meski dengan tangan lemah, hati kecil dan angan yang sederhana, ingin rasanya berbuat banyak untuk negeri ini. Blog ini semata-mata hanya sebagai media komunikasi dalam keluarga, masyarakat, tempat kerja, mahasiswa, dan siswa-siswi tercinta. Semoga semua bisa memanfaatkan dan lebih dari itu "mengambil hikmah". Teriring salam dari keluarga kecil kami "bambangds".
Rabu, 31 Juli 2013
Menganalisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Standar Kompetensi
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
Kompetensi Dasar
2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat
Indikator
Kognitif
1. Menyebutkan tata urutan perkenalan saat menjadi moderator suatu seminar
2. Menjelaskan tugas dan fungsi seorang moderator
3. Menggunakan teknik memimpin sidang saat menjadi moderator
Afektif
4. Menanggapi permasalahan dalam cerpen dengan sikap bersungguh-sungguh
5. Mengimplementasikan nilai dalam cerpen pada kehidupan sehari-hari
Psikomotor
6. Mengerjakan tugas tepat waktu dan memenuhi kriteria kebenaran
Tugas:
1. Pilihlah satu judul cerpen yang Anda sukai!
2. Tentukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, setting, alur, nilai, dan amanat)!
3. Tentukan unsur ekstrinsiknya (latar kepengarangan penulis, keyakinan penulis dan masyarakat pembaca)!
Selamat mengerjakan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
60 komentar:
1. Judul cerpen yang dipilih yaitu "Panjang Uratnya" karya M. Kasim
2. Unsur-unsur intrinsik
a. Tema : Komedi
b. Setting
b.1. Tempat : rumah sakit, ruang praktek dokter.
b.2. Waktu : -
b.3. Suasana : kesakitan yaitu pada saat tokoh Malin Sabar mengalami sakit gigi yang tidak kunjung sembuh, ketakutan dan tegang saat tokoh Malin Sabar menunggu giliran cabut gigi di rumah sakit, sebal ketika dokter gigi yang mencabut giginya menggunakan cara paksa.
c. Alur : alur cerita maju.
d. Nilai :
d.1. "Malin Sabar menderita sakit gigi, ia mencoba obat-obatan yang dijual secara umum,tetapi tidak berhasil", pada kenyataannya hampir setiap orang yang mengalami sakit gigi mencoba berbagai obat, tetapi tidak semua obat tersebut manjur.
d.2. "Malin Sabar takut mencabutkan giginya ke dokter gigi",perlu diketahui mayoritas penderita sakit gigi mengkhawatirkan rasa sakit bila mencabutkan gigi ke dokter. Sedangkan si era modern sekarang, sudah ada obat bius atau anaestesi untuk mengurangi rasa sakit tersebut.
d.3. "Saat sakit gigi yang dirasakan Malin Sabar semakin sakit,barulah ia pergi ke dokter gigi", pada umumnya masyarakat kita cenderung tidak menghiraukan penyakit yang dianggap remeh,dan mereka baru memeriksakan diri manakala penyakit itu semakin parah.
d.4. "Di ruang praktek dokter gigi,Malin Sabar berdebar-debar dan ketakutan ketika melihat perkakas milik dokter",rasa takut dan berdebar (nervous) sering dialami oleh pasien dokter gigi manakala berada didalam ruang praktek,hal ini wajar adanya karena secara visual pasien menyaksikan langsung alat apa saja yang akan masuk kedalam mulutnya dan mencabut giginya,dan aspek visual ini dapat menimbulkan stress ataupun rasa takut.
e.Amanat :
e.1.Jangan meremehkan penyakit yang Anda alami dan segera periksakan kepada dokter.
e.2. Jangan mencoba sembarang obat yang dijual di pasaran, karena belum tentu obat tersebut sesuai dengan gejala penyakit yang dialami.
3. Unsur ekstrinsik
a. Latar kepengarangan penulis :-
b. Keyakinan penulis : -
c. Keyakinan masyarakta pembaca : -
Pak Bambang, Saya kirim tugas saya lewat email saja ya Pak, supaya lbh enak dbaca. Terimakasih... :)
1. Judul cerpen yang saya pilih : “Menjaring Matahari” karya Ledy Triananda
2. Unsur Intrinsik:
a. Tema : Persahabatan
b. Setting / Latar :
- Tempat : Panti asuhan, di bawah pohon akasia, Jalan raya, dan Puskesmas.
- Waktu : Pagi hari, Siang hari, Sore hari, dan Malam hari
- Suasana :
1. Bahagia, yaitu saat Erna, Puri, Dian, Beta, Garuda, Mukhlis, Jundi, dan Suryo sedang bersendau gurau dan membicarakan tentang mimpi mereka masing-masing di bawah pohon akasia sambil menikmati indahnya suasana senja
2. Sedih, yaitu saat Erna, Puri, Dian, Beta, Garuda, Jundi, dan Suryo melihat Mukhlis pingsan serta dipenuhi luka karena tertabrak truk dan kakinya patah.
3. Menegangkan, yaitu saat mereka berlari membawa Mukhlis ke Puskesmas, mereka takut jika nyawa Mukhlis tidak tertolong.
4. Bersemangat, yaitu saat Erna, Puri, Dian, Beta, Garuda, Jundi, dan Suryo bekerja di jalanan demi membayar uang pengobatan Mukhlis yang sedang sakit. Mereka rela lelah menjajakan koran dan mengemis di jalanan demi temannya selamat.
c. Alur: Maju
d. Nilai:
1. ”Kami selalu bersama, jua membangun persahabatan yang akan terpahat selamanya di benakku.” Berdasarkan cuplikan tersebut, cerpen ini mengandung nilai persahabatan dan kebersamaan. Sama hal nya di dunia, setiap orang ingin membangun sebuah persahabatan yang kokoh. Tetapi, juga masih ada yang belum mengerti akan pentingnya persahabatan, sehingga menjadikan mereka hidup individu tanpa mengerti orang lain.
2. ”Aku dan ketujuh sahabatku akan mengejarnya, generasi kamilah yang akan membuat Negeri kami berubah lebih berarti.” Dari cuplikan tersebut, cerpen tersebut mengandung nilai semangat juang dalam meraih cita-cita. Pada kenyataan di dunia, setiap orang pasti memiliki cita-cita dan harapan yang tinggi, namun tidak semua dari mereka dapat meraihnya karena kurangnya perjuangan.
3. ”Pada dasarnya, kami terlahir dengan nasib yang sama, yaitu yatim piatu.” Di cerpen tersebut digambarkan tentang nilai kehidupan. Pada kenyataannya di dunia, banyak manusia juga bernasib sama seperti dengan yang digambarkan di cerpen, namun mereka hanya pasrah saja, tidak ada perjuangan untuk bangkit. Tapi sebenarnya, kekurangan itu tidak akan menghambat kesuksesan.
4. ”Tiba-tiba yang membuatku terkejut adalah saat Mukhlis hendak menyebrang. Entah bagaimana kejadiannya, truk yang melaju kencang dari arah yang sama menabrak Mukhlis.” Dari cuplikan tersebut, digambarkan tentang sifat manusia yang kurang hati-hati dan terburu-buru. Sama hal nya di dunia, manusia sering melakukan hal yang terburu-buru, ceroboh, dan tidak hati-hati sama sekali. Banyak dari mereka tidak berfikir sebelum bertindak serta tidak memikirkan akibat dari kecerobohan itu. Sehingga, sikap ketidak hati-hatian masih menjadi hal yang sering dijumpai.
5. ”Akhirnya, aku dan teman-temanku ke luar area puskesmas. Mulai bekerja mencari uang untuk membayar pengobatan Mukhlis.” Cerpen tersebut juga mengandung nilai pengorbanan. Pada kenyataan di dunia, setiap orang pasti akan rela berjuang demi keselamatan orang lain. Mereka tidak akan bisa hidup sendiri.
e. Amanat :
1. Syukuri dengan apa yang kita miliki.
2. Gapailah cita-cita setinggi mungkin, tidak hanya setinggi matahari saja.
3. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
4. Jangan menyerah dan jangan mudah putus asa untuk menjadi maju, terus berusaha dan berdoa.
5. Tolonglah sahabat yang membutuhkan.
6. Manfaatkan segala kesempatan untuk hal yang berguna.
7. Jangan hanya melihat kekurangan saja, itu hanya akan menghambat kemajuan.
8. Menjalani kehidupan di dunia itu mudah, asalkan ada usaha.
9. Segala masalah pasti akan ada jalan keluarnya.
3. Unsur Ekstrinsik:
a. Latar Kepengarangan Penulis : - (Tidak dicantumkan)
b. Keyakinan Penulis : Penulis mengangkat cerita ini didasarkan atas peristiwa yang pernah ia lihat, sehingga cerita tidak jauh berbeda dari kenyataan yang ada dalam kehidupan.
c. Masyarakat Pembaca : Sebagian masyarakat masih ada yang memiliki keadaan sama seperti yang diceritakan pada cerpen tersebut. Maka, cerpen ini mengangkat cerita tentang gambaran kehidupan yang mereka alami.
1. Kepulangan TKW.
2. Tema : Percayalah pada niat baikmu.
Setting :
● Tempat -> Dalam bis(dalam perjalanan) dan di kampung.
● Waktu -> Tiga tahun setelah kepergian martini ke Arab Saudi.
● Suasana -> diawal cerita suasana yang timbul basa saja, tetapi pada pertengahan cerita suasana yang timbul menegangkan karena adanya konflik yang timbul ketika tokoh utama bermimpi.
Alur : alur cerita itu adalah alur maju(episode) karena jalan cerita dijelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh bermimpi, pada mimpinya timbul suatu pertentangan yang berlanjut ke konflik(klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks dan pada akhir cerita terdapat penyelesaian.
Penokohan :
● Siti -> Wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras, bertanggung jawab terhadap keluarga, hal ini di tunjukan dari penjelasan tokoh,penggambaran fisik tokoh serta.
● Pak Koko -> Tidak bertanggung jawab terhadap keluarga.
● Budi -> Patuh terhadap orang tua.
● Mbok -> sabar
Sudut Pandang : Menggunakan sudut pandang Orang ketiga.
Amanat :
● Seharusnya suami bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi anak dan istrinya.
● Jangan dulu bersikap su’udzon kepada seseorang bila belum ada buktinya
● Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan membuahkan hasil yang baik
● Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah swt
Nilai :
● Nilai moral : Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama manusia, karena husnudzon mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang baik.
● Nilai Sosial: Jabatan setinggi apapun atau sekaya apapun seseorang, sepatutnya tetap menghargai sesame manusia tak terkecuali TKW/pembantu. Alangkah baiknya seseorang saling berinteraksi telah mengenali satu sama lainnya.
● Nilai Agama: Betapapun beratnya permasalahan yang kita hadapi, alangkah baiknya kalau kita kembalikan pada tuhan. Kesabaran sangatlah penting untuk kita jaga demi tentramnya hidup kita. Di balik permasalahan, pasti ada hikmah yang bikin kita bahagia.
3. Latar kepengarangan penulis : -
Keyakinan penulis : Penulis mengangkat cerita ini didasarkan atas peristiwa yang pernah ia lihat, sehingga cerita tidak jauh berbeda dari kenyataan yang ada dalam kehidupan.
Masyarakat pembaca : Sebagian masyarakat masih ada yang memiliki keadaan sama seperti yang diceritakan pada cerpen tersebut. Maka, cerpen ini mengangkat cerita tentang gambaran kehidupan yang mereka alami.
Pak jika punya saya kurang enak dibaca saya lewat E-mail juga ada.Makasih
Nama : Giovani Misyella A.S
Kelas/No : X Aks 1 / 9
1. Judul cerpen : Preman Takut Ulat.
2. Unsur Intrinsik cerpen :
a. Tema : Kehidupan anak sekolah.
b. Setting/Latar :
* Latar waktu :
- Saat istirahat sekolah, bukti terdapat pada kalimat : Dion mengagetkan Nano yang sedang menghabiskan saat istirahatnya dengan membaca buku.
- Kemarin, bukti terdapat pada kalimat : Kemarin aku beli permen di kantin, tahu-tahu Dion datang dan minta dibelikan permen juga.
- Saat kerja bakti, bukti terdapat pada kalimat : Ruri dan teman-temannya membersihkan sekolah dengan ceria saat kerja bakti.
- Pukul empat kurang lima menit, terdapat pada kalimat : Waktu menunjukkan pukul empat kurang lima menit, Nano berjalan pelan ke lapangan diikuti oleh teman-temannya.
* Latar tempat :
- Kantin, bukti terdapat pada kalimat : Kemarin aku beli permen di kantin, tahu-tahu Dion datang dan minta dibelikan permen juga.
- Taman sekolah, bukti terdapat pada kalimat : Nano dan beberapa teman lainnya menanam pepohonan di taman sekolah.
- Sumur belakang sekolah, bukti terdapat pada kalimat : Seusai kerja bakti, Ruri membersihkan tangan dan kakinya di sumur belakang sekolah.
- Lapangan dekat sekolah, bukti terdapat pada kalimat : Dion sudah menunggu kedatangan Nano di lapangan dekat sekolah sebelum pukul empat sore.
* Latar suasana :
- Menakutkan, bukti terdapat pada kalimat : Nano menatap Dion yang berdiri dengan tampang galak di hadapannya. Nyalinya ciut seketika.
- Ceria, bukti terdapat pada kalimat : Ruri dan teman-temannya membersihkan sekolah dengan ceria saat kerja bakti.
- Mengkhawatirkan, bukti terdapat pada kalimat : Ruri merasa sangat khawatir dengan keadaan Nano saat dipukul sampai terjatuh oleh Dion.
- Menggelikan, bukti terdapat pada kalimat : Nano, Ruri dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihat Dion menjerit ketakutan saat melihat ulat di bahunya.
c. Alur cerita : Alur maju, dengan urutan sebagai berikut :
1) Awal/perkenalan : Dion adalah teman sekolah Nano dan Ruri.
2) Tikaian : Sifat Dion kurang baik. Dion suka memaksa, kasar, dan merebut barang milik teman-temannya.
3) Rumitan : Dion menantang Nano untuk berkelahi di lapangan dekat sekolah karena Nano tidak sengaja menabrak Dion.
4) Puncak/Klimaks : Dion memukul Nano yang bertubuh kecil hingga terjatuh.
5) Leraian/Antiklimaks : Nano melempari Dion dengan ulat, tidak disangka Dion takut ulat dan menjerit ketakutan.
6) Akhir cerita : Dion mengakui kesalahannya. Ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengganggu teman-temannya lagi.
(Saya lanjutkan jawabannya di comment selanjutnya ya Pak)
Nama : Giovani Misyella A.S
Kelas/No : X Aks 1 / 9
Lanjutan Jawaban :
2. Unsur Intrinsik cerpen :
d. Nilai :
- Nilai kesabaran, bukti terdapat pada kalimat : Teman-teman Dion tetap sabar dan mau menerima Dion walaupun mereka sering diganggu.
- Nilai gotong royong, bukti terdapat pada kalimat : Nano dan semua teman sekolahnya bergotong royong kerja bakti membersihkan sekolah.
- Nilai keberanian, bukti terdapat pada kalimat : Nano berani menghadapi Dion walaupun Nano lebih kecil dan lemah daripada Dion.
- Nilai kejujuran, bukti terdapat pada kalimat : Pada akhirnya Dion mau mengakui kesalahnnya pada teman-temannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
e. Amanat :
- Kita tidak boleh meremehkan orang lain yang lebih kecil dan lebih lemah dari kita.
- Kekuatan yang kita miliki hendaknya kita pergunakan dengan baik untuk menghasilkan kebaikan bagi diri pribadi dan sesama.
- Apabila orang lain menyakiti kita, kita harus tetap sabar dan tidak menaruh dendam kepada yang menyakiti kita.
3. Unsur Ekstrinsik cerpen :
a. Latar kepengarangan penulis : Bercanda itu asyik dan menyenangkan, namun kita harus ingat kalau bercanda itu ada batasnya. Jangan sampai lelucon yang kita sampaikan menyakiti perasaan orang lain. Berdasarkan latar ini, penulis menulis cerpen mengenai kehidupan anak sekolah yang penuh dengan canda tawa. Pada awalnya memang hanya berawal dari bercanda, tetapi lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan dan menyakiti orang lain, seperti yang terjadi pada Dion. Sebenarnya Dion hanya bermaksud untuk bercanda dengan temannya, namun pada akhirnya justru itu menjadi masalah bagi teman-temannya.
b. Keyakinan penulis : Penulis meyakini bahwa kejadian ini banyak ditemui di kalangan pelajar. Banyak pelajar yang hanya bercanda, namun berujung pada kemarahan dan permusuhan, sehingga dituangkan dalam bentuk cerpen yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
c. Keyakinan masyarakat pembaca : Dalam kehidupan sehari-hari, kejadian seperti ini sering ditemukan dalam kehidupan antar pelajar dan masyarakat luas. Cerpen Preman Takut Ulat merupakan salah satu bentuk cerita yang diambil berdasarkan pengalaman kehidupan masyarakat saat ini.
Nama : Kirana Pawitra Nareswari
Kelas/No. : X AKS I / 11
Judul cerpen : Keinginan Terakhir karya Lexie Xu
1.Tema : Misteri.
2.Latar :
a. Tempat :
• Kantin sekolah
Bukti pada kalimat :
‘’Setelah mencari-cari beberapa waktu, aku menemukan cowok itu, sedang mengenakan jaket hitam, duduk di pojokan kantin dengan muka keruh. “
“Jadi aku memberanikan diri dan duduk di hadapannya.”
• Rumah Christopher
Bukti pada kalimat :
“ Kusadari bahwa kami sudah berhenti di depan rumah Christopher.”
“Aku mengikuti Chrstopher measuki rumah besar yang gelap itu”
b. Waktu :
• Jam istirahat pelajaran
Bukti pada kalimat :
“ Bel seharusnya sudah berbunyi, tapi anak-anak masih berkeliaran disana.”
• Saat pulang sekolah
Bukti pada:
Christopher pulang ke rumahnya bersama Feby, dan Feby sudah tidak mengenakan seragam sekolah lagi.
c. Suasana :
• Gelisah
Bukti :
Christopher gelisah karena is belum memiliki cara yang tepat untuk mengurus mayat kedua orangtuanya tersebut.
• Mengagetkan
Bukti :
Christopher kaget ketika tiba-tiba Christabel pulang ke rumah.
• Tegang
Bukti :
Feby dan Christopher mengetahui bahwa Christabel, kakak Christopher adalah orang yang membunuh kedua orangtuanya.
• Mengharukan
Bukti :
Feby akhirnya dapat memenuhi semua daftar keinginannya.
3. Penokohan:
• . Feby :
- Ringan tangan = Feby meluangkan waktunya untuk membantu Christopher, temannya.
- cerdik = Feby banyak memberi ide kepada Christopher.
- Fokus = sebenarnya Feby sangat senang karena dapat menaiki mobil Christopher, namun karena sedang ada di suasana yang serius, ia mengurungkan niatnya untuk mengekspresikan kegembiraannya.
• Christopher :
- Pemberani = Ia tidak takut pada kedua mayat orangtuanya.
- Cerdik = Ia memiliki banyak ide-ide yang logis.
- Pemaaf = Ia tidak benci kepada ibunya karena telah menceraikan ayah kandungnya demi bersama seorang pengusaha kaya.
• Christabel :
- Egois = Ia membunuh ibu dan ayah tirinya demi kepentingan dirinya sendiri.
- Susah untuk mengendalikan emosi = Saat Feby membereskan koper Christabel, tiba-tiba Christabel ingin membunuhnya dengan pisau.
(saya lanjutkan pada comment selanjutnya)
Lanjutan :
4. Alur : Alur maju
Yaitu :
• Perkenalan : Feby memandangi daftar terakhir keinginannya tersebut untuk dipenuhi sehingga ia menemui Christopher.
• Tikaian : Orangtua Christopher yang bercerai karena ibunya ingin bersama seorang pengusaha kaya raya.
• Rumitan : Christabel hidup secara tidak benar karena ia tidak memiliki teman dan selalu dikucilkan oleh semua orang karena memiliki ibu yang menikah lagi.
• Konflik : Christabel membunuh ibu dan ayah tirinya dengan pisau.
• Antiklimaks : Christopher dan Feby mengetahui bahwa pembunuh ibu dan ayah tiri Christopher adalah Christabel.
• Akhir cerita : Mereka menaruh jenazah orangtua Christopher di dalam garasi.
5. Nilai dalam cerita :
• Nilai Perjuangan = Feby berjuang untuk memenuhi semua daftar keinginannya. Seperti pada dunia nyata, kita juga harus berjuang untuk memenuhi keinginan kita.
• Nilai Kepedulian = Saat Christopher bingung dalam mengurus jenazah orangtuanya, Feby membantunya. Di kehidupan nyata, kita harus peduli kepada setiap orang yang membutuhkan.
• Nilai Ekonomi = Ibu Christopher menikah lagi dengan seorang pengusaha kaya. Sekarang banyak orang yang mengesampingkan hal-hal yang lebih penting demi harta kekayaan.
6. Amanat :
• Keegoisan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
• Kita tidak boleh cinta pada harta kekayaan sehingga kita mengesampingkan banyak hal yang sebenarnya lebih penting dari harta.
• Orangtua kita adalah orang yang telah membesarkan kita, jadi kita harus mengormatinya dan mencintai mereka dengan tulus
• Jangan menjadi orang yang pendendam.
• Kita harus saling peduli terhadap semua orang karena kita tidak hidup sendiri.
• Hubungan pertemanan harus dipelihara secara baik.
• Apabila kita memiliki keinginan, kita harus berjuang untuk menggapainya.
• Kita harus dapat mengendalikan emosi kita supaya tidak memperparah keadaan.
7. Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai berbagai reaksi masyarakat dalam menghadapi setiap masalah dan bagaimana masyarakat mengatasi masalah tersebut. Sehingga ia menulis cerpen yang mengandung masalah-masalah yang harus diselesaikan.
8. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa setiap manusia selalu memiliki cara tersendiri dalam menghadapi setiap masalah yang timbul untuk dapat dipecahkan sehingga ia menggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.
9. Masyarakat pembaca : Cerpen ini juga mengandung sifat-sifat masyarakat dalam menghadapi berbagai situasi dalam hidup. Cerpen Keinginan Terakhir diangkat dari beberapa pengalaman masyarakat saat ini.
Mohon maaf sebelumnya Pak Bambang. Jika komentar saya diatas kurang jelas, untuk lebih jelasnya Bapak bisa membuka di blog saya dengan link berikut http://tejanugrahamp4.blogspot.com/2013/08/tugas-menganalisis-unsur-intrinsik-dan.html
Anindya Widi Prabandari
X Aks 2-01
1. Pilihlah satu judul cerpen yang Anda sukai!
> Cerpen yang dipilih berjudul "Payung Menari" karya Venny Mandasari.
2. Tentukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, setting, alur, nilai, dan amanat)!
> Tema : Kehidupan sosial
> Setting/Latar :
a) Tempat : Pusat perbelanjaan (mall), trotoar di depan salah satu toko, pelataran parkir, toko khusus pakaian anak, rumah Kakak, dan teras belakang rumah Kakak.
b) Waktu : Sore hari
c) Suasana : Damai ketika si Kakak melihat Alya menawarkan payung, menegangkan ketika si Wanita memberi uang dengan cara melemparnya kepada Alya, tentram dan menyenangkan ketika si Kakak dan Alya mengobrol di trotoar, dan mengharukan ketika Alya dan si Kakak berbincang-bincang di teras belakang.
> Alur : Mundur Maju (Campuran)
> Nilai :
a) “Payungnya, Kak?” suaranya menyentakkan lamunanku. Saat itu aku memang menunggu hujan berhenti. Aku baru saja berbelanja banyak pakaian model terbaru” Hal ini menunjukkan masih terdapat perbedaan keadaan ekonomi yang sangat mencolok. Banyak orang yang hanya menghabiskan waktu luangnya bersenang-senang di mall sedangkan di luaran sana tidak sedikit anak-anak jalanan yang banting tulang bekerja demi mempertahankan hidupnya.
b) “Kupikir dia akan kecewa menunjukkan wajah cemberutnya atas penolakanku. Gadis kecil bermata cokelat dengan tubuh kuyup itu malah tersenyum menunjukkan kedua lesung pipinya sebelum berlalu.” Sering kita temui pengamen atau peminta-minta yang justru menggerutu bahkan memaksa ketika mereka tidak diberi uang. Tetapi berkebalikan dengan Alya (si ojek payung) yang berbesar hati dapat menerima dan tersenyum ramah kepada orang yang tadi ia tawarkan.
c) “Wanita itu melempar selembar uang seribu yang lusuh tanpa ucapan terima kasih” Hal yang tidak baik ini juga kerap terjadi. Karena faktor terburu-buru atau malas kita hanya menanggapi orang semau kita saja. Padahal tentu kita akan marah jika dilakukan seperti itu oleh orang lain.
d) “Rasanya trenyuh mendengarnya mengatakan, “Cari uang untuk Ibu.”” Dari cuplikan tersebut dapat kita ketahui anak jalanan yang bekerja demi menafkahi keluarganya. Karena orangtuanya sudah tidak mampu lagi bekerja, mungkin karena factor umur ataupun sakit. Ada juga yang bekerja karena dipaksa bekerja oleh orangtuanya sendiri.
e) “…karena telah memaafkanku. Karena kamu, aku berbuat satu kebaikan selama hidupku” Pada kenyataannya tidak semua hal kita pelajari di sekolah. Banyak hal yang membuat kita sadar dan merubah kita kearah yang lebih baik justru kita dapatkan dari lingkungan di sekeliling kita. (c-)
Anindya Widi Prabandari
X Aks 2-01
(-c)
> Amanat :
a) Sudah seharusnya kita bersyukur terhadap apa yang kita miliki. Kita sebagai anak dengan ekonomi yang cukup, hanya ditugaskan belajar saja terkadang mengeluh. Banyak anak di luaran sana yang tidak bisa merasakan bangku sekolah karena terpaksa bekerja demi membiayai kebutuhan hidup.
b) Hargailah sesama manusia. Jangan lihat darimana ia berasal, bagaimana keadaan ekonominya, kekurangan pada dirinya dan sebagainya, karena sebenarnya semua manusia itu sama di mata Tuhan. Yang membedakan hanyalah amal perbuatannya. Maka hargailah orang lain jika kamu juga ingin dihargai.
c) Hendaknya kita mengajak teman kita juga turut berbuat kebaikan. Jika dia masih berada di jalan yang salah, hendaknya disadarkan.
d) Jadilah orang yang berlapang dada dan mau menerima maaf.
e) Belajarlah tentang hidup dari lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
f) Tolonglah orang yang kurang mampu.
3. Tentukan unsur ekstrinsiknya (latar kepengarangan penulis, keyakinan penulis dan masyarakat pembaca)
> Latar kepengarangan penulis : Penulis cerpen ini adalah seorang penderita penyakit Dystonia, yaitu penyakit langka yang belum diketahui bagaimana cara penyembuhannya. Ia menulis cerpen ini ingin menunjukkan walau hidup sulit tetapi masih terdapat secercah kebahagiaan bagi siapa yang mensyukurinya. Hidup harus terus dijalani, jangan mudah mengeluh dan intinya sang penulis ingin memotivasi pembaca melalui tulisannya
> Keyakinan penulis : Penulis yakin melalui cerpennya, ia dapat menginspirasi yang membaca. Selain relevan dengan kehidupan saat ini, ia mengajarkan kita untuk tidak selalu melihat kekurangan tapi juga cobalah untuk mengambil kelebihan dan pahami hikmah di balik semua cobaan hidup ini.
> Masyarakat pembaca : Pembaca yang memang menyukai cerita dengan tema sosial yang menyangkut kehidupan biasanya akan memetik pelajaran yang terdapat dalam cerpen ini. Karena masalah-masalah yang ditimbulkan juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
(Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat disini Pak http://anindyaw.blogspot.com/2013/08/tugas-b-indonesia-menganalisis-unsur.html terima kasih.)
Robertus Bintoro
X Aks-2/13
1. Identitas Cerpen
- Judul : Jomblo Is You
- Penulis : Zacky Mubarok
2. Unsur Intrinsik
a. Tema : Perjuangan mencari cinta.
b. Setting :
• Waktu
- Dahulu Kala, "Dahulu kala, sebelum bulu kumis tumbuh dan bulu ketek membeludak."
- Saat kelas 3 SMP, "Misalnya sewaktu aku kelas tiga SMP,"
- Saat pulang Sekolah, "Sewaktu pulang sekolah,"
- Saat kelas 2 SMA, "Dan waktu aku menginjak kelas dua SMA,"
- Sore hari, "..disuatu senja yang mengesankan,"
- Saat kelas 3 SMA, "..saat aku mulai duduk di kelas tiga,"
- Siang hari, "..di suatu siang."
• Tempat
- Gerbang sekolah, "aku menunggunya di gerbang sekolah."
- Rumah Luna, ".. aku pergi kerumah Luna.."
- Warnet sebelah kos, "..menuju warnet di sebelah tempat kosku."
• Suasana:
- Gugup, "Dan seperti melihat kereta yang berjalan begitu cepat membelah kegugupan, mulutku berucap pelan, penuh arti. Lebih tepatnya penuh busa karena aku sangat gugup gemetaran."
- Menegangkan, "Jantungku berdebar hebat, seperti ditubruk gelombang tsunami tubuh ini."
c. Alur : Kilas Balik
d. Nilai
- Nilai keberanian, (Tokoh telah berani mengungkapkan perasaan meski mengetahui kemungkinan akan ditolak)
- Nilai Ketabahan, (Tokoh utama menerima dengan lapang dada segala hinaan yang diterimanya)
e. Amanat
- Jangan menyerah dalam mengejar impian.
- Terimalah dirimu apa adanya.
- Hati tulus akan membawa kebahagiaan.
- Kegagalan itu kebodohan yang di pelihara.
3. Unsur ekstrinsik
a. Latar belakang penulis
Penulis adalah pelajar Indonesia yang memiliki pengalaman mengenai kisah cinta dimasa remaja.
b. Keyakinan penulis
Cerita yang ditulis adalah kisah nyata yang dialami penulis, sehingga tidak mungkin diragukan lagi.
c. Masyarakat pembaca
Masyarakat pada umumnya (terutama remaja) mengalami kisah yang sama dengan penulis, sehingga cerita ini mengangkat dari keadaan masyarakat pada umumnya.
Tugas lengkap dapat dilihat pada
http://robetbin.blogspot.com/2013/08/2nd-assignment-analisis-cerpen.html
Rafri Dinda Berbudi Mulia
X Aks 1 / 15
1. Judul cerpen: “Misteri Hilangnya Kalung Maura” karya Pratiwi Ambarwati
2. Unsur Intrinsik :
a. Tema : Persahabatan
b. Setting / Latar :
- Tempat : Kelas, rumah Maura
- Waktu : Dua minggu lalu, tiga hari kemudian, siang hari
- Suasana :
1. Bahagia, yaitu saat ada sepasang murid baru di kelas dan saat Maura dan teman-temannya menikmati pesta ulang tahun Maura
2. Panik, yaitu saat Maura kehilangan kalungnya.
3. Menegangkan, yaitu saat Pinki dikira mencuri kalung Maura, padahal yang sebenarnya mencuri adalah Pinka
4. Tenang, yaitu saat Maura percaya dan tidak ikut menuduh Pinki sebagai pencuri kalung.
c. Alur : Mundur
d. Penokohan :
- Audry : Peduli terhadap orang lain, supel
- Maura : Cerdas, tidak mudah percaya, suka menganalisis, rendah hati dan tidak sombong
- Pinka : Suka berbohong dan mengambil barang yang bukan miliknya
- Pinki : Jujur, cengeng
- Bik Imah : Jujur, berani
- Bu Guru Clara : Bijaksana
d. Nilai :
1. Cerpen ini mengandung nilai persahabatan dan kebersamaan. Dapat dibuktikan ketika Maura mengadakan pesta ulang tahun, semua teman sekelasnya diundang. Kemudian ketika kalung Maura hilang, semua ikut membantu dalam proses pencarian. Walaupun Pinka telah mencuri kalung Maura, tapi Maura tidak membenci Pinka. Ia hanya menegur. Sama halnya dengan kehidupan nyata, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri. Kita harus saling membantu terhadap orang lain.
2. Ketika Audry melihat kalung Maura tidak ada di lehernya, ia cemas dan langsung bertanya kepada Maura dimana kalung tersebut. Itu menunjukan bahwa mereka peduli satu sama lain. Tidak egois dan tidak ada rasa iri di antara mereka.
3. Nilai kejujuran juga terkandung dalam cerpen ini. Ketika kalung Maura hilang, Bi Imah mengaku bahwa dia melihat kejadian saat kalung Maura dicuri. Tetapi Pinka, si pencuri, dia tidak mengaku dan hanya diam saja. Dalam kehidupan sehari-hari, kejujuran itu sangat penting. Bila dunia dipenuhi dengan kebohongan-kebohongan, tidak ada yang saling percaya, maka dunia akan menjadi tidak karuan..
4. Audry bangga terhadap Maura karena selain cantik, ia juga cerdas. Bahkan yang memecahkan misteri hilangnya kalung Maura, dia sendiri. Dengan bantuan orang lain pastinya. Audry tidak senggan untuk memuji kelebihan Maura. Meskipun Maura telah dipuji, dia tidak sombong dan tetap rendah hati. Dia Seperti halnya kita, jika memang orang lain lebih baik daripada kita, tak perlu lah kita merasa iri dan dengki. Akuilah kelebihan orang lain, dan jadikan mereka contoh agar kita bisa lebih baik dari mereka. Dan ketika kita dipuji, bersyukurlah dan jangan menghilang-hilangnkan apa yang memang ada dalam diri kita.
5.Maura mengaku, apa yang ia lakukan ketika memecahkan misteri hilangnya kalung itu merupakan penerapan dari ilmu IPA yang ia dapat di sekolah. Ilmu yang kita pelajari di sekolah ternyata sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam belajar, kita tidak hanya mengerti ilmu-ilmu yang kita dapat, tapi juga dipraktekan karena dari situlah ilmu memberikan manfaat.
bersambung....
e. Amanat :
1. Jadilah sahabat yang baik, saling membantu, tidak menusuk dari belakang.
2. Jagalah kepercayaan orang lain terhadap kita, karena sekali kita berbohong maka akan sulit orang untuk percaya lagi dengan kita.
3. Jangan takut jika kita memang benar
4. Kejujuran itu penting, berusahalah menjadi orang yang selalu jujur. Kejujuran akan menang atas kebohongan.
5. Jangan mudah panik jika sesuatu yang buruk terjadi, tenangkan pikiran agar kita dapat berpikir dengan jernih.
6. Ketika kita kehilangan sesuatu, jangan langsung menuduh orang lain yang mencuri atau melakukan tindakan kejahatan. Carilah fakta-fakta dan bukti-bukti terlebih dahulu.
7. Jangan sembarangan dalam menaruh sesuatu, karena jika kita lupa atau sesuatu itu hilang, kita sendiri yang akan susah.
8. Serahkan semuanya kepada Allah Swt. Kita cukup usaha dengan sekuat tenaga dan berdoa. Segala sesuatu Allah yang menentukan.
9. Jika kita mendapat cobaan, bersabarlah. Semua masalah ada jalan keluarnya.
10. Persahabatan itu penting, jangan pernah memutus tali persaudaraan, baik dengan teman, sahabat, dan lain-lain. Teman seribu itu kurang, musuh satu itu terlalu banyak.
3. Unsur Ekstrinsik :
a. Latar Kepengarangan Penulis : -
b. Keyakinan Penulis : - Cerpen ini ditulis berdasarkan cerita-cerita di lingkungan sekitar yang mungkin sering terjadi.
c. Masyarakat Pembaca :Dalam kalangan remaja tentunya, persahabatan amatlah penting. Didalam persahabatan sering kali muncul masalah masalah yang kadang membuat persahabatan itu goyah. Dalam cerpen tersebut diceritakan tentang problema persahabatan terutama masalah kejujuran. Di dalam kehidupan kita sehari-hari, kejujuran juga amatlah penting.
Nama : Berlian Utaminingtyas
Nomor: 3
kelas: X aks 2
Identitas cerpen :
Judul : BANGKIT
Karangan: Alfred Pandie
Diambil dari : Cerpenmu.blogspot.com
1. Unsur Intrinsik cerpen ‘‘Bangkit’’
1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2.Latar:
-Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti : ‘Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. ‘
‘ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku’.
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : ‘Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.’
3. Alur : Maju
-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh
Bukti :
‘Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.’
‘Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya.’
-Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti :
‘seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan’
‘Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit.’
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
-Nilai Moral : Saat tokoh ‘aku’ menyadari selama ini hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuanya mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur dengan apa yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih banyak orang yang kekurangan.
-Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan yang keras. Di kehidupan nyata banyak orang yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kita harus berjuang mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
-Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh ‘aku’ yang akan terjun dari jembatan. Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat menghadapi masalah kita seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7.Amanat :
a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang dibawah.
d. Jangan lari dari permasalahan.
e. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
f. Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit
2. Unsur Ekstrinsik cerpen “Bangkit”
1. Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai berbagai reaksi masyarakatt saat mereka gagal dan berputus asa. Dalam cerpen ini penulis ingin menginspirasi/memotivasi orang-orang dalam menghadapi kerasnya hidup melalui ceritanya.
2. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian ini banyak ditemui di masyarakat. Banyak orang yang bunuh diri karena putus asa maka penulis menggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.
3. Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil hikmah dari cerpen ini karena cerpen ini mengandung masalah-masalah yang ada di masyarakat dan masih banyak orang yang memiliki masalah yang sama dengan cerpen ini.
Tugas lengkap dapat dilihat pada :
http://berlianu.blogspot.com/2013/08/tugas-menganalisis-unsur-intrinsik-dan.html
Muhammad Gozha Asyari
09/X-aksel 2
Identitas cerpen
Judul: Arti Kehidupan
Karangan: Hach Dhini Sekarwangi
Sumber: Cerpenmu.com
Unsur Intrinsik:
-Tema : Kehidupan
-Setting:
Tempat: Jalan raya, Panti cahaya kasih
Suasana: Haru, saat aku mengetahui isi panti yang sangat bersemangat
Waktu : Malam hari. "jalanan malam ini sangat ramai"
Pagi hari. "esoknya, aku menuju ke tempat anak anak jalanan itu"
Alur : Maju mundur
Nilai:
- Nilai Sosial : pada saat aku memberi pengemis sedekah
- Nilai Kebersamaan : pada saat Aku diajak Restu berkeliling panti dan memperkenalkan kepada semua orang di panti tersebut
- Nilai Kehidupan : Pada saat Aku mengetahui bahwa semua orang di panti memiliki kekurangan tetapi mereka tetap bersemangat.
Amanat :
-Tetaplah Bersemangat
-Belum tentu orang yang memiliki kekurangan itu tidak punya semangat
-Jangan memandang remeh pengemis
-Pilihlah teman yang baik
-Jangan mudah putus asa
3. Unsur Ekstrinsik
-Latar Kepengarangan Penulis:
Penulis adalah sosok yang ingin menyemangati semua orang bahwa pembaca bisa melakukan semuanya.
-Keyakinan Penulis:
Penulis meyakini bahwa banyak orang diluar sana yang memiliki harta tapi miskin kasih sayang dan mau untuk berbagi
-Masyarakat Pembaca:
Masyarakat akan mensuport segala sesuatu yang ada di dalam cerpen ini sehingga akan bernilai positif
nama : Annisa Solechah S
X Aks 1 (04) :)
1. Judul cerpen : “Maling” karya Lidya Kartika Dewi.
2. Unsur Intrinsik :
a. Tema : adab bertetangga
b. Setting :
- Tempat :
=) di pintu pagar depan rumah pak Cokro. Bukti : “... Motor bebek yang biasa dipakai Hendi, anak Pak Cokro yang kedua, hilang. Mengetahui hal itu, dengan membuka pintu pagar depan rumahnya lebar-lebar, Pak Cokro yang baru pulang kerja langsung berteriak-teriak. ...”
Bukti : “Terpaksa Pak Cokro membuka kembali pintu pagar rumahnya.”
Bukti : “sepeninggal Bu Marni, Pak Cokro menutup pintu pagar rumahnya sambil bergumam....”
=) teras depan rumah Bu Marni. Bukti : “Bu Marni yang kala itu sedang menyapu teras depan rumahnya, merasa tersinggung oleh kata-kata pak cokro yang seperti sengaja dibidikkan padanya.”
Bukti : “Bu Marni melangkah ke teras. Bu Cokro membuntuti. Di kursi teras keduanya duduk berdampingan.”
=) di rumah pak Cokro. Bukti : “Segera Bu Marni meletakkan sapunya. Tetapi, ketika ia bergegas melangkah menghampiri rumah Pak Cokro, dengan tergesa dan menghentak Pak Cokro menutup pintu pagar depan rumahnya.”
=) halaman rumah Pak Cokro. Bukti : “... Lalu, tanpa permisi ia pergi meninggalkan halaman rumah Pak Cokro, walau di dalam hatinya masih tersimpan rasa kesal.”
- Waktu :
=) Dulu. Bukti : “ Dulu, sebelum rumahnya direnovasi, Pak Cokro dan istrinya sangat rumah dan menjaga hubungan baik dengan para tetangganya, ...”
=) Akhir – akhir ini. Bukti : “ Akhir-akhir ini, sore hari, sering kali pintu pagar depan rumah Pak Cokro dibuka lebar-lebar. ...”
=) Sore hari. Bukti : “ Akan tetapi, sore itu, kuping Bu Marni memanas. ... “
Bukti : “ Akhir-akhir ini, sore hari, sering kali pintu pagar depan rumah Pak Cokro dibuka lebar-lebar. ...”
=) Beberapa hari yang lalu. Bukti : “ ... Beberapa hari yang lalu, sang ibu memang telah mengatakan pada sang anak bahwa ia akan melampiaskan dendamnya kepada Pak Cokro.”
=) Pagi hari. Bukti : “Hari masih pagi. Masih sangat pagi. Matahari masih malu-malu bersinar dari ufuk timur.”
- Suasana :
=) menyenangkan dan mengharukan. Bukti : Saat pengarang menceritakan tentang kehidupan Pak Cokro sebelum merenovasi rumahnya dan menjadi sombong. Dulu hubungan keluarga Pak Cokro dan istrinya serta tetangga sekitar terutama dengan Bu Marni layaknya keluarga sendiri karena keramahan dan kehangatan keluarga Pak Cokro. Mereka saling melakukan hubungan timbal balik yang baik.
=) menegangkan. Bukti : Saat Pak Cokro mengetahui bahwa motor bebek Hendi, anak keduanya, yang hilang karena keteledoran Hendi menaruh motornya di luar pintu pagar rumah. Dan karena mungkin gara-gara lelah sesudah pulang kerja, Pak Cokro langsung uring-uringan dan secara tidak langsung saat menasehati atau lebih tepatnya memarahi Hendi, Pak Cokro seperti menuduh Bu Marni. Bu marni yang saat itu sedang menyapu teras depan rumahnya langsung tersinggung.
=) mencurigakan. Bukti : Saat Bu Marni mengawasi bahwa akhir-akhir ini pagar rumah pak Cokro sering terbuka lebardan secara tidak sengaja Bu Marni melihat pak Cokro yang tengah duduk termenung dan sedang melamun. Dan awalnya Bu Marni mengira karena Pak Cokro kelelahan setelah bekerja, namun belakangan Bu Marni mulai curiga ketika mulai ramai diberitakan di beberapa stasiun tv bahwa departemen tempat Pak Cokro bekerja telah terbongkar sebuah megakorupsi. Dan para tetangga mulai berbisik. Tentang dugaan keterlibatan Pak Cokro.
=) menyengitkan. Bukti : Saat Bu Marni balas dendam terhadap Pak Cokro karena kesal dituduh sebagai maling. Dia dan anaknya serempak melakukan balas dendam dengan cara melakukan percakapan di depan rumah Pak Cokro yang kebetulan sedang terbuka. Percakapan tersebut isinya menyindir Pak Cokro karena telah melakukan korupsi dan menyebut balik bahwa korupsi itu sama dengan maling.
c. Alur : campuran. Karena sekilas cerpen tersebut saat bercerita tentang kejadian saat ini, pengarang menoleh kejadian masa lalu dan menceritakannya kemudian menceritakan kejadian sekarang lagi. Jadi seakan-akan hanya flashback sesaat.
lanjutan....
d. Penokohan :
=) Bu Marni : santun, polos, wawasannya kurang, miskin, mudah curiga, suka balas dendam.
=) anak Bu Marni : suka balas dendam.
=) Pak Cokro : jahat, sombong, tidak tahu malu.
=)Bu Cokro : kadang baik, kadang jahat dan sombong, tidak punya malu.
=) Hendi (anak kedua Pak Cokro) : teledor.
e. Nilai dalam cerpen :
=) Nilai agama : Jika iman Pak Cokro kuat, Ia tidak akan sampai melakukan perbuatan korupsi. Makanya, dia harus memperkuat imannya.
=) Nilai moral : jangan suka menuduh orang tanpa bukti. Seperti saat Pak Cokro menuduh Bu Marni. Bu Marni hanya menanyakan apa maksud tuduhan tersebut. Untungnya Bu Marni wawasannya kurang, sehingga tuduhan tersebut tidak akan dilaporkan ke polisi. Karena sekarang marak pengaduan ke pengadilan karena pencemaran nama baik. Maka dari itu jika kitamenuduh orang harus ada buktinya. Jika tidak fatal akibatnya.
=) Nilai moral : meski Bu Marni telah sakit hati karena dituduh maling oleh Pak Cokro, ketika ia diminta tolong oleh Bu Cokro, ia tetap mau melakukannya. Walaupun sebenarnya karena ia mau melakukannya karena uang yang dia miliki kurang.
=) Nilai budaya : saling tolong menolonglah dalam kehidupan bertetangga. Seperti kehidupan keluarga Pak Cokro dulu dengan Bu Marni dan tetangga lainnya, mereka saling tolong menolong, bahu membahu.
f. Amanat :
=) Dalam kehidupan bertetangga, kita harus saling tolong menolong, bahu-mambehu. Karena tetannga adalah keluarga kedua kita setelah keluarga di rumah. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan bantuan orang lain disaat suka maupun duka.
=) Janganlah suka menuduh orang tanpa bukti yang benar. Karena jika seumpama orang yang kita tuduh tidak terima dan ternyata kita tidak punya bukti yang benar, kita bisa saja dilaporkan ke pengadilan dan dimasukkkan ke penjara karena orang tersebut melaporkan tentang pencemaran nama baik.
=) Perkuatlah iman kita, agar kita tidak terjerumus oleh tindakan yang menimbulkan dosa besar, seperti korupsi. Dan jika iman kita kuat kita juga tidak akan sampai balas dendam. Karena balas dendam dengan apapun caranya adalah bentuk perbuatan yang meninbulkan dosa dan merusak iman kita.
3. Unsur ekstrinsik :
a. Latar kepengarangan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
b. Keyakinan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
c. Keyakinan masyarakta pembaca : tidak dicantumkan dalam cerpen
Nama : Daiva Giovanni Sanjaya
Kelas :Aksel 2
No : 5
Analisis Cerpen
1. Judul : Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya
2. Unsur Intrinsik
a. Tema : Keadilan Untuk Rakyat
b. Setting/latar
· Latar waktu
- malam hari
Bukti : "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam”.
· Latar Tempat
- kantor pengacara tua (ayah dari pengacara muda)
Bukti : Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hokum
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam”.
- Pengadilan
Bukti : Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi.
· Latar Suasana
- Menegangkan
Bukti : Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendakmenggulingkan pemerintahan yang sah.
- kesedihan pengacara tua karena kematian anaknya.
Bukti : Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
c. Alur Cerita
· Tahap perkenalan : Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.Kedatangan pengacara muda itu untuk berdialog masalah hukum di negara yang dirasakan lemah oleh mereka………
· Tahap pertikaian : Belum lama ini negara menugaskan aku (pengacara muda) untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati
· Tahap Rumitan : Seorang penjahat yang mendapat yang mendapat pengacara yang hebat. Penjahat itu, juga meminta kepada pengacara muda untuk membelanya. Karena pengacara itu profesional maka dia menerimanya dengan membela penjahat dengan membela penjahat dipersidangan,penjaht yang seharusnya menjadi musuh negara dan rakyat
· Tahap Klimaks : Peradilan terhadap penjahat itu dimulai . gambaran dari pengacara tua itu benar-benar terjadi sidang perkara yang dilakukan oleh pengacara dan penjahat itu dimenangkan keduanya. Penjahat itu bebas dengan tertawa lepas. Penjahat itu menerima kebebasnya dengan cepat keluar negeri dan sulit untuk menjamahnya kembali.
· Tahap Penyelesaian : Mengetahui hal tersebut rakyat menjadi beramarah. Mereka turun kejalan dengan melakukan demontrasi besar-besaran dimana-mana, gedung-gedung dipengadilan dibakar, dan pengacara muda itu diculik dan dibunuh
d. Penokohan
· Pengacara muda: merupakan seorang pemuda yang kritis, tekun, bersemangat cerdas dan profesional terhadap pekerjaannya sebagai si pengacara dan penyanyang
· Pengacara tua: Memiliki bijaksana, penyayang, rendah hati.
· Sekertaris: baik hati, penolong dan penyayang dan ramah
· Penjahat : serakah dan jahat
Lanjutan
e. Nilai – Nilai
· Nilai Moral : Kita sebagai sesama manusia hendaknya berlaku adil dan saling menghormati.
· Nilai sosial
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada hakekatnya kita adalah makhluk sosial.
f. Amanat
· Dalam memilih pilihan hidup itu, kita seharusnya sebagai manusia menggunakan pikiran serta perasaan, sehingga pilihan yang kita ambil tersebut tidak merugikan diri sendiri.
· Pilihlah sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jaawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara professional, sehingga hal-hal yang merugikan orang lain apalagi menyengsarakan orang lain dapat dihindari.
3. Unsur Ekstrinsik cerpen
A. Latar kepengarangan penulis : Putu Wijawa adalah seorang sastrawan kelahiran Tabanan, Bali. Selain skenario film dan sinetron, lebih dari 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, juga artikel lepas dan kritik drama telah ditulisnya. Disamping itu, gelimangan penghargaan telah diterima Putu Wijaya. Beberapa diantaranya seperti SEA Write Award 1980 di Bangkok, tiga Piala CItra untuk penulisan skenario, serta meraih Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto Jepang (1991-1992).
B. Latar Keyakinan Penulis : Penulis menyadari bahwa kadang kejadian seperti ini sering terjadi dikalangan masyarakat sehingga amanat yang diberikan dapat bermanfaat.
C. Latar keyakinan Masyarakat : Cerpen ini diambil berdasarkan kehidupan masyarakat yang terjadi .
Nama: Beltien Hanny P.
Kelas: X Aksel 1
No. Absen: 07
Judul Cerpen: “Namaku Inaraya” karya Marghita Primastya Handayani
Unsur Intrinsik:
1. Tema: Kepercayaan diri
2. Setting:
a)Tempat:
- Ruangan, terbukti pada kalimat: Semua orang yang ada di ruangan ini tertawa riuh.
b)Waktu:
- MOS SMA, terbukti pada kalimat: Sekarang kan hari pertama aku MOS di SMA.
c)Suasana:
- Menjengkelkan, terbukti pada kalimat: Apalagi anak-anak cowok, mereka memanggilku “Indonesia Raya” dengan lantang dan jelas! Arrgh....!!!
- Gugup, terbukti pada kalimat: Aku melangkah dengan langkah gontai. Kurasakan halusinasiku mulai bekerja. Kurasakan pula mata-mata yang menyaksikanku membara bagaikan iblis, gugup.
- Memalukan, terbukti pada kalimat: Mukaku pun sampai memerah. Malu dan ingin rasanya aku keluar dan menangis di toilet.
- Melegakan, terbukti pada kalimat: Oh Tuhan, aku bersyukur. Setidaknya aku tidak diberi nama senorak itu.
3.Alur: Maju
a)Pengenalan masalah: Seorang gadis yang bernama Inaraya tidak percaya diri karena mempunyai nama yang menurutnya aneh, buruk pengucapannya, artinya jelek, bahkan kampungan.
b)Pertikaian: Inaraya selalu diejek teman-temannya karena nama anehnya itu. Ia bahkan sampai memberontak kepada ayahnya dan merasa tidak terima mengapa dia mempunyai nama seperti itu.
c)Klimaks: Pada waktu MOS SMA, Inaraya merasa sangat gugup saat harus memperkenalkan diri di depan teman-teman barunya dan kakak-kakak kelasnya. Setelah dia memperkenalkan diri, satu ruangan menertawakan namanya yang aneh. Dia pun malu setengah mati dan hampir menangis.
d)Anti klimaks: Ternyata pada saat itu juga, ada teman barunya yang memiliki nama yang pengucapannya dan artinya lebih aneh daripada namanya. Tetapi berbeda dengannya, temannya tersebut tetap percaya diri dengan nama uniknya walaupun ditertawakan.
e)Penyelesaian: Setelah melihat sikap temannya tersebut, Inaraya mulai sadar betapa tidak bersyukurnya dia. Sejak itu, dia semakin bersyukur atas namanya yang unik dan dia pun berjanji akan mewujudkan arti namanya.
4.Sudut pandang: Orang pertama.
Pengarang bertindak sebagai tokoh utama. Dia seolah-olah menjalani dan mengalami peristiwa yang berlangsung serta suasana perasaan dan pikiran tokoh utama. Ini terbukti dari bahasa “aku” dalam cerpen tersebut.
5.Penokohan:
a)Inaraya:
- Iri, terbukti pada kalimat: Jujur saja aku iri dengan teman-temanku yang lain.
- Tidak bersyukur, terbukti pada kalimat:
- Menyalahkan orang tua, terbukti pada kalimat: ”Yah, kenapa sih aku diberi nama Inaraya? Apa tidak ada nama lain yang lebih keren gitu, aku kan malu Yah..”
b)Ayah Inaraya:
- Sabar, terbukti pada kalimat: “Aduh Aya,.. kamu gak tau artinya Inaraya? Itukan artinya Indonesia Raya,” jawab ayahnya.
c)Salah satu senior:
- Baik, terbukti pada kalimat: “Heh! Cukup. Nama itu kan bagus. Inaraya, Indonesia Raya, bukan begitu Inaraya? Itu nama yang penuh arti lho. Mungkin dialah satu-satunya yang memiliki nama itu. Unik bukan?”
6.Nilai:
a)Nilai Kepercayaan diri: Berdasarkan cerpen, iika ada diantara kita yang mempunyai nama yang unik, seharusnya kita bangga. Karena orang tua kita pasti punya harapan dan doa bagi kita lewat nama tersebut.
7. Amanat:
a)Setiap nama itu memang diberikan sebagai harapan dan doa orang tua. Maka dari itu, kita harus bangga dan menghargai nama pemberian orang tua kita.
b)Jangan suka mengolok-olok nama seseorang hanya karena namanya aneh. Karena itu bisa membuat orang tersebut kecil hati, bahkan minder untuk bergaul.
saya lanjutkan di komentar selanjutnya..
lanjutan..
Unsur Ekstrinsik:
1. Latar kepengarangan penulis: Penulis mengarang cerpen tersebut karena ingin memberi contoh betapa seharusnya kita harus percaya diri atas apa yang telah kita miliki.
2. Keyakinan penulis: Pada umumnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan lebih percaya diri apabila ada orang lain yang lebih buruk daripada dia. Dan melalui cerpen ini, penulis meyakini bahwa kita tidak sepantasnya seperti itu dahulu untuk menjadi percaya diri.
3. Keyakinan masyarakat pembaca: tidak dicantumkan dalam cerpen.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di blog saya Pak: http://beltienhp98.blogspot.com/2013/08/menganalisis-unsur-intrinsik-dan-unsur.html
Nur Irfani Agita S
11/ X Aksel 2
Cerpen berjudul “Sungai” karya Nugroho Notosusanto
1. A.Tema: Kasih sayang dan pengorbanan seorang ayah kepada istri dan anaknya
B. Setting
• Tempat:
-Sungai, tepatnya Sungai Serayu di kakai Pegunungan daerah Banjarnegara
-Jawa Barat, daerah tempat Sersan Kasim bertugas
-Yogya, tempat tujuan hijrah TNI tempat Acep anak Sersan Kasim yang dilahirkan,
-Pinggir desa, tempat Aminah, istri Sersan Kasim dimakamkan
• Waktu:
-Malam dan Pagi hari
• Suasana
-Batin: Haru dan menyayat hati
“Setiap kali menyeberangi sungai, Sersan Kasim merasakan sesuatu keharuan yang mendenyutkan jantungnya”
-Alam: Hujan, dingin, dan gelap
“Jam satu malam cuaca gelap gulita dan murung, hujan turun selembut embun namun cukup membasahkan. Hati-hati Kasim memimpin anak buahnya menuruni tebing yang curam dan licin.”
C.Penokohan:
• Sersan Kasim : sensitif (perasa/ mudah terharu), sabar, suka mengalah, bertanggung jawab, loyalitas tinggi, rela berkorban dan tidak mudah menyerah (optimis), mudah berempati kepada orang lain, tegar menghadapi ujian/ masalah yang terjadi atas dirinya.
• Aminah : keras kepala, setia kepada suami.
• Acep : manja.
• Komandan peleton : bijaksana, menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis/ dapat memahami perasaan orang lain (simpatik).
• Pak Lurah dan penduduk desa : simpatik, ramah
D.Alur: Maju karena jalan cerita dijelaskan secara runtut yang membentuk rangkain cerita diawali dengan “Eksposisi” yang memicu konflik lalu muncul konflik ketika perjalanan Sersan Kasim membawa serta istrinya, kemudian istrinya meninggal, dan kini dia harus kembali melakukan perjalanan jauh dengan kompi lainnya dengan membawa anaknya. Mulai muncul konflik ketika komandannya mengisyaratkan untuk tidak membawa serta anaknya, dan Sersan Kasim tetap meminta ijin untuk membawanya. Lalu Klimaks ketika dimana Sersan Kasim dalam kondisi paling sulit, mempertahankan keselamatan anaknya, dari garangnya alam yang tidak bersahabat ketika menyeberang sungai yang kedalamannya hampir mencapai dada bapaknya yang menggendongnya, ditambah dengan guyuran hujan yang membuat badan mungilnya basah dan dingin. Lalu Relevasi atau penyikapan tabir suatu masalah dimana keesokan harinya baru para prajurit tahu, bahwa Acep telah meninggal. Dan yang terakhir penyelesain yang menyedihkan kesedihan Sersan Kasim yang terukir jelas di wajahnya tak lagi ada buah hati yang diidam-idamkan nya
-Cerpen ini hanya mengandung Nilai Kehidupan yakni:
• Kasih Sayang:
Sebagaimana dalam cerpen tersebut, yang ditokohkan oleh Sersan Kasim. Kasing sayang pada istrinya tergambar bagaimana akhirnya ia mengijinkan istrinya yang memaksa ikut, walau sedang hamil. Juga kepada anaknya. Ia ingin selalu merawatnya, mendampinginya, memberi kehangatan kasih sayang padanya
• Tanggung Jawab dan Amanah:
Sebagai pemimpin, ia harus menjaga keselamatan anak buahnya. Meski dalam kondisi tersulit ia dituntut untuk selalu mengambil keputusan yang tepat dan bijak. Ia tetap bisa memimpin walau dengan menggendong bayinya.
• Pengorbanan:
Dalam menjalankan amanahnya, apapun akan dilakukan. Untuk menjaga keselamatan anak buahnya, ia berusaha “mendiamkan “bayinya yang menangis, agar pernyeberangan mereka tidak diketahui musuh. Ia lakukan hal yang terberat dalam hidupnya, ketika anak satu-satunya, warisan dari istri tercinta, pelipur laranya, akhirnya dikorbankan sebagai tanggung jawabnya sebagai pimpinan. Tidak dijelaskan dengan pasti, apa yang dilakukan Sersan Kasim untuk mendiamkan bayinya. Yang jelas Komandan Peleton teringat akan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan buah hatinya, Ismail untuk sesuatu yang mulia, sebagai bukti kecintaannya pada Allah SWT.
(lanjutan)
E. Amanat
• Jangan terburu buru jika mengambil keputusan
• Taati perintah atasan
• Dalam masalah apapun tetap berserah diri kepada Allah SWT
• Tetap bersabar ketika mendapat cobaan
2. -Latar Kepengarangan Penulis: Penulis bertujuan untuk mengkaji melalui cerpen “Sungai”, Nugroho Noto Susanto hendak menyampaikan pesan tentang nilai kasih sayang, tanggung jawab dan amanah, serta pengorbanan.
-Keyakinan Penulis: Cerpen ini didasari oleh peristiwa yang diliatnya yakni kehidupan nyata seorang TNI berjuang demi negara dan keluarganya pada zaman penjajahan, sehingga tak jauh beda dengan kenyataan sejarah yang ada.
-Keyakinan masyarakat pembaca: Cerpen ini mengandung masalah kemasyarakatan pada zaman penjajahan dan banyak masyarakat pada zaman penjajahan mengalami masalah seperti cerpen tersebut.
Nama : Annisa Shafarina Ayuningtyas
Kelas/No : X aks 2/02
1. Judul cerpen : Denting piano Vania, karya Andi Suhefni
2. Unsur intrinsik cerpen :
*Tema : Kehidupan
*Setting : a. Tempat : Rumah (Audy pulang les, saat mengerjakan mading dengan Radit, saat
Audy mendapati Vania sedang bermain piano memakai kalung etnik seperti miliknya, hari Minggu pagi saat ulang tahun Audy); Sekolah (saat mengurusi penerbitan mading)
b. Waktu : sore hari (saat Audy pulang les, saat Radit dating ke rumah Audy), sepulang
sekolah, pagi hari (saat hari ulang tahun Audy)
c. Suasana : Tegang (saat Audy berkata bahwa kalung yang dipakai oleh Vania adalah
miliknya, pada kenyataannya bukan), bahagia (saat ayah Audy, ibu Audy, Vania, dan Radit memberi kejutan ulang tahun untuk Audy)
*Alur : Maju
*Nilai : Nilai moral Audy tidak mendengarkan saat dipanggil ayahnya (tidak menghormati).
Audy tidak mendengarkan saat diajak ibunya berbicara tentang Vania (tidak
menghormati)
*Amanat : a. kita harus bisa mengendalikan ego kita
b. jangan berprasangka buruk pada orang lain jika tidak ada bukti
c. dengarkan jika ada orang lain yang sedang memberi penjelasan
3. Unsur Ekstrinsik
*Latar kepengarangan penulis : - (Tidak dicantumkan dalam cerpen)
*Keyakinan penulis : Penulis berfikir bahwa kisah seperti yang ada di dalam cerpen itu masih
terjadi di dunia nyata. Karena banyak dijumpai cerita seperti itu. Seorang anak tunggal yang telah bahagia dengan kehidupannya yang serba dimanja dan suatu hari datanglah orang lain yang menjadi saudaranya dan dia berfikiran orang tersebut telah mengusik kenyamanannya selama ini.
*keyakinan masyarakat pembaca : hampir sama dengan keyakinan penulis. Kejadian itu sering
dijumpai dalam masyarakat. Seorang anak tunggal yang susah menerima kehadiran saudara angkat di kehidupannya. Tanpa disadari, mungkin saudara angkat tersebut tidak sepenuhnya adalah saudara angkat. Maksutnya seperti cerpen tersebut, ternyata saudara angkat tokoh utama merupakan kakak yang berasal dari istri ayahnya yang sudah cerai dan meninggal.
Nama : Mega Pratiwi
Kelas / No. : X Aks 1/ 13
1. Judul cerpen yang dipilih yaitu “Pesan Terakhir”
2. Unsur- unsur intrinsik :
A. Tema : persahabatan dan keluarga
B. Setting/ Latar :
a. Tempat :
~1. Kamar. Bukti tekstual : “ ‘praaaannngg ... !!’ suara gelas pecah yang terdengar dari luar kamarku”
~2. Rumah. Bukti tekstual : “Rumah terasa sangat sepi, yang ada hanya Mbok Jum yang sedang membersihkan pecahan-pecahan gelas sisa pertengkaran kemarin”
~3. Sekolah. Bukti tekstual : “Setibanya di sekolah aku hanya diam saja dan lebih memilih menyendiri.”
~4. Di depan kelas. Bukti tekstual : “Bel tanda istirahat berbunyi, aku dan teman temanku berbincang bincang di depan kelas.”
~5. UKS. Bukti tekstual : “ ‘kamu ada di UKS sekarang, kamu tadi pingsan’ jawab Adi yang ternyata juga ada disitu.”
~6. Rumah sakit. Bukti tekstual : “Dan hari itu aku dan mama pergi ke rumah sakit.”
b. Waktu :
~1. Pagi hari. Tergambar dari kalimat : “Pagi pun tiba, seperti biasa aku sudah siap berangkat ke sekolah.
~2. Pada waktu istirahat. Tergambar dari kalimat : “Bel tanda istirahat berbunyi, aku dan teman temanku berbincang bincang di depan kelas.”
~3. Malam hari. Tergambar dari kalimat : “Seperti malam-malam yang telah lalu, sendiri sepi selalu menemani ragaku”
c. Suasana :
~1.Senang. Tergambar dari kalimat : “ Terlihat mama sedang menelpon seseorang, sepertinya dia ijin hari ini tidak bisa bekerja karena ingin merawatku. Aku senang sekali mendengar hal ini. Ternyata mama masih memperdulikan aku.”
~2. Sedih. Tergambar dari kalimat : “ Hanya air mata yang menetes dipipi yang bisa mengungkapkan perasaanku.”
~3. Haru. Tergambar dari kalimat :
“ ‘Kenapa kamu gak cerita sama aku Dha?’ suara Lina sambil menangis. ‘maaf teman, aku gak mau kalian khawatir sama aku, aku gak apa-apa. Jangan menangis’ jawabku. Mereka memelukku dengan hangat”
dan kalimat
“ Aku begitu kaget saat dokter mengatakan aku ini mengidap penyakit kanker otak. Seketika mama memelukku erat erat dan menangis. Aku berusaha agar mama bisa menerima kenyataan ini.”
C. Amanat :
a. Belajarlah jujur kepada sahabat, tentang apa yang terjadi dalam diri kita
b. Kita diajarkan untuk tabah menjalani cobaan yang diberi Tuhan.
D. Alur/ Plot : Alur Maju. Karena dijelaskan secara runtut dari peristiwa konflik keluarga yang dialami tokoh utama, hingga akhirnya menceritakan tentang kesabaran dan ketabahan tokoh utama dalam menjalani cobaan berupa penyakit kanker otak yang mengambil nyawa nya.
E. Nilai :
a. Nilai Kepedulian : “Beberapa bulan terakhir aku sudah tidak masuk sekolah lagi. Teman temanku mulai mencariku. Mulai dari sms ke hpku, menelfonku, hingga datang kerumahku. Setiap hari mereka mengunjungiku bergantian, aku merasa terhibur dengan kedatangan mereka”. Kalimat tersebut menunjukkan kepedulian sahabat tokoh utama untuk mencari nya ketika tidak masuk sekolah.
3. Unsur-unsur ekstrinsik :
a. Latar kepengarangan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
b. Keyakinan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
c. Keyakinan masyarakat : tidak dicantumkan dalam cerpen
1. Judul : Veteran Tua
2. Unsur intrinsik :
a. Tema : perjuangan
b. Setting/ latar :
- Tempat : Kantor Balai Desa, emperan toko, rumah sakit
- Waktu : Siang hari
- Suasana : Sedih, mengharukan
c. Alur : Campuran (Maju dan mundur). Kerena di cerpen tersebut dari masa sekarang kemudian menceritakan apa yang terjadi di masa lampau yang dikerjakan tokoh “Kakek”.
d. Nilai :
- “Karena baru saja datang, lelaki itu akhirnya duduk di antrian paling belakang satu jam sudah ia duduk mengantri di tempat itu.beberapa saat kemudian, tibalah saatnya kakek tersebut di antrian paling depan .” Dari cuplikan cerpen tersebut, cerpen tersebut mengandung nilai budaya. Yang pada kenyataanya di dunia memang orang yang datang terakhir akan mendapatkan antrian yang paling belakang menunggu sampai antrian di depannya selesai berurusan atau menunggu sampai seseorang yang berada di depannya yang sudah terlebih dahulu datang menyelesaikan urusannya.
- “Kakek tua yang sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di pasar itu dulunya adalah seorang pejuang kemerdekaan.” Dari cuplikan cerpen tersebut, cerpen tersebut mengandung nilai kemusiaan. Yang pada kenyataanya memang pemerintah agak melupakan para pejuang yang telah rela mati-matian membela tanah air sehingga mereka harus berjuang lagi melawan kerasnya kehidupan dunia di masa sekarang. Yang seharusnya bisa mendapatkan masa tua yang layak dengan bantuan dari pemerintah.
- “Sesampainya di rumah sakit, kakek tua itu memarkirkan sepedanya dan langsung bergegas menuju tempat istrinya dirawat.” Dari cuplikan cerpen tersebut, cerpet tersebut memiliki nilai kesetiaan. Yang pada kenyataan memang jika seseorang yang berharga bagi kita dalam keadaan sakit di rumah sakit, kita pasti akan langsung segera menjenguknya.
e. Amanat :
- Tetaplah sabar dan berjuang sesulit apapun keadaan.
3. Unsur-unsur ekstrinsik :
a. Latar kepengarangan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
b. Keyakinan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
c. Keyakinan masyarakat : tidak dicantumkan dalam cerpen
Nama: Salma Ulfah
Kelas/No: X Aksel 2/14
1. Judul cerpen: Cintaku Pada Ibunda
2. Unsur-unsur (intrinsik):
a. Tema: Permasalahan Keluarga
b. Latar
• Tempat:
-Rumah Palupi, bukti: Saat memasuki rumah, Palupi seakan terserap dalam pusaran asing.
-Rumah Sakit Sardjito (depan ruang gawat darurat), bukti: Gadis itu menangkap sosok yang sangat dikenalnya di depan ruang gawat darurat.
-Rumah Sakit Sardjito (ruang sterilisasi), bukti: Justru dirasakan kebimbangan ketika ruang sterilisasi tempat Mama bertugas semakin terlihat.
• Waktu:
-Malam hari, bukti: Angin malam berhembus dingin.
-Pagi hari, bukti: Keesokan hari, Palupi dan Meranti bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hadapan mama.
-Sore/senja hari, bukti: Hingga suatu senja ketika Palupi usai menunaikan shalat ashar, beberapa teman mas Bagas yang dikenal Palupi seperti Udin, Yudi, dan Bahtiar datang.
• Suasana:
-Meresahkan, yaitu ketika Palupi dan Meranti tidak bisa tidur karena ingin mengatakan bahwa Meranti membutuhkan biaya untuk menebus kartu ujian kepada ibunya yang tak kunjung pulang dari bekerja.
-Tegang, yaitu ketika mas Bagas yang saat itu dalam proses penyembuhan dari kecanduan obat terlarang meradang ketika keinginannya ditolak oleh Palupi.
-Mengharukan, yaitu ketika Palupi sadar akan ketidaksabarannya terhadap mas Bagas dan meminta maaf kepada sang ibu, serta memutuskan untuk bekerja lebih keras demi mengobati mas Bagas.
c. Alur cerita: Maju mundur
-Pengenalan tokoh: Seorang gadis bernama Palupi yang kelelahan saat bekerja di sebuah warung.
-Pengenalan konflik: Adik Palupi yaitu Meranti, matanya sembab sehabis menangis karena memikirkan cara untuk melunasi biaya administrasi untuk menebus kartu ujian.
-Klimaks: Kakak Palupi, yaitu mas Bagas yang sedang dalam proses penyembuhan dari kecanduan obat terlarang meminta uang dalam jumlah yang besar kepada sang ibu. Namun, Palupi tidak setuju, karena menganggap mas Bagas selama ini hanya menghabiskan harta keluarga. Sehingga terjadi pertengkaran hebat, dan kemudian mas Bagas pergi dari rumah.
-Alur mundur: Semua yang dilakukan mas Bagas dikarenakan trauma masa lalunya, ketika ayah dan ibunya sering kali bertengkar.
-Anti Klimaks: Suatu ketika datanglah teman-teman mas Bagas yang bernasib serupa dengan mas Bagas. Kemudian, mereka menasihati Palupi supaya tetap bersabar menghadapi mas Bagas karena proses penyembuhan dari kecanduan obat terlarang memang membutuhkan ekstra kesabaran serta dukungan penuh dari lingkungan sekitar.
-Penyelesaian: Ternyata setelah menasihati Palupi, teman-teman mas Bagas membawa sebuah kabar, bahwa mas Bagas sekarang berada di rumah sakit karena dipukuli. Akhirnya Palupi tersadar, dan berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mengobati mas Bagas dan membantu perekonomian keluarganya lebih keras lagi.
d. Sudut pandang: Orang ketiga serba tahu
e. Penokohan:
-Palupi: Selalu bekerja keras, bertanggung jawab
-Meranti: Tidak berdaya, tidak tegaan
-Mama: Sabar, penyayang
-Mas Bagas: Pemarah, punya usaha untuk kembali ke jalan yang benar
Lanjutan
Nama: Salma Ulfah
Kelas/No: X aksel 2/14
f. Nilai dalam cerpen:
-Nilai moral: Tetaplah berusaha keras demi kebaikan diri sendiri maupun orang lain
-Nilai kekeluargaan: Sesama anggota keluarga sebaiknya kita selalu membantu satu sama lain karena kita sama-sama membutuhkan pertolongan orang lain. Serta, sangat dibutuhkannya peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya dalam membentuk karakter yang baik.
g. Amanat:
- Dalam suatu keluarga sebaiknya kita benar-benar memikirkan masa depan keluarga tersebut, sehingga konflik-konflik dapat dihindari.
-Saat mengatasi masalah, sebaiknya menggunakan logika atau dipikir secara matang-matang. Bukannya dengan cara kasar dan sama-sama mempertahankan ego, akibatnya tidak akan mencapai titik penyelesaian masalah.
-Jika kita mendapati suatu masalah, jangan buru-buru mengambil keputusan untuk mencari pelampiasan yang tidak semestinya seperti pergaulan bebas dan memakai obat-obatan terlarang serta tindakan merugikan lainnya, tapi perbanyaklah mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa untuk mencapai ketenangan hati dan menghadapi masalah tersebut secara bijaksana.
3. Unsur-unsur (ekstrinsik):
a. Latar kepengarangan penulis: tidak dicantumkan dalam buku.
b. Keyakinan penulis: tidak dicantumkan dalam buku.
c. Masyarakat pembaca: tidak dicantumkan dalam buku.
Nama : Cynthia Priscilla
No : 4
Kelas : X Aks 2
Judul => Maling
Tema => toleransi bertetangga
Setting =>
tempat : rumah Pak Cokro ( bukti : rumah Pak Cokro bak istana,... ), rumah Bu Marni ( bukti : ...terlebih dengan keluarga Bu Marni yang rumahnya persis di depan rumah Pak Cokro. )
waktu : sore hari ( bukti : Akan tetapi, sore itu, kuping Bu Marni memanas. )
pagi hari ( bukti : Hari masih pagi. )
suasana : tegang ( bukti : kuping Bu Marni memanas,...), kekeluargaan ( bukti : Dulu keluarga Bu Cokro sering memberikan makanan kepada keluarga Bu Marni.)
Alur => maju, bukti :
a. pengenalan masalah ( Keluarga Pak Cokro menjadi sombong karena rumahnya paling bagus dibanding dengan rumah tetangganya yang lain. )
b. pertikaian (bukti : Pak Cokro menuduh Bu Marni mencuri harta bendanya. )
c. Klimaks ( bukti : Ternyata Pak Cokro adalah seorang koruptor. )
d. Antiklimaks ( bukti : Bu Marni merasa iba sehingga ia sadar bahwa Tuhan yang akan membalas semua kejahatan manusia. )
e. Penyelesaian ( bukti : Bu Marni mau membantu Bu Cokro saat Pak Cokro dalam masa tahanan. )
Penokohan :
Pak Cokro -> sombong
Bu Cokro -> sombong
Hendi -> ceroboh
Bu Marni -> baik hati
Sekar -> rajin
Sudut pandang : orang ketiga serba tahu
Nilai moral => Bu Marni tetap menerima Bu Cokro dengan sopan walaupun keluarga Bu Cokro telah menghina Bu Marni.
Nilai Sosial => Bu Marni tetap mau membantu pekerjaan rumah Bu Cokro walaupun ia pernah sakit hati. Ia tidak menaruh dendam.
Amanat => Jangan menjadi kacang yang lupa kulitnya! Tetaplah menjadi orang yang rendah hati walaupun sudah sukses.
Latar kepengarangan penulis => tidak dicantumkan dalam buku.
Keyakinan penulis => tidak dicantumkan dalam buku.
Masyarakat pembaca => tidak dicantumkan dalam buku.
ANALISIS
JUDUL : SENYUM TERAKHIR
UNSUR INTRINSIK
Tema : Persahabatan Sejati
Setting :
Tempat : Taman, sekitar kompleks rumah, rumah Zacky, jalan menuju sekolah, sekolah, bus.
Waktu : Pagi, siang, petang.
Suasana : Menyenangkan, asik, seru, manis, tragis, sedih, mengharukan.
Alur : Maju
Amanat :
Hargailah semua waktu-waktu kebersamaan bersama sahabatmu, karena kita tak pernah tahu kapan akan berpisah selamanya dengannya.
Sayangilah sahabatmu dengan tulus dari hati hingga akhir waktu.
Nilai :
Sosial :
Sehabis menggendong Tamara punggungku rasanya ingin copot, benar juga kata Tamara badannya berat. Tapi, tidak apalah dari pada sahabat aku Tamara gak pulang ke rumah.
Tamara meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang keningku. Tamara selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, “Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir”.
UNSUR EKSTRINSIK
Latar kepengarangan penulis :
Penulis cerpen ini adalah seorang remaja pria sekaligus pelajar. Baru mulai belajar menjalin persahabatan dengan seorang wanita. Di mana ending dari kisahnya adalah sedih. Tapi dapat membuktikan, bahwa persahabatan sejati yang dijalin hingga akhir hayat itu masih ada.
Keyakinan penulis : -
Masyarakat pembaca :
Kalangan remaja mungkin lebih menggemari cerpen ini. Karena di samping menceritakan tentang kehidupan persahabatan di kalangan remaja, kalimatnya pun dikemas ringan, sehingga mudah dipahami.
Nama : Aisyah Khoerun Nisaa’
Kelas : X Aks. 1
No. Absen : 01
Menganalisis unsur-unsur dalam sebuah cerpen.
Judul cerpen : ”Akhirnya Aku Bisa Merasakan”
A. Unsur intrinsik
1. Tema : Diskriminasi atau ketidak adilan, terlihat pada kutipan:
”Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai Adib, ayah yang memberi nafkah pada kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada Adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku.”
2. Alur : Maju, dengan urutan
* Perkenalan : Cerpen ini diawali dengan pemberian informasi tentang latar belakang tokoh ”Aku” (Adit). Tokoh Adit memaparkan bahwa dirinya mempunyai seorang saudara kembar yang bernama Adib.
* Awal permasalahan :Tokoh Adit selalu dibandingkan dengan Adib. Bahkan orang tua tokoh Adit memberikan sebuah perhatian yang berlebih kepada Adib yang tidak pernah didapatkannya.
* Klimaks : Sebuah kecelakaan yang mengakibatkan Adib mengalami kebutaan dan matanya tidak dapat diselamatkan. Dan dengan teganya, orang tua Adit memintanya untuk menyumbangkan kedua matanya untuk Adib.
* Antiklimaks : Kerelaan Adit menyumbangkan matanya untuk Adib
* Penyelesaian : Adit pergi meninggalkan keluarganya karena merasa menjadi beban keluarga dan tidak bisa menjalankan aktifitas secara normal.
3. Setting :
a. Latar Tempat
Latar tempat dalam cerpen ini terdapat di dalam rumah, halaman rumah, dan di rumah sakit. Dapat dibuktikan pada kalimat:
1. ”Setiba di rumah, ternyata telah ada guru perwakilan sekolah yang melaporkan kejadian tersebut pada orang tua kami. Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku, mereka berdua langsung menuju rumah sakit tersebut.Sedangkan aku menjaga rumah demi keamanan bersama”
2. ”Akan tetapi, seketika aku menyapu halaman rumah malah gunjingan dari tetangga yang kudapat”
3. ”Setelah mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk serta menjaga Adib. Tapi seketika aku sampai di rumah sakittepatnya di depan pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi antara dokter dan kedua orangtuaku.”
b. Latar Waktu .
Latar waktu dalam cerpen ini adalah pagi, siang, sore, dan malam hari.
c. Latar Suasana
• Menegangkan yaitu saat Adib terkena cairan kimia.
• Menyedihkan yaitu saat dikabarkan bahwa mata Adib tidak bisa diselamatkan.
• Mengharukan yaitu saat Adit merelakan matanya disumbangkan untuk Adib.
(Saya lanjutkan di komentar selanjutnya)
Nama : Aisyah Khoerun Nisaa’
Kelas : X Aks. 1
No. Absen : 01
4. Amanat :
Janganlah membandingkan dan membeda-bedakan seseorang.
Kita seharusnya saling bekerja sama dalam menghadapi sebuah permasalahan.
Harus tetap sabar dalam menghadapi segala cobaan.
Sesama saudara harus saling memberi semangat dan saling menolong.
5. Nilai yang terkandung:
Nilai moral, yaitu kesabaran dalam menghadapi segala cobaan. Adanya nilai tersebut dalam cerit dibuktikan dengan kesabaran Adit saat menerima gunjingan dan segala bentuk deskriminasi.
Nilai etika, yaitu seorang anak yang selalu menuruti semua perintah orang tua. Adanya nilai tersebut dalam cerita dibuktikan dengan kesediaan Adit saat diperintah oleh orang tuanya untuk menyumbangkan matanya kepada Adib.
Nilai sosial, yaitu saling menolong disaat kesusahan. Adanya nilai tersebut dalam cerita dibuktikan dengan Adit yang membantu Adib agar bisa melihat kembali dengan jalan menyumbangkan matanya sendiri.
6. Penokohan :
Aku (Adit) : Penyabar dan pengertian. Dibuktikan dalam kutipan :
”Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai Adib, ayah yang memberi nafkah pada kami punmemberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada Adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku.Ya sudahlah biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.”
Adib : Rendah hati. Dibuktikan dalam kutipan:
”Segalanya serba Adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi kehidupanku, ”Kak. Lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lainbicara apa, asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkakan yang tertanam dalam jiwa Adib, adikku.”
Mama : Diskriminatif dan kurang mempedulikan salah satu anaknya.
Ayah : Diskriminatif, namun masih berusaha untuk mengasihi Adit. Dibuktikan dengan adanya kutipan :
”... ayah yang memberi nafkah pada kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada Adib.”
”...Dengan kecacatan yang aku derita ini. Aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana agar tidak membuat malu keluarga. Ayahku tidak setuju dengan pikiranku,..”
7. Sudut pandang
Di dalam cerita ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
B. Unsur ekstrinsik
1. Latar kepengarangan penulis : (tidak dicantumkan dalam cerpen)
2. Keyakinan Penulis :
Penulis meyakini bahwa peristiwa yang tergambar dalam cerita ini merupakan salah satu bentuk deskriminasi dan ketidak adilan dalam memenuhi hak seseorang yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Keyakinan masyarakat pembaca :
Dalam kehidupan sosial, masyarakat meyakini bahwa kejadian seperti ini memang cukup sering ditemukan.
Devi Vitasari, 06/ X aks 2
MENGANALISIS CERPEN
Judul : “Perang Laba-Laba”
Unsur Intrinsik :
1. Tema : Phobia atau Ketakutan yang berlebihan
2. Setting/lattar : lattar tempat : Kamar tidur Riani, kamar mandi, kamar tidur kakak.
Lattar waktu : pukul 10.30 WIB dan 02.30WIB
Lattar suasana : sepi
3. Alur : Alur maju, karena menceritakan dari awal kejadian sampai akhir kejadian cerita.
a. Sewaktu aku berusia 5 tahun aku mendapatkan pengalaman yang memalukan sekaligus menyeramkan bagiku. Pada suatu malam yang sepi tepat pukul 10.30 WIB aku terbangun dari dunia mimpi dan langsung menuju kamar mandi untuk buang air kecil, entah mengapa aku tidak bisa tidur kembali, aku berusaha menutup mataku namun rasa kantuk belum juga datang,seperti ada firasat buruk yang akan terjadi. => Perkenalan
b. Memang benar, sewaktu aku meraih guling dan menolehkan kepala kelangit-langit kamarku, betapa terkejutnya aku saat aku menemukan lima ekor laba-laba yang cukup besar nyaris jatuh dari sarangnya.Memang aku paling takut pada hewan berkaki banyak itu,rasanya ingin sekali aku teriak tapi pasti aku akan membangunkan seisi rumah bahkan tetanggaku bisa-bisa bangun.Terpaksa aku tahan sampai-sampai keringat dingin dan hampir ngompol. => konflik
c. Satu jam kemudian salah satu laba-laba itu tiba-tiba tertiup angin dan terjatuh dan mendarat diatas kepalaku, secara spontan aku mengambil kamus bahasa inggrisku yang tebal yang ada didekatku lalu memukulkanya ke wajahku. Sialnya kamusku yang sangat tebal itu tak mengenai laba-laba malah hanya melukai hidungku sampai mengeluarkan darah,seperti mengejekku laba-laba yang terjatuh itu menari-nari dibawah tempat tidurku kemudian sembunyi entah kemana.Namun Aku hanya bisa pasrah dan kembali menatap ke empat laba-laba yang tersisa.
Tak beberapa lama , salah satu laba-laba itu seperti sengaja menjatuhkan diri, namun aku sudah bersiap di tempat dengan membawa beberapa bantal, sapu dan guling seperti akan perang. Saat laba-laba itu sampai di tempat tidur, langsung saja aku melempar semua benda yang aku bawa tadi dan aku injak-injak saja semuanya. Tak berhenti disitu, bahkan ketiga laba-laba yang masih diatas seperti ingin menyerang, mereka menjatuhkan diri satu per satu. Aku yang sudah kehabisan akal langsung saja aku meraih semua benda yang ada didekatku dan melemparnya. Dan tepat mengenai semua laba-laba itu. Aku sangat kegirangan mendapati semua laba-laba itu mati. => puncak konflik
d. Namun beberapa saat kemudian tepat pukul 02.30WIB pintu kamarku terbuka dan mendapati ayah,ibu,kakak serta pembantuku seperti keheranan saat melihat situasi kamarku yang seperti kapal pecah. “ Kamu ini ngapain aja sih dek, kok rame banget!” seru kakaku, “Lha iya, kamu itu mengganggu orang yang sedang tidur, memang apa yang kamu lakukan sih? ” tambah ayahku. “Anu yah ada laba-laba gede banget,serem deh .” jawabku.”Ah, kamu ini keterlaluan! Cuma gara-gara laba-laba aja kok sampai seperti ini!”seru kakakku. “Ya sudah gak apa-apa, lha hidungmu kenapa nak? Kok sampai berdarah gitu?” tanya ibu. “Tidak apa-apa bu, cuma luka kecil.”jawabku dengan kebohongan.”Sudah-sudah, kamu tidur sama kakakmu dulu sana dan besok bibi minah tolong rapikan kamar Riani ya.”pinta ayah dengan bijaksana.”Baik pak, besok pagi-pagi akan saya kerjakan.”jawab bibi Minah. “Ya bi,sekarang kita tidur yuk, ngantuk nih!”pintaku sambil mengucek-ucek mataku yang mengantuk.”Iya-iya ayo tidur semua!” jawab ibu. => peleraian
e. Begitu sampai di kamar tidur kakakku, aku langsung menuju tempat tidur sambil melirik ke langit-langit seraya berkata “Yee, gak perang sama laba-laba lagi.” Kakakku melirikku sambil tertawa kecil dan berkata “ Udah tidur dulu besok kamu harus sekolah kan?” “Oke kak” jawabku. Dan beberapa menit kemudian aku sudah tertidur pulas. => penyelesaian
lanjutan...
4. Nilai :
• (Memang aku paling takut pada hewan berkaki banyak itu,rasanya ingin sekali aku teriak tapi pasti aku akan membangunkan seisi rumah bahkan tetanggaku bisa-bisa bangun.Terpaksa aku tahan sampai-sampai keringat dingin dan hampir ngompol.)
nilai yang dapat diambil : Jangan terlalu takut terhadap sesuatu terlalu berlebihan, karena tidak baik untuk kesehatan.
• (Satu jam kemudian salah satu laba-laba itu tiba-tiba tertiup angin dan terjatuh dan mendarat diatas kepalaku, secara spontan aku mengambil kamus bahasa inggrisku yang tebal yang ada didekatku lalu memukulkanya ke wajahku. Sialnya kamusku yang sangat tebal itu tak mengenai laba-laba malah hanya melukai hidungku sampai mengeluarkan darah,seperti mengejekku laba-laba yang terjatuh itu menari-nari dibawah tempat tidurku kemudian sembunyi entah kemana.)
Nilai yang dapat diambil : ceroboh adalah sikap yang kurang baik , karena dapat melukai diri kita sendiri akhirnya.
• ( “Ya sudah gak apa-apa, lha hidungmu kenapa nak? Kok sampai berdarah gitu?” tanya ibu. “Tidak apa-apa bu, cuma luka kecil.”jawabku dengan kebohongan.).
Nilai yang dapat diambil : berbohong adalah hal yang tidak baik.
5. Amanat : - jangan jadi orang yang penakut berlebihan
- Jangan mudah mengambil keputusan
- Jangan suka berbohong
- Jagalah kebersihan kamarmu
Unsur Ektrinsik :
1. Latar kepengarangan : latar kepengarangan penulis adalah penulis ingin menyampaikan bahwa ketakutan yang berlebihan itu tidak baik.
2. Keyakinan penulis & masyarakat pembaca : bahwa nilai dan amanat dari cerpen tersebut dapat diterima dengan mudahnya karena, cerpen tersebut ditulis dengan bahasa yang komunikatif.
Nama : Panji Satria D
Kelas : X Aksel 2 / 12
1. Judul : Martini (karya Kurniawan Lastanto)
2. Unsur Intrinsik
a. Tema : Percayalah pada niat baikmu
b. Latar :
-Tempat : Di dalam bis (dalam perjalanan) dan di kampung
-Waktu : 3 tahun setelah kepergian Martni ke Arab Saudi
-Suasana : diawal cerita suasana yang timbul basa saja, tetapi pada pertengahan cerita suasana yang timbul menegangkan karena adanya konflik yang timbul ketika tokoh utma bermimpi
c. Plot / Alur : alur cerita itu adalah alur maju(episode) karena jalan cerita dijelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh bermimpi, pada mimpinya timbul suatu pertentangan yang berlanjut ke konflik(klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks dan pada akhir cerita terdapat penyelesaian.
d. Nilai
-Nilai Moral : Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama manusia, karena husnudzon mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang baik.
-Nilai Sosial Budaya : Cerita pada cerpen tadi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahwa kebanyakan orang yaitu wanita pergi merantau ke negeri orang demi membantu perekonomian keluarga seperti menjadi TKW, sedangkan suaminya menunggu dirumah, untuk dikirimi uang dari istrinya tanpa berpikir, susahnya mencari uang di negeri orang, sedangkan dia sendiri tidak bekerja. Namun, hal ini bertolakbelakang dengan budaya serta tradisi, bahwa yang wajib mencari nafkah untuk keluarganya adalah suami. Karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, jadi ia harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tetapi, hal ini rupanya sudah banyak terjadi di masyarakat, sehingga tidak jarang pula orang-orang yang menjumpai hal tersebut.
e. Amanat
-Seharusnya suami bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi anak dan istrinya
-Jangan dulu bersikap su’udzon kepada seseorang bila belum ada buktinya
- Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan membuahkan hasil yang baik
- Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah swt
3. Unsur Ekstrinsik
a. Latar kepengarangan penulis: -
b. Keyakinan penulis: -
c. Masyarakat pembaca: -
Nama : Salsabila Shofia PYP
Kelas : X AKSEL 1
No. Abs : 16
1. Judul cerpen :
"Sang Penolong" karya Mahdi Idris
2. Tema :
Menolong sesama
3. Unsur Intrinsik :
a. Latar :
-Tempat : di pinggir sungai, di sungai, di tanggul sungai, di kampung Pualam, di pekarangan, di
Masjid.
-Waktu : bertahun-tahun, 2 jam, siang, sore, malam.
-Suasana : suram, bingung, santai, senang.
b. Alur : mundur dan maju.
c. Nilai :
-"...Sudah takdir Allah bahwa setengah dari hartaku ini untukmu..."
Nilai sosial : menolong orang yang kesusahan dengan memberikan setengah dari hartanya untuk orang lain yang membutuhkan.
-"...Madin mendengarkan doa-doa Teungku Balkiah itu dengan seksama. Jantungnya berdebar, bergetar hebat. “Ternyata, Teungku Balkiah meminta semua harta itu dari Allah. Ia meminta tolong pada Allah. Aku bodoh sekali, mau minta tolong padanya. Padahal Allah itu juga Tuhanku. Mulai sekarang, aku harus meminta pada Allah, agar aku jadi orang kaya.” Madin membatin, matanya berkaca-kaca. Lalu ia duduk bersila, berdoa sambil menangis sesenggukan, “Ya Allah, tolonglah hamba ini. Keluarkanlah aku dari kemelaratan. Aku tak sanggup lagi berada dalam kemiskinan. Berikanlah hamba rezeki dari-Mu...”
Nilai religius : memintalah dengan Allah, dan janganlah meminta kepada orang lain, karena Allah lah yang memberi segalanya kepada kita.
d. Penokohan :
- Madin : tidak berputus asa, bisa memperbarui sikapnya.
- Lelaki paruh baya : baik, membantu memberi informasi.
- Teungku Balkiah : baik, penolong, taat pada Allah, dermawan.
e. Amanat :
- Hendaklah kita menolong sesama.
- Berikanlah sebagain dari harta kita kepada orang yang membutuhkan.
- Memintalah dan berdoa kepada Allah, dan jangan meminta kepada orang lain.
- Bersyukurlah kepada Allah dengan apa yang sudah Ia berikan kepada kita.
- Jangan bersikap tamak dan kikir setelah mendapatkan harta yang banyak.
4. Unsur Ekstrinsik :
a. Latar kepengarangan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
b. Keyakinan penulis : tidak dicantumkan dalam cerpen
c. Keyakinan masyarakat : tidak dicantumkan dalam cerpen
1. Judul : Begeser Sepuluh Senti
2. Unsur Intrinsik :
Tema : Penyesalan
Latar : Tempat : -Tepi Lapangan
-Kotak penalty
-Gawang
-Mobil
-Halaman Samping
Waktu : -Siang hari
Suasana : -Ceria: Deni benar-benar luar biasa. Baru 2 bulan di sekolah barunya, ia sudah menjadi anggota tim sepakbola. Dia dan teman-temannya sedang bertanding sekarang. Tentu, Li-el dan Mama ikut mendukung Deni. Berseru-seru sambil mengacung-acungkan poster di tepi lapangan.
“Go, Deni go!” teriak Mama dan Li-el kompak. Hi hi …. Mama tak kalah semangat dari Li-el. Skor imbang sekarang, dua sama.
-Hening: Bertiga, mereka naik mobil dalam diam. Diperjalanan, suasanan makin lama makin hening. Li-el ingat bagaimana rasanya kalah dalam pertandingan basket. Dia juga ingat bagaimana rasanya ketika menumpahkan cat di lukisan seorang teman Mama. Perasaan Deni pastilah campuran keduanya.
-Senang : Deni geli mendengar perdebatan Mama dan Li-el. Dia mengerti Mama dan Li-el sedang berusaha menghiburnya. Apalagi Li-el yang sudah bersusah payah menjadi katak, meskipun menurut Deni, cara itu lebih cocok untuk anak TK, hihihi…..
Alur : Maju
Amanat : Jangan menyesali apa yang sudah terjadi.
Nilai :
a. Moral :
Deni tersenyum. Mama dan Li-el memang ahli membuat perasaanya jadi lebih baik. Dia tidak tahu bagaimana sikap teman-temannya besok. Namun, benar kata Mama. Dia harus menghilangkan rasa menyesalnya dulu. Dan akhirnya teman-temannya mau memaafkannya.
b. Sosial :
Li-el mondar-mandir, mencari cara menghibur Deni. Jangan-jangan apa yang dikatakannya nanti justru membuat Deni makin sedih. Tiba-tiba dia ingat boneka kataknya. Segera disambarnya boneka itu lalu menuju halaman samping,tempat Deni menyendiri. Li-el berusaha menghibur Deni,Walau mencoba bersembunyi Li-el masih terlihat di bawah kursi.
3. Unsur Ekstrinsik : -
Nama : Kumara Panji Atmaja
Kelas : X Aksel 1
No. Absen : 12
1. Identitas Cerpen :
-> Judul cerpen : Kado Terindah
-> Penulis : Nalini Wikasita
2. Unsur Intrinsik :
a) Tema : Persahabatan yang sejati
b) Setting / Latar :
* Latar tempat :
• Kamar -> bukti = Sejenak ku tatap pigura yang terpampang di tembok kamarku, betapa indahnya persahabatan yang kujalani selama dua tahun ini.
• Sekolah -> bukti = Aku segera meraih tasku dan segera meninggalkan sekolah.
• Cafe -> bukti = Motor Eka berhenti tepat di depan cafe yang biasa kita kunjungi.
• Rumah Eka -> bukti = Tak menunggu lama, aku segera pergi meninggalkan rumah dan berlari menuju sebelah rumah, yaitu rumah Eka untuk membantu mengerjakan soal-soal ini.
* Latar waktu :
• Pagi hari -> bukti = Sepatah pesan singkat yang kuterima pagi hari ini, kulontarkan senyuman penuh arti terhadap Eka, sahabatku yang mengirim pesan singkat di awal Desember yang indah.
• Waktu pulang sekolah -> bukti = “Kriiinggg” tiba-tiba bel sekolah berbunyi nyaring menandakan waktu berkemas dan pulang.”
• Malam hari -> bukti = “Hm, kemana lagi habis ini? mumpung malam minggu” Ajak Eka sambil berjalan keluar gedung teater.
* Latar suasana :
• Bahagia -> bukti = “Kamu tahu, kehadiranmu adalah kado yang terbaik yang pernah aku punya” Jawabku sambil tersenyum.”
• Sedih -> bukti = Air mata Eka sudah tak dapat dibendung lagi, sebutir air mata mengalir di pipinya menandakan akan kerinduannya terhadap orang tua yang sangat ia kasihi.
• Heran / tidak percaya -> bukti = Berjam jam aku hanya duduk diam di teras depan rumah dan masih tak percaya sahabat yang selama ini selalu bersamaku telah pergi.
c) Alur :
• Alur maju -> Karena jalan ceritanya dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan cerita dan masalah sampai ke konflik, klimaks (puncak konflik), dan akhirnya di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
d) Tokoh dan Penokohan :
• Aku (sebagai penulis) -> perhatian, setia, peduli terhadap orang lain, jujur
• Eka -> ramah, perhatian, peduli terhadap orang lain, suka menolong
• Nenek Eka -> ramah, perhatian
• Dewa -> peduli terhadap orang lain, mau mengalah
e) Nilai :
• Nilai Moral = Saat tokoh ‘Aku’ berkata bahwa sahabatnya, Eka adalah kado terbaik yang pernah ia punya. Di kehidupan nyata, kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia ini, maka daripada itu kita hidup membutuhkan orang lain, seperti orang tua dan teman / sahabat.
•Nilai Kepedulian = Saat tokoh ‘Aku’ meyakinkan bahwa sahabatnya, Eka selalu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari neneknya dan tokoh ‘Aku’, walaupun ia tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Di kehidupan nyata, kita harus saling peduli satu sama lain karena kita tidak hidup sendiri di dunia ini.
• Nilai Persahabatan = Saat tokoh ‘Aku’ sangat sedih ketika mengetahui bahwa sahabatnya, Eka telah pergi jauh meninggalkannya. Di kehidupan nyata, kita akan merasa sedih dan kehilangan jika kita tahu bahwa orang – orang yang kita kasihi telah pergi meninggalkan kita.
f) Amanat :
• Jalinlah selalu persahabatan yang sejati
• Bersyukurlah atas segala sesuatu yang telah kamu miliki
• Jangan pernah menyerah dalam menjalani kerasnya kehidupan ini
• Selalu jujur terhadap segala hal dan jangan pernah mengecewakan teman / sahabatmu sendiri
• Jangan lari dari setiap permasalahan hidup, karena setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya
g) Sudut pandang :
• Sudut pandang orang pertama
3. Unsur Ekstrinsik :
a) Latar kepengarangan penulis :
• Penulis adalah seseorang yang berpengalaman dalam hal menjalin persahabatan dan ia ingin menyalurkan pengalamannya tersebut melalui cerpen ini supaya orang – orang dapat mengetahui arti persahabatan yang sesungguhnya.
b) Keyakinan penulis :
• Penulis yakin bahwa kejadian dalam cerpen ini masih banyak ditemui di masyarakat, terutama dalam hal menjalin persahabatan.
c) Masyarakat pembaca :
• Pembaca dapat mengambil pelajaran dari cerpen ini karena cerpen ini mengandung masalah yang ada di masyarakat dan masih banyak orang yang memiliki masalah yang sama dengan cerpen ini.
Valentina Kania P.
X - Aks - 2 / 16
1. Judul : “Katakan Saja!”
Karya : Alleya Hanifa
2. Unsur intrinsik
a. Tema : Memaafkan
b. Latar :
- Waktu :
* istirahat sekolah, bukti : “Sekarang, sudah jam istirahat, Dina makan semangkuk mi ayam di kantin.”
* pulang sekolah, bukti : “Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu.”
* Seminggu kemudian saat mading kelas sembilan terbit, bukti : “Seminggu kemudian, ada kerumunan di depan mading kelas sembilan.”
- Tempat :
* kantin sekolah, bukti : “Sekarang, sudah jam istirahat, Dina makan semangkuk mi ayam di kantin.”
* dekat gerbang sekolah, bukti : “Dia berjalan menuju gerbang sekolah.”
* depan mading kelas sembilan, bukti : “Seminggu kemudian, ada kerumunan di depan mading kelas sembilan.”
- Suasana :
* mengesalkan, bukti : “Dina sedang kesal. Kesal sekali!”
* menyenangkan/membahagiakan, bukti : “... seru Anggit dengan senyum mengembang di wajahnya.”
* ramai, bukti : “Terdengar berbagai celoteh menarik di sana.”
* menegangkan, bukti : “... tanya Anggit dengan nada tinggi. Kemudian, dia melipat tangannya dan membuang mukanya.”
* melegakan, bukti : “Dina tersenyum lega.”
c. Alur : Alur maju dengan tahapan alur sebagai berikut:
- Perkenalan : Dina adalah siswa kelas sembilan di suatu sekolah.
- Pertikaian : Dina kesal karena Anggit mencuri ide presentasi dan makalahnya.
- Konflik : Dina menulis perasaannya kepada Anggit melalui rubrik majalah dinding berjudul “Katakan Saja!” yang akan dimuat minggu depan. Siang harinya, Anggit meminta maaf kepada Dina karena telah mencuri ide makalahnya.
- Klimaks : Dina lupa memberi tahu Tami untuk menghapus tulisannya di rubrik “Katakan Saja!”. Setelah Anggit membaca majalah dinding tersebut, Anggit merasa marah kepada Dina.
- Antiklimaks : Dina menjelaskan kepada Anggit bahwa ia lupa memberi tahu Tami soal tulisan itu. Mereka pun saling memaafkan dan kembali berteman.
d. Nilai :
- Nilai moral yang kurang baik ditunjukkan oleh sikap Dina yang lebih memilih untuk menyindir Anggit melalui media daripada berbicara langsung kepada Anggit.
- Nilai sosial ditunjukkan oleh hubungan sikap Dina dan Anggit yang tidak malu untuk meminta maaf dan memaafkan.
e. Amanat :
- Jangan takut untuk meminta maaf kepada orang lain!
- Jangan segan untuk memaafkan orang lain!
- Jika memiliki masalah, seseorang lebih baik berbicara langsung kepada orang yang bersangkutan daripada menyindir melalui media massa.
3. Unsur ekstrinsik
a. Latar kepengarangan penulis : Alleya Hanifa adalah penulis muda yang berbakat. Ia lahir di Semarang, 19 April 1996. Ia sudah menulis buku kumpulan cerpen sejak tahun 2006. Ia juga memiliki segudang prestasi bidang kebahasaan dan sastra.
b. Keyakinan penulis : Penulis muda ini ingin mengajak pembacanya untuk berani mengungkapkan masalahnya dengan orang yang bersangkutan secara langsung dan tidak malu mengakui kesalahannya.
c. Masyarakat pembaca : Kondisi masyarakat zaman sekarang sangat sesuai dengan kondisi pada cerpen tersebut. Pembaca cerpen yang rata-rata pelajar anak-anak dan remaja seringkali malu untuk mengakui kesalahan, seperti tokoh cerita tersebut. Masyarakat era globalisasi juga mulai bersikap individualis dan memilih menulis diam-diam ketimbang berbicara langsung. Masyarakat dapat mencerna amanat yang disampaikan karena cerpen ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami.
Menganalisis Unsur-Unsur Cerpen
Judul : Matahari Tak Terbit Pagi Ini (karya Fakhrunnas M. A. Jabbar)
Unsur Intrinsik Cerpen
a.Tema : kerinduan
b.Tokoh dan Penokohan :
1)“Aku” yang berperan sebagai tokoh utama berwatak romantis, penuh pengertian, serta penyabar.
Bukti penokohan :
a)Kaulah matahari itu, Bidadariku. Berhari-hari kaumerekat kasih hingga tak terkoyak oleh waktu.
b)Ingin aku menjenguk bilik hatimu setiap saat, tapi tak bisa.
2)“Kamu” yang berperan sebagai tokoh pendamping berwatak setia dan memiliki keteguhan hati.
Bukti penokohan :
a)“Aku takut bila aku berubah. Tetapi tak akan pernah, Pangeranku,” ucapmu pelan.
b)Kautelan kesendirian itu di kejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang tersaput luka rindu kita.
c)Kau pun ada dalam bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu ada manik-manik kasih mengalir di samudra kehidupan yang mahaluas ini.
c.Latar :
1)Tempat : kamar
Bukti latar tempat :
Kau menatap langit-langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kautulis dengan desah napasmu.
2)Waktu : pagi hari
Bukti latar waktu :
Sungguh, matahari tak terbit pagi ini.
3)Suasana : sedih
Bukti latar suasana
Si tokoh Aku merasa kehilangan karena orang yang dikasihinya tiada lagi di sampingnya.
d.Alur : maju
Mula-mula menceritakan betapa kehilangannya si tokoh Aku ketika orang yang dikasihi itu tiada lagi di sampingnya. Lalu si tokoh Aku membayangkan kisah masa lalunya yang penuh kebahagiaan dengan orang yang dikasihinya. Si tokoh Aku hanya dapat berharap bisa bersama kembali dengan orang yang ia rindukan.
e.Sudut Pandang : orang pertama pelaku utama
Bukti sudut pandang :
Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub-kutub kosong itu.
f.Nilai :
1)Nilai kasih sayang :
Dibuktikan berdasarkan rasa kasih sayang yang mendalam oleh si tokoh Aku terhadap orang yang sangat ia sayangi ketika mereka masih hidup bahagia bersama.
2)Nilai kesetiaan :
Dibuktikan berdasarkan rasa kesetiaan antara kedua tokoh yang tidak akan pernah berpaling satu sama lain, baik oleh si tokoh Aku maupun tokoh orang yang sangat disayangi oleh si tokoh Aku.
3)Nilai kesabaran :
Dibuktikan berdasarkan kesabaran dan keuletan si tokoh Aku yang tetap berharap bisa bersama kembali dengan orang yang ia sayangi walaupun orang yang ia sayangi tiada lagi di sampingnya.
g.Amanat :
Orang terkasih sangatlah berarti, sayangilah dia dengan sepenuh hati, ketiadaannya dapat menyebabkan hidup menjadi sunyi, tidak indah, dan serasa tidak bermakna lagi.
Unsur Ekstrinsik Cerpen
a.Latar kepengarangan penulis :
Penulis membuat karangan cerpen yang berjudul “Matahari Tak Terbit Pagi Ini” semata-mata berdasarkan kisah hidup yang sering dialami olah masyarakat pada umumnya yaitu mengenai nilai kesetiaan dan kasih sayang.
b.Keyakinan penulis :
Penulis yakin melalui cerpen berjudul “Matahari Tak Terbit Pagi Ini” dapat memberikan nilai-nilai motivasi akan semangat hidup, sehingga masyarakat pembaca dapat lebih tegar dalam menjalani kehidupan mereka.
c.Keyakinan masyarakat pembaca :
Masyarakat pembaca dapat mengambil berbagai nilai kehidupan berdasarkan pada kenyataannya di kehidupan mereka sehari-hari.
Nadina Larasati D U
10/X aksel 2
1. Judul cerpen yang dipilih : Rinduku Kenanganku, karya : Rica Okta Yunarweti
2. Unsur intrinsik :
-tema : persahabatan
-setting : tempat:sekolah, danau, rumah sakit, rumah pohon.
-tokoh:
-Lintang:tomboy, baik, jujur
-Diana:baik,lembut, suka membantu sahabat, setia kawan
-Lizy:baik,mau membantu teman
-Deva:baik hati
-alur : maju
-nilai :
a. moral : dari cerpen ini kita mendapat nilai moral agar kita selalu mendukung sahabat kita dalam keadaan apapun dan juga kita harus selalu menyayangi sahabat kita tersebut.
b. persahabatan:semua teman Lintang merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa Lintang sudah meninggal dunia karena penyakit leukemia yang dideritanya.
-amanat: -kita harus selalu menyayangi sahabat kita
-sesama sahabat kita harus selalu mendukung dalam keadaan apapun
-hendaknya kita membntu sahabat kita saat sahabat kita ditimpa musibah
3. Tentukan unsur ekstrinsiknya
A. Latar kepengarangan penulis :
Penulis mengarang cerita ini dengan maksud agar orang-orang lebih menghargai persahabatan.
B. Keyakinan penulis dan masyarakat pembaca:
Masyarakat yang membaca dapat mengetahui arti persahabatan yang sesungguhnya.
Nama : Muhammad Yusuf Arditya
No : 14
Kelas : X Aksel 1
1. Judul cerpen : Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya
2. Unsur Intrinsik :
• Tema : Sosial
• Latar (Setting) :
*Latar tempat :
- Kantor pengacara tua, bukti terdapat pada kalimat “Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum” dan “Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.”
- Pengadilan, bukti terdapat pada kalimat “Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu.”
*Latar waktu :
- Malam hari, bukti terdapat pada kalimat “Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam.”
*Latar suasana :
- Menegangkan, bukti terdapat pada kalimat “Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.”
- Menyedihkan karena anak pegacara tua tersebut meniggal, bukti terdapat pada kalimat “Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.”
• Penokohan
*Pengacara muda sebagai tokoh utama, berwatak : kritis, tekun, bersemangat cerdas dan profesional terhadap pekerjaannya.
*Pengacara tua sebagai tokoh utama, berwatak : bijaksana, penyayang, rendah hati.
*Sekertaris sebagai tokoh pendamping, berwatak: baik hati, penyayang dan ramah.
*Penjahat sebagai tokoh pendamping, berwatak: serakah dan jahat.
• Alur : maju
*Perkenalan : Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
*Tikaian : Pengacara muda ditugaskan negara untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Tapi dia tidak mau.
*Rumitan : Seorang meminta kepada pengacara muda untuk membelanya. Karena pengacara itu profesional maka dia menerimanya dengan membela penjahat dipersidangan.
*Klimaks (puncak) : Peradilan terhadap pengacara dan penjahat itu dimenangkan keduanya. Penjahat itu bebas dengan tertawa lepas.
*Antiklimaks (penyelesaian) : Rakyat menjadi beramarah. Mereka turun kejalan dengan melakukan demontrasi besar-besaran dimana-mana, gedung-gedung dipengadilan dibakar, dan pengacara muda itu diculik dan dibunuh.
• Nilai :
*Nilai Profesionalitas : Pada saat pengacara muda itu memisahkan urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan.
*Nilai Politik : Ketika negara menugaskan pegacara muda untuk membela penjahat besar dengan maksud ingin menjatuhkan nama pengacara tersebut.
• Amanat :
-Dalam memilih pilihan hidup itu, kita seharusnya sebagai manusia menggunakan pikiran serta perasaan, sehingga pilihan yang kita ambil tersebut tidak merugikan diri sendiri.
-Banyaknya mafia-mafia di negeri ini merupakan bukti kebobrokan moral di Negara ini yang mana hukum bisa diperjual belikan.
-Kita sebagai manusia yang mempunyai akhlak hendaknya menjalani sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara profesional, sehingga hal-hal yang merugikan orang lain apalagi menyengsarakan orang lain dapat dihindari.
3. Unsur Eksterinsik Cerpen
• Latar kepengarangan penulis : Penulis menulis cerpen yang berjudul “Peradilan Rakyat” ini bermaksud ingin memberi sindiran kepada pemerintah yang kurang tegas dalam menegakkan keadilan.
• Keyakinan penulis : Tidak di cantumkan dalam cerpen.
• Keyakinan pembaca : Tidak di cantumkan dalam cerpen.
Nama : Irfan Anshori F
Kelas : 10 a I
no : 10
1. Judul : Ada Cahaya Di Lampu Yang Lain
Pengarang : Wahyu Nurudin
2. Unsur Intrinsik
a. Tema : Perpisahan
b. Setting : - Tempat : Aula sekolah dan lapangan voli
- Waktu : Malam hari
- Suasan : Mengharukan karena Silvi tidak ingin mereka berpisah
c. Alur : Maju dan mundur/campuran
d. Amanat :
• Kita harus menatap masa depan
• Sesuatu yang te lah terjadi harusnya menjadi pelajaran bagi kita
• Kita harus sungguh-sungguh dalam mengejar cita-cita
e. Penokohan : - Silvi : Lemah lembut, penuh perasaan
- Heri : Perhatian
f. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
3. Unsur Ekstrinsik
a. Latar belakang pengarang : -
b. Masyarakat pembaca : -
c. Keadaan masyarakat : -
Nama : Bethea Zia Davida
Kelas : X Aksel 1
No : 08
1. Judul : Takdirku
2. Tema : Percintaan dan Takdir
Setting : 1. Di kamar Tari pukul 17.15.
Ditandai dengan kalimat "Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari sekolah tadi tak keluar-keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin dekat."
2.Di kelas sehabis jam istirahat sekolah.
Ditandai dengan kalimat "Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam istirahat telah usai. Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya."
3.Jam 7 malam di ruang TV.
Ditandai dengan kalimat "Jam 7 malam, Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau bicara dengan Tari.' Tari, sini! Bapak mau ngomong'"
4.Sebuah rumah di jalan raya
Ditandai dengan kalimat "Di sebuah rumah di jalan raya itu, ada perbincangan antar keluarga."
5.Di kamar Tari jam 15.00
Ditandai dengan kalimat "Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan dilamar."
Alur : Alur campuran
Nilai : - Nilai Sosial : Nilai kehidupan yang tercantum dalam cerpen tersebut mencakup seluruh cerita yang menceritakan keadaan sosial seorang tokoh utama.
- Nilai Agama : Nilai kehidupan yang tercantum dalam cerpen tersebut menyuruh kita untuk mempercayai takdir Tuhan.
Amanat : - Selalu bersyukur.
- Dalam menghadapi hal apapun, kita harus bersikap dewasa dan berpikir panjang.
- Bersabarlah dalam menjalani kehidupan ini.
- Percaya pada takdir Allah.
- Patuhilah dan hormatilah orang tua kita, mereka pasti tahu yang terbaik.
- Jangan suka melamun.
- Jangan menyesali sesuatu yang sudah terjadi
3. Latar kepengarangan penulis : Penulis menulis cerita tersebut ingin membuat pembaca lebih mensyukuri hidup.
Keyakinan penulis dan masyarakat pembaca : Walaupun tradisi masa lalu masih kadang digunakan di jaman modern ini, tetapi ada baiknya untuk melihat sisi positifnya, sehingga dari cerpen tersebut masyarakat menjadi mencoba menerima dan mensyukuri segala hal.
Cerpen tentang laki- laki sejati dong lengkap struktur, karakteristik dan persamaan thank
Unsur intrinsik cepern putu wijaya yg berjudul PROTES :)
ubah cerita panjang uratnya ke dalam prosa biasa ! jawab ya ^_^
cerpen nggak tahu malu :
1. tujuan penceritaan
2. nilai agama
3. nilai moral
4. nilai budaya
5. nilai sosial
6. apa menyebabkan dirinya sebagi pencuri kue dan apa pula melatari kesadarannya
7. jika anda ternyata seperti cerita diatas, tunjukkan lima sikap yang harus anda lakukan terhadap lawan jenis anda di atas
Bukannya komedi itu genre prosa ya?
Sebutkan unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen matahari tak terbit pagi ini
cerpenny mana
Posting Komentar