Jumat, 05 Juli 2013

Mengomentari Paparan Materi dalam Diskusi/ Seminar

Materi 1: Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan karena sebagian dari anak-anak putus sekolah yang hidup di kota besar mulai turun ke jalan sebagai anak jalanan. Padahal, mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita-cita pembangunan Indonesia. Parahnya, kehidupan anak jalanan sangat akrab dengan kriminalitas. Beberapa di antara mereka, selain menjadi pengamen, pengemis, dan pedagang asongan, ada juga yang terjebak di dalam lembah hitam, yaitu berprofesi sebagai pencopet cilik akibat kebutuhan mereka untuk mengisi perut yang kosong. Ada lagi fenomena yang sangat menyedihkan, beberapa anak yang turun ke jalanan tersebut justru mendapat dukungan, bahkan diperintah oleh orangtua kandung mereka. Sungguh miris. Padahal, setiap orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya dan harus dipertanggungjawabkan, baik secara moral maupun di hadapan Yang Mahakuasa. Materi 2: Dari novel-novel remaja yang saya teliti, banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Misalnya, kebiasaan berpesta, memperebutkan lawan jenis. Saya kira, walaupun kita remaja, ya, tidak selayaknya seperti yang digambarkan dalam novel-novel itu. Namun, teman-teman, kita juga tidak perlu berlebihan dalam menyikapi kecenderungan novel-novel remaja sekarang. Toh, kita sebagai remaja, sudah sepatutnya dapat memilih kebiasaan yang baik dan yang tidak baik. Lagi pula, kalau pun ada perilaku remaja yang kita anggap salah, bisa jadi bukan karena pengaruh novel yang dibacanya. Banyak faktor lainnya, misalnya pengaruh televisi, ataupun kebiasaan di lingkungan pergaulannya. Perintah: Berikan masing-masing satu komentar, jangan lupa sertakan identitas berupa nama, nomor, dan kelas Anda!

53 komentar:

Anonim mengatakan...

Arya B. Kevin R. / XI. Akselerasi-3 / 02


Tugas 1,Membuat statement/pernyataan dari wacana diatas

Saya setuju, jika faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab semakin banyaknya anak putus sekolah. Ada banyak faktor ekonomi yang membuat anak putus sekolah seperti pendapatan orang tua yang tidak cukup untuk membiaya sekolah atau hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sehingga anak harus putus sekolah dan mencari rejeki untuk kehidupan sehari-hari. Ada yang didasari dengan keinginan sendiri maupun orang tua yang menyuruh anaknya agar membantu orang tua mencari nafkah. Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan sang anak tetapi kebanyakan hanya memikirkan pekaerjaan apa yang tidak memerlukan banyak tenaga, sehingga mereka berpikir untuk mencari uang dengan cara meminta belas kasihan orang lain seperti mengemis, mengamen, dll. Ada juga yang mengarahkannya kearah hal yang berbau kriminalitas atau negatif seperti menjadi pencopet cilik.

Tugas 2,Memberi tanggapan tentang pernyataan seseorang

Pernyataan :
Dari novel-novel remaja yang saya teliti, namyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Misalnya, kebiasaan berpesta, memperebutkan lawan jenis. Saya kira, walaupun kita remaja, ya, tidak selayaknya seperti yang digambarkan dalam novel-novel itu.

Tanggapan :
Saya setuju, jika novel-novel remaja jaman sekarang mengangkat tema yang kurang sesuai. Lagi pula pengangkatan tema yang kurang tepat dapat merusak etika dan moral anak remaja. Alasan lainnya adalah masa remaja merupakan masa pembentukan karakter, sifat, dan kebiasaan suatu individu. Sehingga pengangkatan tema pada novel-novel harus memikirkan dampak apakah yang akan terjadi pada generasi muda.

lailiteja mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
lailiteja mengatakan...

Materi 1:
Saya setuju bahwa faktor ekonomi adalah latar belakang mengapa banyak anak putus sekolah yang kemudian menjadi anak jalanan. Hal ini pastilah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Karena harus kita akui bahwa di Indonesia mencari pekerjaan yang layak sangatlah sulit. Dengan kata lain menjadi anak jalanan adalah pilihan termudah bagi anak yang putus sekolah.
Namun, di lain hal saya tidak setuju bahwa orangtualah yang “disalahkan” mengapa anak-anak dapat turun ke jalan dan bekerja meskipun masih dibawah umur. Ya, orangtua memang bertanggungjawab untuk mendidik anak-anaknya. Tapi apakah ada orangtua yang menginginkan anaknya putus sekolah lantas memperalat anaknya untuk mencari uang? Apakah ada orangtua yang tega memperalat anaknya sendiri? Tentu saja tidak. Setiap orangtua pasti menginkan yang terbaik bagi anaknya. Dan jika ada orangtua yang memberi dukungan apalagi menyuruh anaknya turun ke jalan, maka hal ini kembali ke latar belakang kasus tersebut. Bahwa orangtua juga merasa himpitan ekonomilah yang memaksa mereka untuk membiarkan anaknya bekerja sebagai anak jalanan. Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan adalah, negara kita, Indonesia sangatlah kaya. Namun kekayaan Indonesia juga tergantung bagaimana bangsa kita memanfaatkannya. Apakah dengan jujur dan bijaksana atau? Itulah yang terjadi saat ini.

Materi 2:
Memang benar bahwa banyak novel remaja yang ada saat ini menggambarkan kehidupan remaja yang berlebihan dan cenderung mengarah ke hal-hal negatif. Terutama novel-novel teentlit yang hampir dapat dipastikan bahwa tidak mempunyai amanat sesungguhnya. Namun, di lain sisi kita juga tidak dapat mengecap bahwa novel remaja Indonesia tidak bermutu. Ambillah contoh “5cm” karya Donny Dhirgantoro yang mengajarkan untuk tidak menyerah terhadap mimpi kita. Sebenarnya hal tersebut kembali kepada diri kita sendiri untuk memilah dan memilih mana yang patut menjadi bahan bacaan kita.

Laili Teja Aisiyantri/11/XI Aksel 2 -sebelumnya terdapat salah ketik-

GemilangFoundation mengatakan...

Nama : Gemilang Bagus Pramana
Kelas : XI AKSEL III
No : 06

Tugas 1,Membuat statement/pernyataan dari wacana diatas
menurut pendapat saya,saya cukup setuju dengan pernyataan tentang anak-anak putus sekolah yang terjun ke jalanan adalah akibat dari faktor ekonomi,akan tetapi saya juga sedikit mengkritisi pernyataan jika faktor ekonomi adalah penyebab utama masalah tersebut.Adapun bila dilihat dari fakta lapangan yang pernah saya amati adalah :
1. Anak turun ke jalan biasanya (tidak semuanya) adalah anak yang malas dan kurang memiliki jiwa sosial yang baik
2. Anak yang turun ke jalan memang menyukai pergaulan dengan sesamanya (anak jalanan yang juga bermasalah)
3. Seperti disebutkan diatas bahwa kadang terdapat dukungan dari orang tua.
Walaupun demikian memang diperlukan usaha dari pihak terkait (orang tua dan pemerintah ataupun lembaga) untuk menangani masalah anak jalanan tersebut.

Tugas 2,Memberi tanggapan tentang pernyataan seseorang
Menurut pendapat saya,pernyataan bahwa banyak novel remaja yang kuarang baik dan tidak mencerminkan sikap ideal dari remaja diatas cukup benar,akan tetapi kita juga harus melihat referensi lebih jauh,bahwa dewasa ini cukup banyak pula novel-novel remaja yang berisi tentang perjuangan,motivasi dan spiritualitas seperti contohnya negeri 5 menara dan laskar pelangi karya Andrea Hirata,yang tentunya bisa memberikan nilai positif untuk remaja.

Unknown mengatakan...

M. Irfan. S, XI AKS 3 / 10

Tugas 1,Membuat statement / pernyataan dari wacana diatas

Saya setuju, jika faktor ekonomi adalah salah satu faktor penyebab banyaknya anak putus sekolah. Karena banyak diantara mereka yang memilih untuk tidak malanjutkan sekolah lagi dan membantu orang tua mereka untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari dengan bekerja menjadi pengamen, pengemis, dan pedagang asongan. Tetapi ada juga diantara mereka yang turun ke jalan dan menjadi anak jalanan sehingga mereka mudah terjerumus dan condong ke pekerjaan yang berbau kriminalitas seperti pencopet cilik, dan ironisnya yang membuat mereka seperti ini taklain dan takbukan ialah orang tua mereka sendiri yang menyuruh mereka berbuat hal semacam ini, dan mau tak mau mereka selalu mematuhunya karena bagaimanapun itu adalah perintah orang tua mereka.

Tugas 2, Memberi tanggapan tentang pernyataan seseorang

Saya setuju jika banyak novel remaja yang mengandung nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita, karena hal semacam ini dapat merusak karakter generasi muda kita. Tetapi anehnya novel sepertiinilah yang laris manis terjual di pasaran, apakah mereka tak berfikir ketika akan membeli novel semacam ini akan berdampak buruk bagi diri mereka sendiri. Memang tidak dipungkiri bahwa dampak buruk bukan hanya berasal dari novel seperti ini saja dan tidak dipungkiri juga bahwa minat membaca di Indonesia meningkat akibat dari banyaknya remaja yang sekarang ini suka membaca novel, tetapi apakah tidak ada bacaan yang lebih baik lainnya yang patut dikonsumsi oleh para remaja selain novel - novel seperti ini, misalnya novel scien-fiksi untuk memotivasi kita untuk selalu bermimpi dan berusaha menggapai impian kita, ketimbang novel - novel masa kini yang endingnya itu - itu saja.

Nanda Rahma A. mengatakan...

Nama: Nanda Rahma Ananta
Nomor: 13
Kelas: XI Aksel 2

Materi 1. Saya setuju, bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah dan turun ke jalanan. Mereka turun ke jalanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, wacana tersebut hanya menyebut bahwa semua itu adalah salah orang tua dan anak itu sendiri. Pemerintah seharusnya disebutkan dalam wacana tersebut. Mengapa? Karena pemerintah berperan besar dalam "turunnya anak putus sekolah ke jalanan". Contohnya saja, pemerintah bisa memberi anak yang putus sekolah kesempatan untuk bersekolah lagi, sehingga anak tersebut tidak turun ke jalanan untuk mencari nafkah.

Materi 2. Saya setuju dengan wacana tersebut yang menyatakan bahwa novel remaja kebanyakan berisi nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan kita. Namun, itu hanya 'sebagian besar'. Dibalik banyaknya novel remaja yang nilai kehidupannya tidak sesuai dengan kehidupan kita tersebut, terdapat beberapa novel yang berisi nilai kehidupan yang mendidik. Contohnya saja, Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menceritakan banyak anak yang tinggal di pelosok, namun mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Remaja dapat memilih jenis novel tersebut, dibanding dengan novel yang berisi nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita.

Anonim mengatakan...

Nama: Fitriani Ayu Ainun N
Kelas: XI IA Aks 1
No.Absen: 07

Materi 1:
Saya setuju dengan adanya wacana bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah anak putus sekolah. Selain itu, tidaklah sedikit dari mereka yang turun ke jalanan. Hal tersebut tentu saja memperihatinkan mengingat ‘kehidupan jalanan’ acap kali identik dengan hal yang berbau kriminalitas. Parahnya, mereka justru mendapat dukungan dari orangtua mereka. Orang tua memang bertanggung jawab atas pemberian kasih sayang dan bimbingan pada anak-anaknya. Namun, dalam kasus ini orang tua tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Sebenarnya, pemerintahlah yang memiliki andil besar dalam kasus ini. Sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 33 UUD 1945 yang berisikan tentang "pemerintah wajib mengusahakan sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat banyak" serta pasal 34 UUD 1945 yang berisikan tentang "fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara"

Materi 2:
Saya setuju, dewasa ini memang banyak novel-novel remaja bernilai kehidupan yang cenderung mengarah kearah yang negatif. Anehnya, novel remaja yang seperti itulah yang laris terjual. Hal tersebut sungguh menghawatirkan mengingat nilai-nilai negatif yang terdapat dalam novel remaja tersebut sedikit-banyak dapat mempengaruhi pembacanya. Namun, disisi lain tidaklah pantas jika kita ‘mencap’ novel remaja berkualitas buruk. Masih banyak juga novel-novel remaja yang berkualitas dan tentu saja bernilai kehidupan yang baik. Misalkan, novel 1 Litre no Namida karya Aya Kito yang sarat akan semangat pantang menyerah untuk bertahan hidup.

Unknown mengatakan...

Oleh: Dinar Dewi Miftah Tyas Arum (03) / XI Aksel 2

Materi 1:
Miris memang, mendengar anak-anak yang seharusnya merupakan penerus bangsa justru tidak mampu mengenyam pendidikan dengan layak karena faktor ekonomi. Bahkan beberapa di antaranya harus turun ke jalan untuk mencari nafkah. Tak seharusnya mereka mendapat perlakuan seperti itu. Apalagi jika orang tua yang seharusnya mengayomi justru mendukung. Seharusnya anak-anak diperlakukan layaknya anak-anak. Memperoleh pendidikan yang layak, mendapat kasih sayang orang tua, dan dapat menikmati masa kanak-kanaknya. Selain itu, cara didik serta pola pikir yang salah menjadi faktor pendukungnya. Kebanyakan dari mereka beorientasi hidup untuk hari ini dan bukan untuk masa depan. Mereka lebih menginginkan hal yang berbau instan, dengan menjadikan kriminalitas sebagai teman mereka dan tidak mau berusaha lebih. Hal seperti inilah yang mempersubur tingkat kemiskinan di negeri ini.
Orang tua memang memiliki kewajiban untuk mendidik bahkan sejak dalam kandungan, tetapi cara didik anak dalam budaya kita memang terlihat sedikit terdapat kecacatan. Misal membentak, selalu menyalahkan anak, dan melakukan kekerasan fisik sudah dianggap hal yang biasa dan tidak tabu di masyarakat. Inilah yang harus dirubah. Bukan anak yang salah, karena anak mengikuti "jalur" yang sudah dibuat orang tua sampai dia menjadi mandiri, tetapi orang tua juga tidak bisa dijadikan kambing hitam terus-menerus, karena sebenarnya, hal itu merupakan tanggung jawab kita bersama. Terlebih pada pemerintah. Yang mana sesuai dengan pasal 31 ayat 1 yang berbunyi "tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran" dan pasal 34 yang berbunyi "fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara". Sebaiknya pemerintah menaruh perhatian lebih dan segera turun tangan dalam menyikapi hal tersebut, misalnya dengan mengintensifkan program bos, beasiswa bagi yang kurang mampu, Jakarta Pintar, ataupun program-program serupa. Orang-orang non-pemerintahan pun bisa turut membantu mengentaskan masalah tersebut. Seperti menjadi orang tua asuh untuk mereka, mendirikan rumah singgah, atau mungkin menggalakan kegiatan-kegiatan positif seperti pelatihan ketrampilan. Agar meskipun anak-anak tersebut tidak dapat bersekolah, setidaknya mereka memiliki suatu ketrampilan dan waktu mereka tersalur dengan hal yang positif, lebih-lebih bisa mendatangkan rejeki dengan cara yang lebih manusiawi.

Materi 2:
Tak bisa dipungkiri, dewasa ini memang banyak bacaan remaja bahkan anak-anak yang tidak sesuai dengan norma yang seharusnya dan cenderung keluar dari alur timur kita. Terutama apa yang disebut dengan trend. Remaja itu sendiri pasti akan mengikuti "tuntutan" trend yang ada dalam novel-novel "yang kurang berbobot tersebut", agar tidak dianggap "kudet" ataupun "gagal gaul" oleh teman sebaya mereka. Jadi, apa yang disebut dengan trend sosial itulah yang akan berdampak secara langsung pada moralitas remaja bangsa ini. Untuk itu, kita selaku remaja yang pandai sudah seharusnya lebih teliti dalam memilah-milah antara mana yang baik dan kurang baik, mana yang bermanfaat dan kurang bermanfaat dari bacaan dan tindakan kita. Sebenarnya sah-sah saja selagi novel-novel tersebut semata hanya dijadikan bacaan yang "menghibur" dan tidak mengganggu aktivitas lain yang lebih positif. Oleh karena itu, dalam menyikapi hal ini peran serta orang tua sangatlah penting sebagai filter dari bacaan bagi buah hati mereka.

Dannisa Nurmiya mengatakan...

Dannisa Nurmiya 04/XI A 3

Komentar Materi 1:
Saya setuju terhadap wacana tersebut bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab anak putus sekolah dan sebagian dari anak putus sekolah tersebut mencari nafkah dengan cara turun ke jalan. Padahal kehidupan jalanan identik dengan kriminalitas yang tidak baik untuk tumbuh kembang kepribadian seorang anak. Di usia belia , anak jalanan sudah akrab dengan kriminalitas. Sungguh miris melihat generasi penerus bangsa tidak mendapatkan pendidikan yang layak, hal ini bertentangan dengan janji negara untuk mencerdaskan seluruh generasi bangsa. Orang tua berperan penting dalam masalah ini, masa depan anak ada di tangan orang tua. Jadi tak sepantasnya orangtua menyuruh bahkan mendukung anaknya untuk turun ke jalan. Tetapi saya rasa tidak semua anak yang hidup di jalanan disuruh oleh orangtuanya. Mungkin karena faktor lain seperti desakan ekonomi yang mengharuskan mereka untuk turun ke jalan mencari nafkah membantu orang tuanya. Kita tidak boleh sepenuhnya menyalahkan orang tua yang menyuruh atau mendukung anaknya untuk turun ke jalan. Telah kita ketahui bahwa salah satu penyebab anak turun ke jalan adalah faktor ekonomi. Mungkin karena himpitan ekonomi orang tua rela jika anaknya turun ke jalan mencari nafkah. Yang harus dilakukan saat ini adalah peningkatan kesejahteraan seperti membuka lapangan pekerjaan baru untuk mempekerjakan pengangguran, menampung anak jalanan dan membekali mereka dengan ketrampilan untuk bekal hidup di masa depan.

Komentar Materi 2:

Memang benar banyak novel remaja yang bertentangan dengan adat kebiasaan kita, tetapi tidak semua novel remaja buruk. Banyak juga novel remaja yang mengandung inspirasi, semangat dan keteladanan tokoh. Menurut saya kita juga tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi novel remaja jaman sekarang. Bukan berarti banyaknya novel remaja yang bertentangan dengan adat menurunkan minat membaca kita. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang penting untuk membuka cakrawala kita. Apapun jenis bacaannya, termasuk novel. Kita belum bisa berpendapat apakah novel ini baik atau buruk sebelum kita membacanya. Setelah membaca, kita dapat mengetahui apakah novel yang telah kita baca baik atau buruk, pada proses inilah kita bisa melakukan filter untuk membedakan mana yang sesuai dengan adat kita atau mana yang tidak sesuai. Jadi pada dasarnya kita sebagai generasi muda harus paham mengenai keadaan budaya kita yang menjunjung tinggi kesopanan dalam bertingkah laku. Kedua aspek tersebut harus kita tanamkan dalam hati kita dan dijadikan pedoman untuk menyaring informasi apa saja yang kita dapat.

Unknown mengatakan...

Budi Haryadi P. / XI-Aks-2 / 002 / SMAN 3 Surakarta
Materi I :
Menurut saya, masalah ini bukannya tanpa solusi. Sejatinya, dengan distribusi penduduk yang tepat dan penggencaran sosialisasi program Keluarga Berencana untuk mengendalikan pertmbuhan penduduk, masalah ini bukan tidak mungkin dapat diselesaikan.
Jadi, memutuskan menjadi anak jalanan, pengemis, hingga pencopet, jelas tidak dapat dibenarkan, karena hal tersebut seolah mengisyaratan kebuntuan dalam menyelesaikan suatu masalah yang sejatinya dapat diselesaikan.
Materi II :
Saya setuju dengan pernyataan ini. Secara pribadi saya juga prihatin terhadap berbagai gaya hidup yang diedukasikan melalui novel masa kini.
Menurut saya, ini menunjukkan kegagalan berbagai pihak dalam mengedukasi dunia sastra remaja masa kini.

Unknown mengatakan...

Ronaldo Fadhil I – 13 – XI Aks 3

Materi 1 :
Menurut saya, faktor ekonomi memang mempengaruhi anak sehingga putus sekolah dan menjadi anak jalanan, namun apa yang mereka kerjakan disebabkan oleh tuntutan dan kehendak dari orang lain, misalnya anak yang mengamen karena membantu orang tuanya, ada juga yang menjadi pencopet cilik karena diperintah oleh anak jalanan senior, anak jalanan baru tidak akan tiba-tiba memiliki kemampuan mencopet, semua aksi mereka merupakan ajakan dan ajaran dari anak jalanan senior yang biasanya bukan anak-anak lagi, maka yang harusnya disalahkan bukan anak jalanan baru namun anak jalanan senior yang mengajari anak-anak untuk mencuri, untuk anak jalanan yang hanya diajak sebaiknya dibimbing dan diberi bantuan sehingga mereka bisa melanjutkan sekolah.

Materi 2 :
Menurut saya, perubahan sikap menjadi menyimpang tidak disebabkan oleh novel melainkan dari lingkungan dan diri sendiri, sebagai fakta, seorang anak yang memang menyimpang tidak akan membaca novel untuk dijadikan hobi, dan anak yang tidak menyimpang biasanya dapat memilih apa yang baik untuk dirinya, jenis bacaan apa yang baik untuk dirinya dan apa yang akan mereka contoh, sederhananya, walaupun dalam sebuah novel mengajarkan tentang pesta seorang anak tidak akan berpesta jika tidak ada yang mengadakan pesta, maka lingkungan dan diri sendiri adalah alasan bagaimana seseorang dalam menghadapi suatu permasalahan.

Me, My Self and Life mengatakan...

Meiti Regita Indah Sari /XI-AKS-03/09
Materi 1 :
Menurut saya karena suatu keadaan yang mendesak seperti kebutuhan ekonomi, mereka harus mempertahankan hidupnya dengan menghalalkan segara cara. Tindakan ini memang kurang tepat, anak-anak rela putus sekolah demi mendapatkan penghasilan. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa dengan turun ke jalan sebagai anak jalanan akan mempertahankan hidup mereka dibandingkan hanya duduk di bangku sekolah dan memikirkan apa yang akan mereka makan untuk hari ini dan hari selanjutnya jika harus membayar uang sekolah. Otomatis anak-anak ini tidak akan bisa fokus sekolah. Pemerintah memang sudah menyiapkan dana bantuan untuk anak-anak yang membutuhkan. Akan tetapi karena ada tangan jahil yang dengan seenaknya menggunakan hak anak-anak itu, maka dengan sangat terpaksa mereka berkorban dan memilih putus sekolah. Mengapa justru para orangtua mendukung tindakan anak tersebut ? Sosialisasi yang kurang mengenai pentingnya pendidikan merupakan salah satu faktornya. Keadaan ini bukan seluruhnya kekurangan dari pemerintah. Namun keadaan ini memang sungguh memprihatinkan dan semua ini butuh perhatian yang lebih dari kacamata masyarakat. Jika pemerintah sudah berupaya tetapi tidak ada dukungan dari masyarakat , tidak akan berjalan dengan maksimal.

Materi 2 :
Keadaan ini memang sangat memprihatinkan. Begitu banyak novel remaja yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air menggambarkan nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kiblat kita. Akan tetapi, hal ini dapat dijadikan sebagai pelajaran agar pandai dalam memilih dan menentukan sesuatu. Masih banyak novel remaja karya penulis bangsa yang memiliki pesan moral yang sangat mendidik dan dapat dijadikan pelajaran. Kita harus pandai-pandai memilih agar tidak terjebak dalam cerita yang bersimpangan dengan kepribadian bangsa kita.

Unknown mengatakan...

Lintang Daru Jati/ XI Aks 2/ 12

Materi 1
Saya setuju jika faktor ekonomi menjadi salah satu sebab meningkatnya jumlah anak putus sekolah, Menurut saya, anak-anak putus sekolah yang terjun ke jalan tersebut tidak memiliki pilihan selain karena mereka dituntut untuk memiliki penghasilan agar dapat meringankan beban keluarga, banyaknya lowongan pekerjaan yang menuntut strata pendidikan yang tinggi juga menjadi penyebab kenapa anak putus sekolah lebih memilih untuk menjadi anak jalanan. Mengenai beberapa anak jalanan yang terjebak dalam dunia kriminalitas, menurut saya, hal tersebut sudah pasti terjadi, karena jalanan merupakan tempat dimana semua orang berada dan berinteraksi, hasil dari interaksi dengan orang yang tidak benar tentu akan membawa pengaruh buruk terhadap karakter anak jalanan.
Mengenai masalah orang tua yang menyuruh anaknya menjadi anak jalanan, dalam pendapat saya, banyak keluarga yang hidup dalam garis kemiskinan yang mendesak mereka untuk bekerja atau tak dapat bertahan hidup, desakan itulah yang menimbulkan sebagian orang tua lebih memilih anak mereka menjadi anak jalanan demi kebaikan keluarga.

Materi 2
Menurut saya, memang benar saat ini banyak novel remaja yang mengangkat cerita seperti itu, namun tidak semua novel remaja seperti itu. Karena dalam tiap novel remaja pasti terselip amanat atau pesan baik yang coba diungkap penulis melalui cerita. Selain itu, penggambaran kehidupan remaja yang coba diceritakan penulis mungkin kurang tepat dengan realita di dalam negeri karena penulis-penulis novel tersebut mungkin mengambil referensi dari kehidupan remaja di luar negeri, sehingga sudah semestinya kita menjalani hidup sebagai remaja sesuai budaya yang ada di dalam negeri kita sendiri. Saya setuju dengan adanya faktor lain yang menyebabkan kebiasaan buruk pada remaja, karena pada kenyataannya remaja yang gemar membaca novel memiliki kegemaran membaca yang tinggi yang bisa mengindikasikan bahwa mereka adalah orang-orang terpelajar yang berprinsip, sebaliknya remaja-remaja berkebiasaan buruk justru orang-orang yang kurang terpelajar yang tak berprinsip.

Unknown mengatakan...

Nama : Yasinta Isnaini M.
Kelas : 11 Aksel 1
No : 17

Materi 1 :
Saya setuju dengan adanya wacana bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah anak putus sekolah. Menurut pendapat saya, masalah faktor ekonomi yang dialami oleh masyarakat banyak khususnya para pelajar yang putus sekolah , adalah akibat dari peran pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembangunan di segala bidang tidak merata. Jadi, bukan sepenuhnya kesalahan orang tua. Selain itu, masyarakat juga kurang memotivasi sendiri untuk maju dan menjadi masyarakat yang berkualitas, mereka hanya mencari jalan pintas seperti menjadi anak jalanan. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi yang mengatur masalah pendidikan dan pembangunan agar merata yang lebih spesifik seperti peraturan pendidikan dan pembangunan yang dilaksanakan didaerah terpencil dan didaerah perbatasan juga pemberian keringanan biaya bagi anak yang kurang mampu yang harus dlaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Materi 2 :
Saya setuju mengenai novel-novel remaja pada umumnya banyak mengandung nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan norma yang berlaku. Namun tidak sepenuhnya novel remaja hanya berisi akan nilai yang bertentangan kebiasaan dan norma masyarakat. Sebagai remaja, kita harus dapat membedakan mana novel yang dinilai baik atau buruk. Sehingga kita harus cukup jeli dan dapat mencermati setiap novel yang kita baca. Apakah itu dapat memberikan nilai positif atau malah memmberikan dampak negatif bagi kehidupan kita. Dewasa ini, cukup banyak pula terbitan novel yang bisa meninspirasi dalam hidup kita karena sarat akan motto hidup yang baik. Jadi, kita harus pandai-pandai dalam memilih novel remaja mana yanga seharusnya kita baca dan mana yang perlu kita hindari karena bukan tidak mungkin akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan kita.

Unknown mengatakan...

Clarissa Tanika / XI-AKS-3 / 03

Materi 1:
Saya setuju bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah, karena pada zaman ini, memang faktor ekonomi lah yang sering menyebabkan terjadinya penyimpangan tingkah laku hidup manusia. Sebagian anak merasa bertanggung jawab atas keadaan ekonomi keluarganya sendiri sehingga baik secara sukarela atau pun terpaksa mereka lebih memilih untuk turun ke jalanan daripada melanjutkan sekolah. Namun, seharusnya hal ini masih dapat ditanggulangi. Kita mulai dari orang tua para anak jalanan tersebut sebab, pada dasarnya, keputusan anak-anak untuk turun ke jalanan pasti karena adanya campur tangan orang tua. Mereka seharusnya dapat membimbing anak-anak mereka untuk lebih memikirkan masa depan, karena dengan turun ke jalanan tidak menjamin kehidupan keluarga dalam jangka panjang. Jadi, yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah meningkatnya jumlah kriminalitas dan anak jalanan tidak hanya dengan menambah sekolah gratis dan bantuan dana usaha, tetapi juga dengan penyuluhan kepada para orang tua agar dapat membimbing dan mempertanggung jawabkan anak-anak mereka dalam kehidupan yang keras ini.

Materi 2:
Pernyataan tersebut memang benar, kebanyakan novel sekarang ini berisi nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan budaya kita, dan banyak juga yang khawatir hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan remaja. Tapi menurut saya, seharusnya remaja sudah dapat memilah mana yang benar dan yang salah dari apa yang telah mereka baca atau lihat. Toh, novel yang beredar tidak semuanya berisi nilai yang melenceng. Kini banyak novel berisi nilai-nilai yang membangun juga telah beredar di dalam negeri. Hal-hal seperti itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jika kita bijaksana dan dapat berpikir dengan jernih kita justru bisa memandang nilai-nilai melenceng tersebut sebagai suatu pembelajaran bagaimana untuk menghindari pergaulan dan efek-efek buruk dalam kehidupan kita seperti yang dikisahkan di dalam novel tersebut.

Unknown mengatakan...

Yessica Nugrahaningrum / XI AKS 3 / 17
Materi 1 :
memang benar bahwa saat ini banyak anak yang putus sekolah karena ketidakmampuan orangtua dalam membiayai sekolah anaknya. Anak tersebut kemudian melanjutkan hidupnya dengan menjadi pengamen atau pengemis di jalanan. ada beberapa anak yang mungkin sengaja memutuskan meninggalkan bangku sekolah karena tidak tega melihat orangtuanya yang bekerja keras demi mebiayai sekolahnya. atau bahkan ada yang memiliki pikiran bahwa dengan mengamen atau mengemis mereka akan dapat menghasilkan uang sendiri. Tentunya bagi mereka sangatlah membahagiakan dan bangga jika dapat menghasilkan uang sendiri. Tetapi ada juga beberapa orangtua yang sengaja memerintahkan anaknya untuk keluar dan bekerja untuk membantu kehiduan keluarga (seperti yang telah disebutkan dalam wacana) hal ini sangatlah memprihatinkan. Padahal sudah banyak sosialisasi sosialisasi tentang pentingnya pendidikan. namun karena keadaan ekonomi yang sudah sangat kritis akhirnya orangtua pun memaksa anaknya untuk ikut bekerja. kehidupan di jalanan sangat keras. jika seorang anak yang seharusnya masih berada di bangku sekolah sudah harus hidup dijalanan nantinya mereka sedikit banyak akan mengalami gangguan psikis, memiliki pribadi yang jauh berbeda dari anak lain yang mendapatkan pendidikan di sekolah. harusnya masalah kemiskinan seperti ini bisa diatas oleh pemerintah. pemerintah sudah banyak mengeluarkan dana untuk dibagikan pada warga yang kurang mampu. tapi karena ada beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab, dana tersebut tidak juga sampai pada pihak yang seharusnya mendapatkan. pemerintah juga sudah meringankan beban warga kurang mampu dengan membuat program sekolah gratis 9 tahun, mulai dari SD-SMP. namun karena pembagiannya belum merata, akhirnya belum semua anak kurang mampu dapat merasakan bangku sekolah.

Materi 2 :

memang benar saat ini banyak novel-novel indonesia yang menceritakan hal kurang sesuai dengan budaya kita. tapi tidak semua novel indonesia seperti itu, masih banyak juga novel-novel sastra dari indonesia. menurut saya, sebagai remaja harusnya kita daat membedakan mana bacaan yang baik untuk kita baca dan yang tidak sepatutnya kita jadikan bahan bacaan. novel hanyalah benda mati yang tidak dapat melakukan aau. kita sebagai mahkluk hidup yang diberikan akal dan pikiranlah yang seharusnya dapat menentukan. hal penting lainnya selain cerdas dalam memilih bacaan adalah cara kita menyikapi bacaan tersebut. jika memang ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan budaya dan norma sebaiknya cukuplah jadikan itu sebagai sesuatu yang dibaca tidak untuk dilakukan. ambilah hal2 positif dalam novel dan abaikanlah hal2 negatifnya.

Unknown mengatakan...

Materi I :
Saya setuju, memang faktor ekonomi merupakan penyebab utama bagi banyak masalah yang terjadi di kehidupan sosial ini, termasuk masalah banyaknya anak yang putus sekolah. Bagi sebagian besar anak putus sekolah ini, turun ke jalanan merupakan salah satu jalan keluar untuk terus mempertahankan kehidupannya. Mereka dapat memperoleh uang dari hidup di jalanan ini. Kriminalitas yang dilakukan anak-anak ini, sesungguhnya tidak sepenuhnya merupakan kesalahan mereka. Tindakan ini mungkin saja dipengaruhi oleh banyak alasan seperti terdesak oleh kebutuhan hidup mereka. Dukungan atau perintah yang dilakukan oleh orang tua, mungkin saja bukan kehendak para orang tua untuk mempekerjakan anak mereka. Hal ini bisa saja terjadi karena pendapatan orang tua ini sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehingga mereka mendukung anak mereka untuk turun ke jalanan dan mencari uang. Sedangkan dari peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya negara mampu memfasilitasi para generasi muda untuk dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat dan potensi mereka. Jika bangsa memiliki penerus yang mampu mengembangkan bangsanya tentu masa depan bangsa itu dapat terjamin. Selain itu negara juga sudah mengeluarkan beberapa peraturan sehubungan dengan masalah ini, seperti pasal 34 ayat 1 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Oleh karena itu, negara hendaknya melakukan usaha lebih dalam penanganan masalah ini.
Materi II :
Saya setuju, sekarang tidak jarang lagi ditemui novel-novel remaja yang memuat perilaku-perilaku remaja yang kurang baik, namun seharusnya pembaca harus lebih bisa memilah mana perilaku yang baik dan yang buruk. Mengingat pula novel itu merupakan novel yang diperuntukkan bagi remaja yang seharusnya sudah pandai menyikapi hal-hal di sekitarnya. Beberapa perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja bukan hanya diakibatkan oleh novel-novel yang dibacanya, bahkan dapat dikatakan bahwa novel tidak banyak berpengaruh terhadap perilaku remaja, mengingat tingkat ketertarikan membaca di kalangan remaja yang tidak terlalu tinggi, perilaku menyimpang ini tentunya dapat pula dan sebagian besar dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar.

Andini Herviastuti S.
XI Aksel 1/01

Anonim mengatakan...

Ya, saya setuju bahwa faktor ekonomi merupakan penyebab anak-anak putus sekolah. Sebenarnya, banyak dampak yang disebabkan oleh faktor ekonomi, namun yang banyak disorot adalah keadaan anak putus sekolah akibat faktor ekonomi. Dapat diakui juga bahwa dari putus sekolah tersebut dapat menyebabkan akibat lainnya yang beragam, seperti anak yang turun ke jalanan untuk mencari rejeki atau pun anak yang terjerumus ke dalam lembah hitam. Saat ini, mencari uang memang bukan hal yang sepele, bagi para sarjana saja sulit mendapatkan pekerjaan, apalagi bagi anak putus sekolah yang bahkan masih merupakan anak di bawah umur. Pekerjaan macam apakah kiranya yang didapat oleh anak putus sekolah yang belum berpengalaman dan di bawah umur? Hal itulah yang menyebabkan mereka atau orang tua mereka memilih jalanan sebagai lahan usaha. Namun, bukan karena putus sekolah saja yang menyebabkan bertambahnya jumlah anak jalanan, pendidikan dari orang tua pun juga memengaruhi. Dapat dilihat, banyak orang tua yang mengajarkan anak mereka untuk mengamen dan mengemis, bahkan banyak ibu-ibu yang menggendong anaknya yang sudah cukup besar (sudah dapat berjalan) sambil mengemis, bukankah hal itu juga merupakan pendidikan untuk mengemis bagi sang anak? Ya, anak yang digendong tersebut akan mulai mempelajari cara mengemis dari sang ibu.

Materi 2 :
Saya setuju terhadap pernyataan tersebut. Saat ini, novel-novel yang laku dan digandrungi remaja adalah novel-novel yang mengandung nilai kehidupan yang kurang sesuai. Dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa tidak hanya novel yang memengaruhi perilaku remaja saat ini. Hanya remaja-remaja tersebutlah yang dapat membatasi diri mereka agar tidak meniru hal-hal dalam novel mau pun media yang lainnya, karena remaja adalah saat dimana seseorang telah dapat membedakan hal yang baik dan yang tidak.

Anonim mengatakan...

Ya, saya setuju bahwa faktor ekonomi merupakan penyebab anak-anak putus sekolah. Sebenarnya, banyak dampak yang disebabkan oleh faktor ekonomi, namun yang banyak disorot adalah keadaan anak putus sekolah akibat faktor ekonomi. Dapat diakui juga bahwa dari putus sekolah tersebut dapat menyebabkan akibat lainnya yang beragam, seperti anak yang turun ke jalanan untuk mencari rejeki atau pun anak yang terjerumus ke dalam lembah hitam. Saat ini, mencari uang memang bukan hal yang sepele, bagi para sarjana saja sulit mendapatkan pekerjaan, apalagi bagi anak putus sekolah yang bahkan masih merupakan anak di bawah umur. Pekerjaan macam apakah kiranya yang didapat oleh anak putus sekolah yang belum berpengalaman dan di bawah umur? Hal itulah yang menyebabkan mereka atau orang tua mereka memilih jalanan sebagai lahan usaha. Namun, bukan karena putus sekolah saja yang menyebabkan bertambahnya jumlah anak jalanan, pendidikan dari orang tua pun juga memengaruhi. Dapat dilihat, banyak orang tua yang mengajarkan anak mereka untuk mengamen dan mengemis, bahkan banyak ibu-ibu yang menggendong anaknya yang sudah cukup besar (sudah dapat berjalan) sambil mengemis, bukankah hal itu juga merupakan pendidikan untuk mengemis bagi sang anak? Ya, anak yang digendong tersebut akan mulai mempelajari cara mengemis dari sang ibu.

Materi 2 :
Saya setuju terhadap pernyataan tersebut. Saat ini, novel-novel yang laku dan digandrungi remaja adalah novel-novel yang mengandung nilai kehidupan yang kurang sesuai. Dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa tidak hanya novel yang memengaruhi perilaku remaja saat ini. Hanya remaja-remaja tersebutlah yang dapat membatasi diri mereka agar tidak meniru hal-hal dalam novel mau pun media yang lainnya, karena remaja adalah saat dimana seseorang telah dapat membedakan hal yang baik dan yang tidak.

Lidya Kristanti Wibowo/08/ XI aksel 3

Maaf, tadi lupa mencantumkan nama.

DORAYAKII LAND mengatakan...

Nama : Sarah Asifa
No : 15
Kelas : XI Aksel 3

TUGAS I

Menurut saya, hal yang disampaikan pembicara tersebut benar adanya, karena saya pernah menjumpai anak jalanan dan saya yakin hal tersebut disebabkan oleh faktor - faktor tertentu dan didominasi oleh faktor ekonomi, selain itu hal ini juga sangat memprihatinkan mengingat mereka masih anak kecil yang seharusnya masa kecilnya saat ini digunakan untuk belajar agar mempunyai masa depan yang lebih baik, namun mereka harus berjuang untuk mempertahankan hidup. oleh karena itu, saya berharap pemerintah mau meningkatkan bantuan yang diberikan kepada anak - anak yang benar - benar tidak mampu agar anak - anak tersebut mampu menjalani masa kecilnya seperti halnya anak - anak normal.

TUGAS II

Saya merasa prihatin dengan kandungan novel remaja saat ini, meskipun tidak semua novel remaja sekarang dominan dengan kebiasaan remaja yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun, sebagai remaja seharusnya mereka sudah mampu untuk memilih bacaan mereka karena mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu, peran orang tua dalam mengawasi anak - anak mereka juga penting dalam hal ini. Jadi,sebenarnya tidak ada salahnya mereka membaca novel tersebut selama hal tersebut hanya untuk menambah kekayaan bacaan saja dan dibawah pengawasan orang tua.

Anonim mengatakan...

Materi I
Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh pembicara. Masalah ekonomi merupakan faktor yang paling utama menyebabkan banyak anak-anak kecil dipaksa bahkan rela turun ke jalanan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Banyak anak yang berusaha bertanggungjawab atas keadaan keluarga mereka dengan mencoba bekerja, meminta-minta, mengemis, mengamen atau berjualan asongan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Memilih untuk putus sekolah bukan jalan terbaik, karena dengan pendidikan yang kurang akan mempengaruhi masa depan individu tersebut. Sekarang ini, mungkin turun ke jalanan dapat dijadikan cara yang baik, tetapi hanya dalam jangka pendek saja. Sebagai orangtua harusnya mengarahkan anaknya agar tetap berada di bangku sekolah, karena sejatinya pendidikan akan mempengaruhi seseorang tersebut akan menjadi apa kelak. Peran pemerintah juga sangat penting dalam upaya mewajibkan belajar minimal 9 tahun. Caranya memberikan dana bantuan kepada anak yang kurang mampu, menggratiskan biaya sekolah serta memberikan penyuluhan kepada orang tua. Jika pemerintah telah menjalankan suatu program, kita sebagai masyarakat harus ikut mendukung.

Materi II
Menurut saya, pernyataan tersebut benar adanya. Banyak sekali novel remaja yang beredar sekarang ini tidak sesuai dengan nilai moral dan budaya kita. Banyak sekali novel yang terkesan berlebihan dalam menggambarkan kehidupan remaja. Akan tetapi, kita tidak perlu berlebihan dalam menyikapi hal tersebut. Kita pasti sudah dapat memilih dan memilah mana hal yang baik dan yang buruk. Sepatutnya kita bersikap bijaksana dan lebih menyaring mana yang sesuai dengan budaya kita dan dapat mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Sandra Pradita W. A
14 – XI Aksel 3

Unknown mengatakan...

Wahyu Utomo
XI Aksel 1 / 16

Materi 1
Pemerintahlah yang seharusnya turun tangan untuk manghadapi permasalahan di negaranya.Pemerintah bisa menggunakan cara seperti pemberian bantuan, walaupun pernah dilakukan tetapi untuk kali ini harus lebih merata dan lebih diawasi. Menambah lapangan pekerjaan, menambah beasiswa untuk anak yang tidak mampu. Namun tidak hanya pemerintah yang bertindak, tetapi juga warga masyarakat harus berusaha sendiri untuk meningkatkan derajat hidup mereka. Menjadikan anak kandung menjadi seorang peminta-minta, pengamen, bahkan pencuri merupakan orang tua yang sangat salah dalam mendidik anaknya. Seharusnya orang tualah yang harus bekerja keras untuk anaknya, anak hanya membantu saja jika memang sudah mendesak.

Materi 2
Menurut saya, novel dibuat hanya untuk sekedar hiburan saja, seperti melihat televisi dan bersosialisasi dengan lingkungan, hal yang baik dapat diambil, yang buruk biarkan saja. Penulis membuat novel mungkin dari pengalaman pribadi, imajinasi, ataupun gambaran dari apa yang ia lihat, jadi sah-sah saja apabila novel berisi hal-hal yang kurang pas bagi remaja, karena kebanyakan penulis cerita dalam novel sudah dewasa.

Unknown mengatakan...

Nama : Laras ika p
NO : 09
Kelas: XI aksel 1

Materi 1
Menurut saya memang benar salah satu penyebab anak menjadi putus sekolah adalah karena faktor ekonomi. Namun ada pula anak dari orang tidak mampu yang dapat menjadi sarjana karena memiliki tekat yang kuat. hal tersebut dapat dijadikan cermin bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Latar belakang orang tua juga mempengaruhi pendidikan seorang anak, semua orang tua pasti mengingikan yang terbaik untuk anaknya. Namun ironisnya ada beberapa orang tua yang kurang mampu/hidup dijalanan berpendapat bahwa anak mereka akan memiliki masa depan yang sama seperti mereka, jadi mereka tidak perlu pendidikan, mereka hanya perlu diajarkan untuk mengemis, meminta belas-kasih untuk dapat mencari nafkah dan membeli makanan. Maraknya anak jalanan itu juga didukung oleh sebagian besar dari para orang tua mereka. Seorang anak mendapatkan pendidikan atau tidak dipengaruhi oleh orang tua. Walaupun keluarga dalam keadaan susah apabila orang tua menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan pastilah orang tua akan berusaha keras untuk mencari uang supaya anaknya sekolah, kalau orang tua anak jalanan sudah tidak memikirkan pendidikan anaknya lagi yang terpenting mereka pulang ke rumah dengan membawa uang. Hal ini sangat diperlukan peran pemerintah untuk menyejahterankan rakyatnya dan memelihara warga negara yang kurang mampu. Serta diperlukan pula warga negara yang baik agar antara pemerintah dan warga negara terjalin kerjasama yang baik.

Materi 2
Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Saat ini banyak novel yang disukai remaja memang mengandung nilai moral yang tidak baik, namun pada televisi, lingkungan pergaulan, dan media lain juga dapat memberikan nilai moral yang buruk bagi remaja. Hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab oleh remaja itu sendiri karena hanya mereka yang dapat memilih dan menyeleksi apa yang baik dan buruk menurut mereka masing-masing.^^

Kezia Enala Joanne Liu mengatakan...

Materi 1
Menurut saya faktor ekonomi memang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kehidupan manusia, sehingga rendahnya perekonomian dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab banyak anak di Indonesia mengalami putus sekolah. Dan putus sekolah tersebut juga dapat berdampak buruk, yaitu meningkatnya kriminalitas karena anak-anak Indonesia tidak mendapat cukup pendidikan untuk bertindak dalam masyarakat, terlebih lagi dorongan dari orang tua yang tidak bertanggung jawab dengan menyuruh anak-anak tersebut melakukan hal-hal itu, mulai dari menjadi pengamen sampai melakukan kriminalitas. Akan lebih baik kalau pemerintah memberikan fasilitas lebih untuk anak-anak yang kurang mampu, seperti sekolah gratis, agar generasi penerus bangsa dapat dibangun dengan baik sehingga Indonesia bisa menjadi lebih maju.

Materi 2
Menurut saya, tidak semua novel mencantumkan hal-hal seperti itu, novel yang biasanya mencantumkan kebanyakan novel terjemahan yang budayanya memang berbeda dari budaya Indonesia. Menurut saya itu tergantung dari para remaja Indonesia dalam menyikapinya, mereka pasti juga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri mereka sendiri.

Kezia Enala Joanne Liu
XI Aksel 2
9

Mar'atus Sholihah mengatakan...

Mar'atus Sholihah
XI Aks 1-10

Materi 1 :
Menurut saya, memang faktor ekonomi-lah yang menjadi dasar banyaknya anak yang putus sekolah dan bahkan turun ke jalanan sebagai anak jalanan. Keadan ini memang sangat memprihatinkan, mengingat negara Indonesia merupakan negara yang "sebetulnya serba kecukupan". Menjadi anak jalanan bukanlah keinginan mereka sendiri, memang lingkungan itu sangat menentukan akan menjadi apa seorang anak itu nanti, tetapi lingkungan bukanlah faktor utama. Sebetulnya permasalahan bukannya tidak mungkin untuk tidak bisa diatasi, dengan kerjasama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, aparat, orang tua dan yang paling pening adalah si anak itu sendiri, saya rasa masalah ini dapat diselesaikan dengan baik walaupun tidak 100% clear, tetapi paling tidak ada perubahan dari sebelumnya.

Materi 2 :
Menurut saya, novel bukanlah satu-satunya penyebab menyimpangnya kelakuan remaja dewasa ini. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi penyimpangan kelakuan remaja, seperti lingkungan, didikan dari orangtua, latar belakang agama dan masih banyak lagi. Tetapi hal tersebut bukankah menjadi masalah yang serius apabila si penikmat novel itu dapat memilih dan memilah mana yang sesuai untuknya. Toh menurut saya, novel hanyalah sebagai media hiburan belaka, penulis novel terkadang juga tidak menghiraukan efek yang terjadi sampai sejauh ini, mereka hanya berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi hak mereka. Jadi, diri sendiri lah yang menjadi faktor utama yang dapat membantu kita dalam mengambil sikap dalam suatu masalah.

Unknown mengatakan...

Maulida Miftakhul Jannah
XI Aksel 1 / 11

Materi 1:
Saya setuju faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab banyaknya anak yang putus sekolah hingga akhirnya harus turun ke jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tidak sedikit dari mereka yang tidak sanggup untuk menjalani kehidupan yang keras di jalanan, sehingga mereka menjadi sangat akrab dengan yang namanya kriminalitas. Banyak juga diantara mereka yang mendapatkan dukungan dari orang tua nya. Namun, tidak sepenuhnya ini menjadi kesalahan orang tua. Tetapi seharusnya, pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam menangani kasus ini, untuk meminimalisir turunnya anak yang putus sekolah ke jalanan dengan adanya sekolah gratis dan penyuluhan kepada orang tua agar lebih bertanggung jawab dan dapat membimbing anaknya supaya tidak terseret arus kehidupan yang keras di jalanan.

Materi 2:
Saya setuju, banyak novel remaja yang mengandung nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Tetapi, tidak sepenuhnya novel membawa pengaruh negatif, karena menurut saya novel hanya untuk hiburan. Seharusnya pembaca (remaja) dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk serta bagaimana kita menyikapinya.

Anonim mengatakan...

Dewinta Ayu Masitafani (XI AKS 1 / 04)

materi 1:
setuju, menurut saya faktor ekonomi memng mempengaruhi adanya anak anak yang putus sekolah. karena faktor ekonomi menimbulkan kesenjangan sosial. biasanya anak anak yang putus sekolah berasal dari keluarga yang kurang mampu. anak anak yang putus sekolah karena kemampuan finansial yang rendah dari keluarganya.

materi 2:
setuju, menurut sayanovel novel saat ini khususnya novel remaja mengandung unsur unsur yang kurang mendidik. namun sebagai remaja sendiri harusnya kita mengerti mana yang baik dan yang buruk sehingga kita harus pintar memilah milah sebuah nilai dalam novel. sementara pribadi seorang mungkin tidak hanya terpengaruh oleh novel tapi juga unsur lainnya yang berasal dari lingkungan.

Anonim mengatakan...

nama : Nur Syarohmawati
no : 13
kelas XI Aks 1

Materi 1
Saya tidak sependapat dengan pernyataan pembicara yang menyatakan bahwa faktor ekonomi merupakan penyebab utama putus sekolah. Menurut saya keluarga dan lingkungan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan mereka. Anak yang mempunyai niat untuk bersekolah dan orang tua yang mendukung walaupun faktor ekonomi yang tidak mendukung, anak tersebut bisa bersekolah di pagi hari dan bekerja di siang hari untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pemerintah juga harus memberikan bantuan yang lebih pada mereka yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Orang tua mepunyai tanggung jawab untuk mensuport dan membiayai anak mereka.

Materi 2
Saya sependapat dengan pembicara yang menyatakan bahwa novel yang diminati remaja adalah novel yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia dan didominasi kebudayaan Eropa. Walaupun novel remaja banyak mengisahkan percintaan, paling tidak kita bisa belajar membaca atau penah membaca nivel. Menurut saya akan lebih bagus jika pada akhir novel tersebut diselipkan nilai-nilai yang harus dipetik dari novel-novel tersebut. Sebagai remaja hendaknya kita bisa memisahkan antara yang baik dan yang tidak sesuai kebudayaan kita. yang baik boleh kita contoh, yang kurang baik kita jadikan pelajaran untuk tidak dilakukan.

qiuyunfei mengatakan...

Materi 1: Hal tersebut memang menyedihkan, terutama bagi anak-anak yang menjadi anak jalanan karena perintah orang tuanya. Orang tua yang seharusnya memberi dukungan moral agar menjadi lebih baik malah menjatuhkan mental dan semangat anak mereka. Kita sebagai masyarakat yang melihat kenyataan itu cenderung tidak peduli dan menghina mereka. Kepedulian sekecil apapun sangatlah berarti walaupun hanya berupa pemberian buku bekas layak baca untuk menambah wawasan anak jalanan karena hal tersebut dapat kembali menumbuhkan semangat mereka dalam meraih masa depan yang lebih baik.

Materi 2: Menurut saya, hal yang telah disampaikan pembicara tersebut memang benar. Novel remaja bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi kehidupan remaja di dunia nyata, televisi, internet, dan berbagai media lainnya juga sangat berpengaruh terhadap hal tersebut. Namun, semua hal itu juga kembali pada diri remaja masing-masing. Sebagai seorang remaja, seharusnya kita sudah dapat membedakan apa yang baik dan apa yang buruk bagi diri kita masing-masing. Perilaku selektif menunjukan bahwa kita adalah remaja yang bertanggung jawab dan dewasa.

Kezia Oscarliena Setiadi
XI Aks 2 / 10

Josephine Arjanto mengatakan...

Josephine Arjanto
XI Aksel 2 / 7

MATERI 1
Menurut saya, faktor ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan banyak anak berprofesi sebagai anak jalanan. Generasi muda yang seharusnya mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan terpaksa meninggalkan cita-cita mereka dan menjadi anak jalanan hanya untuk membantu orang tua mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan tak jarang dari mereka menjadi anak jalanan karena desakan atau dukungan orang tua. Terlebih lagi, banyak dari anak jalanan tersebut yang terperosok ke lembah hitam, entah karena pengaruh sesama anak jalanan yang lebih senior, ataupun karena orang tua mereka sendirilah yang telah memprovokasi mereka untuk bertindak demikian. Hal ini sangat memprihatinkan karena kehidupan tersebut secara langsung telah merusak moral dan mental anak-anak jalanan itu. Mereka akan menggunakan segala cara, baik itu halal maupun tidak, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selain itu, mereka tidak akan memiliki daya juang yang tinggi, karena mereka telah terbiasa untuk mendapatkan sesuatu dengan instan, tanpa proses panjang yang harus terlebih dulu harus dilalui. Pemikiran mereka hanya terbatas pada jangka pendek saja, yaitu memenuhi kebutuhan mereka hari itu dan bukan dalam jangka panjang yaitu di masa mendatang. Seharusnya, anak-anak jalanan tersebut tetap bertahan pada bangku sekolah agar mereka mempunyai bekal untuk meningkatkan taraf hidup mereka di masa yang akan datang, mengingat bahwa pemerintah juga telah berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan menyediakan sekolah-sekolah dan pelatihan bagi anak jalanan. Sehingga pada akhirnya, kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, maupun sosialisasi akan pentingnya pendidikan kepada anak-anak jalananlah yang harus ditingkatkan, sehingga anak-anak dalam keluarga yang kondisi ekonominya memprihatinkan tidak lagi harus turun ke jalan, tetapi dapat melanjutkan pendidikan mereka untuk mencapai kondisi kehidupan yang lebih baik.

MATERI 2
Memang tak dapat dipungkiri bahwa sekarang telah banyak beredar novel-novel remaja yang tidak sesuai dengan kehidupan remaja di negeri ini, dimana budaya yang ada di dalam novel-novel tersebut bertentangan dengan norma dan nilai di dalam masyarakat kita. Sebagian besar novel tersebut adalah novel terjemahan, dimana pengarang merupakan sosok yang hidup dalam budaya barat yang sangat berbeda dengan kita, sehingga kita harus memaklumi jika ada hal-hal yang berbeda dengan kebiasaan kita. Namun, meskipun sangat berbeda, masih ada nilai-nilai moral dalam novel-novel tersebut. Selain itu, masih banyak novel remaja yang dapat dijadikan pilihan, yang mengandung banyak sisi positif untuk diterapkan dalam kehidupan remaja. Sebagai pembaca, kita sendirilah yang harus selektif dalam memilah berbagai budaya dalam novel-novel yang kita baca, menerapkan hal-hal positif yang ada, dan menghindari hal-hal negatif yang tergambar dalam novel-novel tersebut. Bahkan, dari hal-hal negatif tersebut sebenarnya kita mendapat contoh sehingga kita dapat menjadi lebih kritis dan waspada dan tidak terjebak pada hal-hal tersebut. Sehingga pada akhirnya merupakan tanggung jawab kita untuk merespon dan menyikapi dengan benar, dan juga ditambah dengan adanya peran orang tua yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak mereka untuk memilih bacaan yang sesuai.

Eric Darian mengatakan...

Eric Darian
XI Aksel 2 / 4

Materi 1 :
Saat ini banyak anak yang putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi, saya setuju dengan hal tersebut. Tetapi bukan hal yang benar jika mereka mulai turun ke jalan sebagai anak jalanan. Apalagi jika mereka disuruh orang tua mereka untuk menjadi anak jalanan. Saya sangat setuju jika orang tua mereka disalahkan, karena tugas orang tua adalah mendidik anak-anak supaya dapat menjadi pribadi yang bermoral, bukan membuat mereka menjadi anak yang tak bermoral sejak kecil. Mereka adalah generasi muda penerus bangsa, tugas mereka adalah belajar untuk melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya. Maka pemerintah-lah yang harus bertanggung jawab untuk mencukupi faktor ekonomi rakyat yang tidak mampu. Sehingga mereka tidak perlu melakukan tindakan tak bermoral untuk mendapat sesuap nasi serta dapat mengenyam pendidikan yang layak supaya mampu meneruskan perjuangan mencapai cita-cita pembangunan Indonesia.

Materi 2 :
Saya setuju bahwa dalam novel-novel remaja saat ini, terdapat banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Sering juga hal-hal yang tak masuk akal terdapat dalam novel-novel yang tak bermutu. Memang kita tak perlu berlebihan dalam menyikapi hal-hal tersebut, kita sebagai remaja seharusnya sudah tahu mana kebiasaan yang baik dan layak ditiru serta yang tidak. Tetapi kenyataannya masih banyak remaja saat ini yang cara berpikirnya terlalu meniru novel-novel yang tak masuk akal. Saya juga setuju jika ada perilaku remaja yang salah, bukan berarti itu merupakan pengaruh novel saja, karena masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku remaja saat ini. Misal dari televisi, internet, pergaulan dengan teman, maupun lingkungan sekitar. Maka dari itu, kita harus lebih kritis dan selektif terhadap faktor-faktor yang dapat berpengaruh baik maupun buruk kepada kita.

Unknown mengatakan...

Sekar Satiti
XI aksel 2/16
materi 1

Menurut saya, tidak bisa dipungkiri faktor ekonomi sangat berpengaruh dalam masa depan anak. Banyak anak dengan ekonomi yang rendah rentan terhadap masa depan yang buruk. Walaupun demikian mereka juga adalah generasi penerus bangsa yang jika di didik dengan baik akan menjadi penerus bangsa yang berkualitas. Sebaiknya seluruh lapisan masyarakat, dari kalangan menengah ke atas bahu membahu mengatasi permasalahan ekonomi yang ada disekitar kita. Jika terjadi kerja sama antar lapisan masyarakat, tentunya akan menjadikan generasi penerus bangsa dari yang berekonomi rendah hingga tinggi dapat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat membanggakanan bangsa Indonesia. Orangtua sebaiknya harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam pembentukan generasi penerus bangsa. Jadi, saya tidak setuju jika ada orang tua yang menghendaki anaknya turun ke jalan dan terjerembab dalam lembah hitam. Orang tua seharusnya yang wajib menafkahi anak-anaknya bukannya malah mencelakakan anaknya agar terjerumus ke lembah hitam. Dan menurut saya, orang tua yang mendukung dan menyuruh anaknya berbuat demikian, saya rasa mereka belum siap menjadi orang tua. Karena mereka tidak mengerti arti menjadi orang tua bagi anak-anak mereka. Sebaiknya orang tua yang demikian diberikan sosialisasi agar tau dan paham arti menjadi orang tua.

materi 2

Saya setuju dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa, “banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dari cerita yang suguhkan novel – novel remaja dengan kebiasaan kita”. Kita sebagai remaja yang berbudaya timur harus mampu mempertahankan budaya kita. Jangan sampai terjerumus kedalam budaya yang dapat merusak kehidupan mendatang. Akan tetapi tidak hanya novel saja yang meberikan pengaruh buruk bagi perilaku remaja sekarang ini. Pengaruh tontonan dari televisi yang tidak mendidik juga dapat mepengaruhi pola pikir remaja jama sekarang. Dan saya setuju jika remaja jaman sekarang harus mampu menyaring apapun dari pengaruh luar agar dapat menjadi remaja yang dapat berguna bagi bangsa, Negara, dan agamanya di masa mendatang.

yosua mengatakan...

Nama : Yosua Stefanus L
No. Absen : 18
Kelas : XI Aksel 2

Tugas 1 :
Menurut saya, memang benar bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab utama anak-anak turun ke jalanan. Namun demikian tidak hanya faktor ekonomi, faktor sosial juga turut serta mencampuri masalah ini. Misalnya saja seorang anak yang terlahir dalam lingkungan pencopet, kelak anak tersebut akan menjadi seorang pencopet. Kita perlu tahu bahwa dalam kehidupan manusia, terdapat suatu fase dimana seorang mencari jati diri mereka. Dalam fase inilah lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan jati diri manusia. Akan sangat buruk apabila pada fase ini seorang anak berada dalam lingkungan yang tidak baik, maka orang tua memiliki dampak yang penting yaitu dalam mendidik anak-anaknya supaya tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk yang ada di lingkungan sekitarnya. Anak jalanan adalah hasil dari kurangnya perhatian serta pengawasan orang tua dan atau asuhan yang salah dari orang tua. Sedikit saja hilang dari pengawasan orang tua, bisa jadi lingkungan merusak masa depan seorang anak.

Tugas 2 :
Menurut saya, dewasa ini memang banyak novel-novel remaja cenderung memuat nilai-nilai kebudayaan yang cenderung menyimpang dengan kebudayaan yang telah ada selama ini. Namun, tidak semua novel remaja demikian. Masih ada novel-novel remaja yang memiliki berbagai nilai moral yang disampaikan dengan berbagai cara yang unik. Bahkan beberapa novel remaja malah mengisahkan berbagai kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di Indonesia. Sehingga kita tidak bisa langsung men-judge bahwa semua novel remaja bertentangan dengan kebudayaan yang ada. Sebaiknya, yang bertentangan hanya kita anggap sebagai hiburan belaka, toh namanya juga cerita yang dibuat dengan kreatifitas dan imajinasi pengarang. Sedangkan yang sesuai dan mengandung banyak nilai moral, kita resapi dan kita amalkan dalam tingkah laku kita sehari-hari.

NicolasRedFox mengatakan...

Nama :Kevin Sebastian T.
Kelas :XI Aksel 2
No. Absen :08

Materi 1:
Anak yang terlahir dalam lingkungan keluarga yang berkekurangan cenderung putus sekolah. Padahal banyak anak putus sekolah yang memiliki potensi serta tingkat kecerdasan yang tinggi, tersia-siakan hanya karena kata yang menjenuhkan bagi setiap orang, "himpitan ekonomi". Betapa ironis, generasi penerus bangsa diabiarkan terlantar di jalanan, terdesak beban hidup hingga melakukan kejahatan. Disinilah seharusnya kita mengintrospeksi diri, sudahkah kita membantu mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Hal ini dapat dimulai dengan tindakan kecil, seperti memberi sumbangan bagi lembaga sosial yang berperan dalam menangani anak putus sekolah dan anak jalanan. Jika setiap orang memberikan sedikit dari miliknya, kita dapat mengurangi beban hidup mereka secara signifikan. Lalu, bagaimana peran pemerintah? Banyak orang yang menyalahkan pemerintah akan keadaan dari anak jalanan tanpa mengerti keadaan sebenarnya. Saat ini, pemerintah telah memberlakukan berbagai program bagi anak jalanan, salah satunya adsalah rehabilitasi dan pelatihan kerja bagi anak jalanan. Sayangnya, pelatihan tersebut tidak diterapakan dalam kehidupan sehari hari oleh anak jalanan, bahkan terdapat anak jalanan yang menyalahgunakan modal kerja yang diberikan oleh pemerintah untuk hal hal negatif, seperti membeli narkoba atau sekedar membayar hutang yang telah menumpuk. Alangkah baiknya jika kita, baik masyarakat, pemerintah, dan anak jalanan sendiri, berusaha secara maksimal dalam menanggulangi dan meningkatkan taraf hidup bersama, pasti hal ini dapat terselesaikan dengan cepat.


Materi 2:
Novel remaja saat ini memang mengandung banyak hal hal yang bisa dikatakan sebagai "menyimpang" dari budaya yang kita miliki. Akan tetapi, tidak semua novel remaja yang beredar menyimpang dari budaya kita, banyak novel remaja yang mengajarkan tentang kehidupan sosial serta nilai nilai moral yang patut kita teladani. Pembacalah yang harus pintar dalam memilih dan membedakan, mana yang harus diteladan dan mana yang harus dihindari.

Unknown mengatakan...

Nama : Thomas K. Y.
Kls/No : XIAKS3/16
Materi 1
Setuju, Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan karena sebagian dari anak-anak putus sekolah yang hidup di kota besar mulai turun ke jalan sebagai anak jalanan, dan hal itu didukung oleh orang tua mereka karena menjadi anak jalanan hasilnya dari mengamen dapat menyokong ekonomi keluarga mereka. Namun tidak dipungkiri menjadi anak jalanan juga berpengaruh buruk karena lingkungan jalanan itu sendiri masyarakatnya sudah buruk, seperti menjadi anak yang kasar, terjerumus narkoba, jadi preman dll
Materi 2
Setuju, karena sebagian besar novel yang kita baca juga merupakan novel terjemahan luar negeri yang memiliki budaya yang berbeda dengan kita. Kita harus mampu menyortir mana yang baik kita tiru. Untuk masalah perilaku remaja yang salah itu juga bukan sepenuhnya pengaruh novel, masih lebih besar pengaruh TV, Film dan Internet

Firdaus Math mengatakan...

Firdaus W N
XI Aks 1 / 6

Materi 1:

Saya setuju bahwa faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang memengaruhi anak jadi putus sekolah dan turun ke jalanan. Ironisnya, hal itu bagi sebagian orang tua justru ditanggapi secara positif dengan menyuruh mereka menjadi peminta-minta, pengamen, dsb. Pemikiran seperti ini tidak boleh dibiarkan bukan hanya karena anak-anak tersebut adalah generasi penerus bangsa tetapi juga itu merupakan cerminan nyata mental bangsa ini. Menurut saya hal ini jelas kegagalan pemerintah menerapkan program pendidikan tanpa biaya bagi siswa miskin, KB sebagai pencegahan ledakan penduduk, dll. Dan lagi-lagi rakyat kecil yang jadi korban.

Materi 2 :

Memang benar bahwa tema dari novel-novel pada jaman sekarang kurang sesuai dengan budaya kita. Tetapi, menurut saya peran hal tersebut tidak terlau besar karena tidak semua remaja tertarik untuk membaca novel, apabila remaja suka membaca novel, saya pikir mereka sudah cukup cerdas untuk memilih bahan bacaan yang lebih bermutu. Yang justru harus kita waspadai adalah pengaruh sinetron di televisi, pornografi di internet dan lingkungan rumah, karena relatif lebih mudah diterima dan kurang bermanfaat.

Ratih SR mengatakan...

Ratih Suci Ramadhanti
XI Aksel 1/14

Materi 1 :

Memang benar bahwa faktor ekonomi akan berdampak pada hampir seluruh bidang kehidupan, tetapi kita harus kembali berkaca pada seberapa besar usaha manusia tersebut untuk berubah atau berkembang menjadi manusia yang lebih maju sehingga kemiskinan tidak selalu membelenggu mereka. Selain itu, peran pemerintah, masyarakat, dan orang tua sendiri sangat diperlukan dalam mencegah serta menanggulangi angka putus sekolah. Jika kita bersama-sama dalam melakukannya, tidak mustahil anak-anak putus sekolah tersebut masih mempunyai harapan untuk menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Materi 2 :

Saya setuju. Dari sekian banyak novel yang terbit saat ini, novel yang benar-benar berkualitas baik memang masih minim. Namun, menurut saya, konteks nilai kehidupan remaja seperti berfoya-foya, memperebutkan lawan jenis, dll tidak akan berpengaruh terlalu besar dalam pembentukan karakter remaja yang membacanya. Jadi, semua tergantung pada pribadi remaja itu masing-masing yang seharusnya bisa memilah-milah novel mana yang pantas dibaca maupun tidak.

Unknown mengatakan...

Nama : Arief Prayogo
Nomor : 02
Kelas : XI Aksel 1
Materi 1 :
Dalam hal ini kita tidak dapat menyalahkan pihak manapun. Faktor ekonomi memang memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas kehidupan manusia, termasuk bagi anak-anak jalanan. Akan tetapi, kebimbangan yang mereka alami untuk menentukan jalan mempertahankan hidup menyebabkan mereka melakukan banyak spekulasi. Keputusan mereka untuk menjadi pengamen, pengemis, dan lain sebagainya sebagai pilihan positif ataupun menjadi pencopet sebagai pilihan negatif, menjadi sesuatu yang wajar karena mereka memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup.
Materi 2 :
Memang benar banyak novel remaja yang bertentangan dengan adat kebiasaan kita, tetapi tidak semua novel remaja buruk. Banyak juga novel remaja yang mengandung inspirasi, semangat dan keteladanan tokoh. Menurut saya kita juga tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi novel remaja jaman sekarang. Bukan berarti banyaknya novel remaja yang bertentangan dengan adat menurunkan minat membaca kita. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang penting untuk membuka cakrawala kita. Apapun jenis bacaannya, termasuk novel. Kita belum bisa berpendapat apakah novel ini baik atau buruk sebelum kita membacanya. Setelah membaca, kita dapat mengetahui apakah novel yang telah kita baca baik atau buruk, pada proses inilah kita bisa melakukan filter untuk membedakan mana yang sesuai dengan adat kita atau mana yang tidak sesuai. Jadi pada dasarnya kita sebagai generasi muda harus paham mengenai keadaan budaya kita yang menjunjung tinggi kesopanan dalam bertingkah laku. Kedua aspek tersebut harus kita tanamkan dalam hati kita dan dijadikan pedoman untuk menyaring informasi apa saja yang kita dapat.

KASIHH ! mengatakan...

Fajrinna Kasih Suci
XI Aks 1 / 05
komentar untuk materi 1 : "Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah. "
memang miris fenomena ini terjadi di negara Indonesia. Anak - anak yang seharusnya menikmati masa bermain mereka terpaksa bekerja demi menghidupi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini orang tua tidak berhak untuk "melampiaskan" ketidakmampuan mencukupi kebutuhan hidup kepada anak - anak mereka. Sungguh terpuji perbuatan seorang anak membantu orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun jika hal ini malah membuat anak terjerumus kedalam dunia gelap dan kehilangan masa bermain nya tentu ini bukanlah hal yg terpuji lagi. Fenomena yg terjadi adalah banyak anak yg bekerja di jalanan, terjerumus dalam dunia gelap.Bagaimanapun anak adalah karunia Tuhan yg harus di didik dan dijaga agar menjadi penerus bangsa. Bukan sebagai alat untuk mencetak uang.
komentar materi 2 : "novel-novel remaja, banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita."
salah satu pembentuk karakter remaja selain lingkungan adalah media, baik media massa dan cetak. Media cetak yg booming di dunia remaja saat ini adalah novel. Tampaknya kebiasaan membaca mulai marak di dunia remaja. Namun, novel2 yang beredar bukanlah novel2 yang mempunyai kualitas dari segi moral dan edukasi. Jika yang terjadi demikian, remaja perlu menyeleksi mana buku yang baik untuk mereka baca mana yang tidak.

KASIHH ! mengatakan...

Fajrinna Kasih Suci
XI Aks 1 / 05
komentar untuk materi 1 : "Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab makin banyaknya jumlah anak putus sekolah. "
Ya, saya setuju. memang miris fenomena ini terjadi di negara Indonesia. Anak - anak yang seharusnya menikmati masa bermain mereka terpaksa bekerja demi menghidupi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini orang tua tidak berhak untuk "melampiaskan" ketidakmampuan mencukupi kebutuhan hidup kepada anak - anak mereka. Sungguh terpuji perbuatan seorang anak membantu orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun jika hal ini malah membuat anak terjerumus kedalam dunia gelap dan kehilangan masa bermain nya tentu ini bukanlah hal yg terpuji lagi. Fenomena yg terjadi adalah banyak anak yg bekerja di jalanan, terjerumus dalam dunia gelap.Bagaimanapun anak adalah karunia Tuhan yg harus di didik dan dijaga agar menjadi penerus bangsa. Bukan sebagai alat untuk mencetak uang.
komentar materi 2 : "novel-novel remaja, banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita."
saya setuju,salah satu pembentuk karakter remaja selain lingkungan adalah media, baik media massa dan cetak. Media cetak yg booming di dunia remaja saat ini adalah novel. Tampaknya kebiasaan membaca mulai marak di dunia remaja. Namun, novel2 yang beredar bukanlah novel2 yang mempunyai kualitas dari segi moral dan edukasi. Jika yang terjadi demikian, remaja perlu menyeleksi mana buku yang baik untuk mereka baca mana yang tidak.

Unknown mengatakan...

Materi Pertama
Memang benar bahwa salah satu penyebab banyaknya anak putus sekolah dikarenakan karena masalah keuangan. Banyaknya anak- anak mulai turun kejalanan menjadi dampak negatif dari putus sekolah ini. Dan banyaknya anak- anak jalanan ini menyebabkan meningkatnya kriminalitas. Entah anak- anak jalanan tersebut diperintah oleh orang tuanya atau mungkin mereka sendiri sadar bahwa jika tidak mencuri maka tidak makan, ingin bekerja tapi tidak ada yang mau memberi pekerjaan, ingin sekolah tapi biaya tidak ada, repot juga bukan. Namun, menurut saya sendiri tidak perlu mencari kambing hitam dari fenomena sosial yang bisa dibilang normal karena setiap negara juga memiliki permasalah yang sama, yaitu anak- anak jalanan. Jika melihat bahwa yang patut disalahkan adalah orang tua, menurut saya kurang tepat. Kenapa? Orang tua mereka masih cukup peduli untuk merawat mereka. Bisa kita lihat dari berita- berita di media massa maupun cetak, banyak ibu yang tega untuk membuang anaknya di tempat pembuangan sampah. Sedangkan anak- anak jalanan tersebut sampai saat ini masih bisa hidup dan bernafas, artinya orang tua mereka masih peduli terhadap mereka. Mereka mungkin memerintah anak mereka untuk mencuri karena terpaksa, mereka butuh makan, dan tentu saja makanan tidak berjalan sendiri ke arah mereka, mereka harus berjuang. Masalah bermoral atau tidak bermoral, mungkin mereka berfikir itu urusan belakangan, yang penting mereka masih dapat hidup. Tanpa makan tidak dapat hidup, sedangkan tanpa moral kita masih dapat hidup, walaupun hanyak menjadi sampah masyarakat.

Materi Kedua
Saya sependapat dengan bacaan diatas. Memang benar bahwa banyak novel- novel remaja saat ini yang terlalu berlebihan dan terlalu mendramatisir. Namun, membaca novel kurang sesuai menurut saya bukan masalah yang terlalu besar selama pembaca tetap bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Membaca selalu dapat menambah pengetahuan kita, walaupun hanya dengan membaca novel ringan. Dan perilaku remaja yang menyimpang bukan hanya salah novel- novel yang tidak sesuai ini, namun masih banyak faktor lainnya seperti yang disebutkan bacaan diatas.

Irene Andriani Halim
XIAKS3/ 07

Unknown mengatakan...

Materi 1
Menurut saya kondisi ini sangat memprihatinkan, anak-anak bangsa yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa, sekarang ini banyak yang terjerumus dalam dunia kriminalitas. Kondisi ekonomi yang sangat mendesak membuat anak-anak ini harus putus sekolah dan terpaksa ikut mencari rupiah demi rupiah demi membantu orang tuanya, sedangkan seharusnya mereka duduk di bangku sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan memegang peran penting dalam menjamin masa depan anak-anak ini maupun bangsa. Tapi rendahnya tanggung jawab dan kesadaran orang tua mengkaburkan impian mereka dan mendekatkan mereka ke dunia hitam. Bukan hanya salah orang tua saja, namun peran pemerintah yang tidak tanggap dalam menghadapi situasi seperti ini akan membuat semakin banyak anak-anak yang akan bernasib sama. Selain itu kondisi sosial dilingkungan sekitar mereka juga berpangaruh terhadap cara pandang dan pola pikir, bagaimana tujuan mereka selanjutnya, apa yang akan mereka lakuka untuk meraihnya, semua ditentukan oleh kondisi sosial yang mempengaruhi mereka.

Materi 2
Menurut saya munculnya novel-novel seperti itu bukan sepenuhnya mengangkat kebiasaan-kebiasaan kita, melainkan hanya pemikiran pengarang semata untuk memuaskan minat pembaca terhadap tema bacaan yang sedang disukai. Jadi, kita tidak perlu terlalu berlebihan dalam menyikapinya, tetapi kita harus selalu berpikir dan sadar mana hal yang dapat diambil dari suatu kejadian atau cerita dan mana yang harus dihindari. Kebanyakan periaku remaja saat ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka karena perilaku-perilaku yang baik maupun kurang baik yang sudah menjadi kebiasaan dilingkungan sekitar mereka akn sulit dihilangkan karena sudah mempengaruhi pola pikir mereka.

Noviyanto Dwi Nugroho / 14
XI Aks 2

Anonim mengatakan...

Nama : Theo Tanadi
Kelas : XI Aks II
Absen : 17

Materi 1
Anak jalanan memang merupakan masalah di Indonesia, yang dari dulu hingga sekarang pemerintah masih gagal untuk menyelesaikannya. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab banyaknya anak jalanan di Indonesia. Saya setuju akan hal itu. Namun, saya merasa kurang setuju bila faktor ekonomi menjadi penyebab utama dalam banyaknya jumlah anak jalanan di Indonesia. Pemerintah pun tak luput dari kesalahan atas masalah ini. Sebenarnya pemerintah bisa meneyelsaikan masalah ini, namun, ya, tahu sendiri pemerintahan kita seperti apa.


Materi 2
Isi novel remaja zaman sekarang memang banyak berisi pola hidup yang agak 'salah', yang tidak sepantasnya kita tiru. Remaja memang wajar memiliki kebiasaan baik dan buruk. Namun, bukan berarti kita boleh memelihara kebiasaan buruk itu, bahkan justru memupuknya. Jika kita bisa membuang kebiasaan buruk kita, kenapa tidak kita buang? Dan juga, faktor membeloknya perilaku remaja zaman sekarang itu tak hanya dari novel remaja, namun juga hal lain seperti televisi, internet, dan pergaulan di sekitarnya. Oleh sebab itu, di zaman yang serba modern ini kita harus bisa bersikap kritis dalam menyerap informasi.

Anonim mengatakan...

Agnes Martha Lisa XI IAA 2-1

Materi 1:
Kehidupan anak jalanan bagaikan lubang hitam menganga tanpa jalan keluar. Kemiskinan dan kriminalitas adalah aroma utama yang tercium di antara padatnya populasi anak jalanan. Tidak bisa dipungkiri faktor ekonomilah yang menjadi penyebab utama terjebaknya anak-anak jalanan dalam jurang lebar kemiskinan dan kriminalitas. Anak-anak inilah, generasi penerus bangsa yang terbengkalai tanpa perhatian pemerintah, tanpa bantuan apapun dibiarkan terluntang-lantung tanpa arah dan tujuan. Pemerintah seharusnya lebih memberikan perhatian dan pengarahan yang nantinya akan mampu menyelamatkan generasi emas bangsa ini dari keterpurukan. Banyak hal yang bisa dilakukan, contohnya penggalakan program orang tua asuh yang nantinya pasti mampu memberikan hasil yang diinginkan seluruh pihak.
Namun bukan hanya faktor ekonomi yang berperan dalam penderitaan anak-anak jalanan ini. Orang tua merekalah yang justru mendukung mereka untuk bergelut dalam dunia hitam yang menenggelamkan. Seharusnya orang tua menjadi pengarah anak-anak mereka menuju kepada hal yang positif, untuk inilah pendidikan dibutuhkan sebagai pembuka wawasan tentang pentingnya edukasi bagi generasi muda bangsa yang penuh harapan.
Materi 2:
Novel remaja merupakan salah satu literatur yang makin digemari muda-mudi era ini. Hal ini tentu saja menunjukan perubahan yang baik dalam minat baca di Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri banyak dari novel tersebut mengandung konten yang tidak pantas untuk dibudayakan dalam kehidupan generasi muda Indonesia. Disinilah kemampuan akhlak generasi muda Indonesia dilatih. Mereka seharusnya dapat menyeleksi novel mana yang benar-benar mengandung nilai kehidupan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka bukan hanya menelan bulat-bulat kemajuan isi apapun yang tekandung di dalamnya. Karena memang diantara membanjirnya novel-novel “picisan” tersebut, masih bayak novel-novel yang mendidik dan dapat menjadi hiburan berbobot yang mengimbangi minat generasi muda akan tulisan bermanfaat.

Gita Santhika mengatakan...

Nama : Gita Santhika P.D
Kelas: 11 Aksel 2
Abs : 05

1. Meteri 1
Menurut saya, peristiwa seperti itu dapat dicegah dengan adanya edukasi kepada setiap orang tua bahwa pendidikan bagi anak-anak itu penting, serta orang tua sebaiknya tidak membiarkan anaknya menjadi anak jalanan

2. Materi 2

Memang, novel-novel jaman sekarang banyak memiliki nilai kehidupan yang berbeda dengan kebiasaan kita. Tetapi, sebagai pelajar SMA, saya kira dalam membaca novel-novel tersebut, kita bisa membedakan sisi mana yang dapat kita ambil dan sisi mana yang tidak kita acuhkan, seperti perilaku remaja yang kita anggap salah.

Anonim mengatakan...

Nama : Ranti Agustin
Kelas : XI Aksel 2
No : 15
Materi 1:
Saya setuju bahwa faktor ekonomi turut mempengaruhi kehidupan sosial yang dalam hal ini adalah kehidupan anak-anak bangsa seperti yang telah dijelaskan pada pernyataan di atas. Semakin banyaknya anak yang putus sekolah adalah salah satu dampak dari kemiskinan. Sulitnya kehidupan ekonomi yang mereka alami memaksa orang-orang yang kurang beruntung ini untuk tidak melanjutkan pendidikan. Dampak selanjutnya adalah, anak-anak yang putus sekolah ini turun ke jalanan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menjadi pengamen, pengemis dan pencopet. Hal ini tentu saja semakin membuat mereka jauh dari pendidikan. Yang pertama adalah pendidikan moral. Karena seperti yang kita tahu kehidupan jalanan dikenal sebagai kehidupan yang “hitam”. Yang kedua adalah pendidikan akademik seperti yang diajarkan di sekolah. Padahal ilmu ini sangat dibutuhkan untuk masa depan mereka yang lebih baik. Namun, kita tidak bisa menilai semua anak jalanan identik dengan kehidupan hitam, jauh dari pengajaran moral dan akademik. Sekarang ini terutama di kota-kota besar sudah ada penampungan anak jalanan yang memberikan mereka pendidikan seperti pendidikan agama dan pendidikan yang biasanya didapatkan di sekolah. Bahkan ada juga yang membantu biaya sekolah bagi anak-anak jalanan tersebut.

Materi 2:
Memang benar bahwa kebanyakan dari novel remaja sekarang ini memiliki banyak nilai yang tidak sesuai dengan hal yang seharusnya dilakukan oleh para remaja. Seharusnya, novel remaja lebih banyak memuat nilai-nilai yang patut diteladani oleh para pembacanya. Mengingat bahwa nilai-nilai moral memang sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter para remaja. Seiring berjalannya era globalisasi yang tidak dapat ditolak ini, lebih baik novel remaja lebih memiliki nilai religius, nilai kejujuran, nilai semangat berprestasi dan nilai-nilai baik lainnya. Sehingga khususnya para remaja dapat menyeleksi pengaruh yang mereka dapatkan.

NgadiBoyZ mengatakan...

NAMA : Ferdinand Winstein
KELAS : XI Aksel 3
No.Absen: 5

Materi 1 :
Memang betul bahwa faktor ekonomi adalah penyebab anak - anak kecil turun ke jalanan untuk sesuap nasi. Mereka tidak berfikir, apakah yang mereka lakukan itu halal atau tidak. Tetapi semenjak dirilisnya BOS (Bantuan Operasi Sekolah) dan beberapa program serupa, faktor ekonomi tidak menjadi faktor no.1 lagi yang membuat anak-anak itu putus sekolah. Penyebab yang no.1 sekarang sepertinya adalah faktor sosial si anak. Anak - anak yang mencuri atau sebagainya biasanya memiliki kehidupan di rumah yang kurang harmonis, seperti setiap hari di marahi atau sampai dipukul jika tidak mendapat setoran kepada orang tua mereka. Atau, memiliki situasi lingkungan yang tidak baik, seperti banyak yang berjudi,minum-minuman keras, jual-beli narkoba. Hal - hal menjadi pola pikir mereka dari kecil, hingga besar nanti. Lebih baik anak - anak seperti ini diberikan suatu tempat khusus, seperti asrama, dan mereka diajarkan untuk hidup yang baik dan benar.

Materi 2 :
Memang betul, bahwa novel - novel remaja di Indonesia tidak sesuai dengan kehidupan remaja Indonesia sekarang, tetapi mungkin saja si penulis ingin memperlihatkan cara kehidupan barat yang negatif di novel nya, agar hal-hal negatif itu tidak dicontoh oleh remaja - remaja Indonesia. Apalagi kehidupan di novel bukan berdasarkan kenyataan, melainkan berdasarkan cara pikir penulis yang mungkin dalam kesehariannya sudah dibumbui dengan kehidupan fiktif di sinetron Indonesia yang tidak baik. Jadi baik-buruknya novel harus bisa disikapi oleh pembaca sepintar-pintar mungkin. Kalau baik diambil, kalau buruk anggap saja sebagai info.

Anonim mengatakan...

Nama : Rahardian Brian W
Kelas : XI Aksel 3
Nomor : 12

Materi 1 :
Saya setuju bahwa faktor ekonomi dapat menyebabkan anak putus sekolah dan turun ke jalanan, karena mereka membutuhkan materi yang cukup agar dapat melanjutkan sekolah mereka.
Agar dapat mencukupi materi tersebut mereka turun ke jalanan untuk mencari tambahan materi selain dari hasil orang tua mereka bekerja. Bahkan anak yang turun ke jalanan mendapat dukungan dan ada disuruh oleh orang tua mereka. Akibat dari perbuatan itu anak-anak yang turun ke jalanan tercemar oleh perbuatan-perbuatan kriminal, contohnya adalah mencuri barang orang lain agar dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Materi 2 :
Memang benar bahwa banyak novel remaja yang berisikan tentang kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita yang dapat mencemari kebiasan-kebiasaan buruk para remaja, misalnya senang berpesta, tetapi kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut belum tentu berasal dari novel-novel remaja melainkan berasal dari faktor lain seperti linkungan sekitar dan pengaruh televisi.

Unknown mengatakan...

Nama: Ido Prisnawan
Kelas: XI-AKS-2
No absen: 06

Materi 1: Saya setuju bila faktor ekonomi dapat membuat anak turun ke jalanan. sikap orang tua yang mendukung agar si anak untuk turun ke jalanan demi mencari juga tidak dapat dibenarkan karena si dengan mendapat dukungan dari orang tua si anak berpikir apa yang sudah dilakukannya adalah benar, padahal tidak, orang tua seharusnya mengatakan bahwa pendidikan sangat penting bagi anaknya serta selalu mendukung anaknya dalam belajar. selain kedua hal tersebut, masih ada beberapa faktor lagi yang berpengaruh, seperti karakter si anak sendiri dan peran pemerintah. Anak yang malas dan tidak mau belajar kebanyakan akan memilih untuk turun ke jalanan menjadi pengemis bahkan pencopet karena pekerjaan tersebut memang mudah dilakukan. Meski dari keluarga yang kurang mampu namun memiliki kemauan dan ketekunan yang tinggi juga dapat berprestasi di sekolah. Pemerintah juga berperan penting dalam permasalahan ini, seharusnya anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu mendapat bantuan dari pemerintah seperti yang sudah tercantum dalam UUD.
Materi 2: memang benar, bila novel remaja sekarang banyak menampilkan nilai-nilai kehidupan yang tidak baik. Namun sebagai remaja memang kita sudah bisa menentukan mana yang baik dan yang tidak baik, sehingga kita bisa memilih untuk mengikuti apa yang ada di novel itu atau tidak. Dengan begitu, sikap dari para remajalah yang menentukan perilaku dari remaja tersebut, selain itu faktor lingkungan dan sosial juga berpengaruh.

Yogimahendra mengatakan...

Yogi Mahendra
XI AKSEL 1/18
Memang faktor ekonomi menjadi biang masalah dalam faktor seorang anak putus sekolah. Jika seperti ini pihak yang paling disalahkan adalah pemerintah, karena bantuan yang diberikan pemerintah sering kali salah sasaran atau mungkin belum diberikan. Beruntunglah bagi anak orang orang mampu, tetapi apa yang dapat diperbuat oleh anak anak yang kurang beruntung.

Dalam kasus ini novel bukan satu satunya pendorong faktor berubahnya tingkah laku remaja jaman sekarang. Lebih banyak faktor lain yang menjadi faktor pengubah gaya hidup remaja, dan novel pun tidak mengambil peran besar dalam faktor itu. TV, Internet merupakan faktor yang dapat kita tunjuk sebagai akar permasalahannya.

Anonim mengatakan...

Aristindriya Lanitaswari
XI Aksel 1
03

Materi 1:
Saya kurang setuju dengan wacana tersebut yang menyatakan bahwa faktor ekonomi memegang andil besar dalam permasalahan di dunia pendidikan yang nantinya dapat menjurus ke kriminalitas. Memang banyak di antara mereka yang pada kenyataannya untuk bertahan hidup pun sudah cukup sulit, apalagi merasakan indahnya bangku sekolah, untuk bermimpi pun tak berani. Tetapi melihat dari sudut pandang lainnya bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi. Setiap orang terlahir dengan potensi yang sama, hasil akhir hanya tergantung pada kemauan dan kesungguhan mereka saja dalam memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Ada atau tidaknya biaya dapat dikatakan tidak sepenuhnya mempengaruhi kehidupan seseorang. Saat ini, kita ketahui bahwa lebih dari 50% penduduk di negeri ini adalah kaum menengah ke bawah yang sulit untuk mendapatkan pendidikan. Tetapi sesungguhnya pada kasus ini, yang mengambil andil lebih besar bukanlah faktor ekonomi, melainkan motivasi dari diri sendiri. Memang berat menjalani hidup serba kekurangan dan mungkin hanya dapat mengandalkan kegiatan seperti mencuri, mencopet, mengambil yang bukan haknya sebagai sumber penghidupan, tapi sebenarnya itu merupakan kesalahan dari individu itu sendiri. Janganlah menjadi orang yang merasa dibatasi dengan keterbatasan yang kalian miliki, tetapi jadilah orang yang tak kenal malu dan ragu dalam melawan keterbatasan yang ada dalam diri kalian. Memang sangat mudah apabila hanya diucapkan, dan terasa sulit untuk dilakukan, tetapi percayalah apabila kalian bersungguh-sungguh dan tetap menjadi individu yang positif dalam memanfaatkan potensi yang kalian miliki, dengan mengesampingkan apa pun dan hanya tertuju pada tekad kalian yang bulat, tak ada hal yang tidak mungkin, apalagi pendidikan bagi kaum menengah ke bawah. Percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan jalan apabila ada kemauan dan usaha yang signifikan.

Materi 2.
Saya tidak setuju dengan pernyataan di awal wacana yang menyatakan bahwa banyak nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Janganlah kita berpikiran sempit tentang segala hal. Pada kenyatannya nilai kehidupan seperti berpesta, memperebutkan lawan jenis, juga terjadi dalam realitas para remaja masa kini. Tidak dapat dipungkiri bahwa jaman terus berkembang dan tentunya juga nilai kehidupan semakin beragam. Jadi, apabila hal-hal tersebut dikatakan tidak sesuai, pastilah bahwa kenyataan telah dilupakan.
Saya setuju dengan pernyataan kedua dalam wacana yang menyatakan bahwa kita tidak perlu berlebihan menyikapi apa yang tertulis dalam novel. Sebagai remaja memang kita dapat dikatakan sedang menjalani masa-masa kelabilan seorang individu, tetapi pada dasarnya kita sudah dapat membedakan mana yang baik untuk kita dan mana yang dirasa kurang pantas. Apabila membaca novel yang sekiranya kurang sesuai dengan kebiasaan kita, jadikanlah itu sebagai wawasan saja, ilmu baru bahwa dunia di luar lingkungan/zona aman anda sebenarnya adalah demikian. Satu hal yang paling utama, tetaplah positif dalam menanggapi sesuatu, jangan selalu melihat dari sisi negatifnya, melainkan pandanglah dari sisi positifnya untuk melengkapi sisi negatif yang ada.

Anthony mengatakan...

Komentar 1 :

Saya tidak setuju. Faktor ekonomi merupakan alasan bagi manusia yang tidak memiliki semangat, dayajuang, dan keinginan untuk hidup yang lebih baik. Orang-orang miskin sering sekali mengatakan factor ekonomi merupakan penyebabnya tetapi jika kita mendalami dan menganalisanya lebih lanjut, kita akan menemukan bahwa sebenarnya factor ekonomi hampir tidak memengaruhi. Justru, semangat, dayajuang dan keinginan yang tinggi lah yang memengaruhi. Ambil contoh, terdapat kisah nyata yang menceritakkan tentang seorang tukang parkir yang dengan semangat, daya juang dan keinginan yang tinggi bekerja keras, setiap kali tidak ada yang dilakukan, dia selalu membawa buku dan belajar. Keluarga dia tidak mampu untuk membayari kuliah, tetapi akibat kerja kerasnya sebagai tukang parkir, dia berhasil sekolah hingga lulus kuliah. Faktor ekonomi merupakan penyebab kemiskinan bagi orang-orang yang malas, tidak ingin bekerja keras, hanya pasrah.

Komentar 2 :

Saya setuju. Perilaku menyimpang remaja bukan disebabkan karena membaca novel atau cerpen tetapi disebabkan oleh lingkungan yang menyimpang. Karena dengan hanya membaca novel, para remaja masih takut untuk melakukan hal yang sama seperti yang diceritakkan di novel. Tetapi, dengan lingkungan buruk para remaja akan menjadi berani karena mendapat paksaan, godaan, dan pengaruh jahat yang sangat kuat. Karena dengan membaca novel, remaja mendapatkan kesenangan, kita seperti dibawa ke dunia impian novelis. Ambil contoh teman baik saya sendiri, Ferdinand, meskipun dia sering membaca novel-novel tentang pembunuhan, pencurian, pemerkosaan tetapi dia berada di lingkungan yang baik sehingga hal2 seperti itu tidak mempengaruhi watak Ferdinand..


KOMENTATOR : ANTHONY W.S
XI AKS 3 / 1

Anonim mengatakan...

Rachmania Shinta
XI Aksel 3
11

Materi I : Saya setuju bahwa faktor ekonomi merupakan penyebab banyaknya jumlah anak putus sekolah. Hal ini merujuk pada anggapan bahwa 'Tak Ada Uang, Tidak Bisa Lanjutkan Kehidupan'. Ya, apabila kita tidak memiliki pendapatan maka kemungkinan besar kita tidak dapat bertahan hidup. Apalagi kita hidup di jaman yang serba mahal seperti sekarang ini. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat harus giat bekerja agar bisa mendapatkan uang demi kehidupan. Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa Anak-anak harus turun ke jalanan, mencopet, dan melakukan tindakan yang seharusnya tidak mereka lakukan di usia mereka yang sangat dini. Padahal, mereka seharusnya melakukan kewajibannya, yaitu sekolah.
Tapi anak-anak yang dibiarkan orang tuanya mencari uang di jalanan, saya yakin mereka melakukan itu dengan terpaksa. Pertanyaannya, Sampai kapan mereka diharuskan untuk hidup dalam keterpaksaan?
Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu hal yang harus dicapai pemerintah dalam melakukan pembangunan negara. Namun, kita sebagai masyarakat juga harus ikut serta untuk membantu saudara-saudara kita yang kesusahan.

Materi II : Saya juga merasakan hal yang sama. Sebagai remaja yang disuguhi bacaan dan tontonan masa kini, saya menemukan hal-hal yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Mungkin itu di adopsi dari budaya Barat. (Contohnya: Berpesta) Jadi, kita yang termasuk orang Timur menganggap perilaku tersebut tidak cocok dengan budaya kita.
Saya setuju bahwa novel dan sinetron yang sekarang ini sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kehidupan manusia, menjadi salah satu faktor penentu moral bangsa. Hal ini terjadi karena remaja yang mengkonsumsi bacaan yang telah di dramatisir, menjadikan itu sebagai salah satu acuan hidup. Sebagai contoh; Seorang remaja menginginkan kehidupan percintaannya berlangsung bahagia seperti novel yang ia baca, namun ternyata kisah cintanya berakhir kandas. Hal ini membuat sang remaja terpuruk (biasa disebut: Galau) dan tidak ada semangat lagi. Itu sangat merusak mental generasi muda kita.
Maka dari itu, kita sebagai remaja sekaligus generasi penerus bangsa harus lebih selektif. Kita harus bisa membedakan mana yang baik untuk kehidupan dan mana yang baik hanya untuk sekedar hiburan.