Selasa, 18 Mei 2010

Penerapan Model THINK, PAIR, AND SHARE

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia pendidikan, khususnya pembelajaran terstruktur di kelas menuntut adanya berbagai variasi model. Ini dimaksudkan agar para guru dan siswa tidak terjebak dalam rutinitas penerapan model pembelajaran konvensional (pembelajaran dengan pola teacher center). Penerapan model pembelajaran konvensional menimbulkan kejemuan pada guru maupun siswa, sebab selain kurang mendorong timbulnya kreativitas guru dalam menyusun bahan ajar, model konvensional kurang memberikan keleluasaan siswa untuk berkreasi sesuai dengan pemikirannya. Pada diri siswa pun akan timbul kebosanan dalam belajar, karena mereka selalu diposisikan sebagai kelompok yang pasif dan hanya menerima pemberian (informasi) dari guru.
Setelah mempertimbangkan berbagai pemikiran, serta mencermati perkembangan model di beberapa negara tetangga yang lebih maju, penulis beranggapan bahwa penerapan Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dalam Menulis Wacana Argumentatif yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan siswa tampaknya lebih tepat untuk dilaksanakan. Model ini menghendaki guru bertindak dan memainkan peran sebagai fasilitator saja, sedangkan siswa lebih aktif melakukan pencarian, pengolahan, dan pengembangan ide, sehingga pada akhirnya siswa bisa memperoleh pengalaman (pemahaman) secara empiris.
Pada kesempatan ini penulis memilih Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dalam Menulis Wacana Argumentatif pada siswa kelas XI Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta. Model ini menarik untuk dilaksanakan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya yang sejenis, antara lain:
1. Fungsi guru lebih sebagai fasilitator (memungkinkan siswa lebih aktif)
2. Berorientasi kepada kompetensi siswa secara nyata (ada hasil secara langsung)
3. Memacu kreativitas siswa dalam menuangkan gagasan
4. Menumbuhkan semangat kerjasama dan rasa kesetiakawanan antarsiswa
5. Menghindarkan terjadinya persaingan secara tidak jujur
6. Menciptakan suasana pembelajaran berpola tutor teman sebaya (siswa pandai membantu siswa yang lemah)
7. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat berlatih dan berkarya
8. Menciptakan suasana kelas lebih hidup dan gembira
9. Menghindari siswa malas dan mudah berpuas diri
10. Membentuk pribadi siswa yang kompeten dan punya rasa percaya diri

B. Identifikasi Masalah
Masalah dalam pembelajaran menulis wacana deskripsi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa merasa kurang cukup bahan ajar untuk dikembangkan menjadi wacana deskriptif
2. Menuliskan gagasan dalam bentuk wacana deskripsi belum menjadi kebiasaan bagi siswa
3. Siswa sering merasa kesulitan untuk memulai, meneruskan, dan mengakhiri tulisan
4. Adanya rasa kurang percaya diri dan kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri
5. Adanya perasaan kurang puas terhadap tulisan yang disusun dan rasa malu jika tulisannya dibaca teman lain

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam pembelajaran bahasa tersebut, pada kesempatan ini penulis membatasi penulisan hanya pada “Apakah penerapan Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentatif?”

D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dengan Kemampuan Menulis Wacana Argumentasi pada siswa kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta”. Secara lebih khusus masalah dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah siswa merasa mendapatkan cukup bahan untuk dikembangkan?
2. Apakah kebiasaan siswa dalam menuliskan gagasan dalam bentuk wacana deskripsi dapat ditingkatkan?
3. Apakah siswa bisa terhindar dari kesulitan untuk memulai, meneruskan, dan mengakhiri tulisan?
4. Apakah rasa percaya diri dan keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri dapat ditingkatkan?
5. Apakah perasaan kurang puas terhadap tulisan yang disusun dan rasa malu jika tulisannya dibaca teman lain dapat dihindari?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dipisahkan menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah meningkatkan kualitas pembelajaran menulis dengan menerapkan model pengembangan paragraf secara berantai, sedangkan tujuan khusus antara lain:
1. Bagi guru :
a. Meningkatkan kompetensi mengajar, khususnya dalam menerapkan berbagai model pembelajaran
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran, agar lebih hidup, interaktif, dan mendorong semangat siswa
c. Membangun profesionalisme tenaga kependidikan (terutama guru)
2. Bagi siswa:
a. Menggairahkan siswa dalam belajar
b. Mendapatkan pengalaman langsung
c. Meningkatkan kepedulian dan kerjasama antarsiswa
d. Memecahkan masalah bersama
e. Memahami karakter masing-masing teman satu kelompok
f. Belajar menghargai dan menghormati orang lain
g. Meningkatkan kemampuan menyusun wacana
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kinerja sekolah
b. Meningkatkan daya saing sekolah terhadap sekolah lain
c. Meningkatkan prestasi sekolah di mata masyarakat

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru:
a. Memberikan informasi terbaru tentang model pembelajaran
b. Memberikan variasi terbaru tentang model pembelajaran
c. Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkarya nyata dalam bidang pendidikan
2. Bagi siswa:
a. Mempermudah pengerjaan tugas (penyusunan wacana argumentatif)
b. Memberikan suasana menyenangkan dan manarik dalam kegiatan belajar
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terus berkarya nyata (khususnya menulis wacana argumentasi)
3. Bagi sekolah dan dunia pendidikan:
a. Memberikan sumbangsih berupa model yang cukup efektif dalam pembelajaran
b. Mengharumkan nama sekolah di mata masyarakat

IL lANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan pustaka
Pada era globalisasi ini, masyarakat kita dikejutkan oleh munculnya pemikiran baru dalam dunia pendidikan, yakni Total Quality Education (TQE). Pemikiran tersebut bermula dari konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) yang lebih populer dengan TQM. Demikian pengantar yang disampaikan oleh Dr. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, M.Ag dalam terjemahan dari Total Quality Management in Education tulisan Edward Sallis, yang dibuatnya.
Konsep dasar yang hendak dikembangkan dalam TQE, sesuai dengan prinsip dalam dunia bisnis adalah untuk melakukan pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.(Sallis, 2006 : 8). Lebih lanjut digambarkan bahwa pelanggan adalah pengelola institusi pendidikan seperti manajer, kepala sekolah, guru, dan staf karyawan (internal customer), di samping masyarakat, pemerintah dan dunia industri (external customer).
Kepuasan pelanggan bisa terwujud jika manajemen pendidikan telah mengarah pada penetapan standar mutu proses pembelajaran yang dapat berdaya guna dan secara optimal menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kemampuan dasar. Produk dimaksud adalah siswa lulusan dengan kompetensi tertentu yang siap memasuki program studi lanjut atau dunia kerja dalam arti yang seluas-luasnya.

B. Landasan Teoretis
Belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran dipandang sebagai proses kegiatan menggerakkan orang-orang untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran akan tercipta berbagai teknik-teknik yang bersifat kelembagaan, artinya disesuaikan dengan lembaga pendidikan tertentu, seperti 1) teknik menciptakan masyarakat belajar di sekolah, 2) teknik menciptakan masyarakat ilmiah di perguruan tinggi, 3) teknik mengadakan dan mengatur sumber belajar, 4) teknik meningkatkan partisipasi alumni dan masyarakat, 5) teknik meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang sejenis, dan 6) teknik ketatausahaan yang tepat waktu dan konsisten.(Pidarta, 2004 : 100),, .
Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar antara lain: 1) variasi aktivitas belajar cenderung kurang menyeluruh, dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang guru; 2) aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas; 3) aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa mendatang.(Suherman, 2001 : 27).
Berdasarkan pemikiran tersebut manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.

C. Kerangka Berfikir
Pada bagian ini diuraikan secara ringkas hakikat Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dalam Menulis Wacana Argumentatif. Hal itu dimaksudkan selain untuk membatasi pembahasan juga merupakan hasil pelaksanaan tindakan di kelas (yang sudah dilaksanakan/ dipraktikkan oleh penulis).
Pengembangan model ini merupakan upaya peningkatan kemampuan menulis siswa yang dilaksanakan dengan cara yang relatif sederhana. Setiap siswa di kelas diminta menyiapkan satu lembar kertas, membuat nomor urut sesuai jumlah kelompok, kemudian menuliskan namanya pada nomor satu. Siswa tersebut menuliskan satu kalimat yang disesuaikan dengan ide (keinginan) masing-masing, lalu diserahkan kepada teman sebelah kanan searah jarum jam. Siswa berikutnya menuliskan nama pada nomor urut ke dua, lalu melanjutkan kalimat teman sebelumnya. Demikian dan serterusnya sampai siswa terakhir dalam kelompok, menuliskan nama dan kalimatnya. Jumlah kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa dan jam pelajaran dalam kelas.


D. Hipotesis Tindakan
Pengembangan model-model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan pada Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dalam Menulis Wacana Argumentatif ini 1) setiap siswa dilatih untuk mengembangkan ide secara individu, 2) pada diri siswa timbul keasyikan dan keaktifan dalam mengerjakannya, dan 3) masing-masing siswa menjadi semakin mengenal pribadi teman satu kelas lewat tulisan yang dibuatnya. Namun model ini juga tidak lepas dari kekurangan, ide awal yang dikembangkan oleh siswa pertama biasanya dibelokkan ke ide lain (menyimpang), sehingga akhirnya kesatuan gagasan sering tidak tercapai. Siswa cenderung mengembangkan tulisan untuk memperolah efek humor yang menyenangkan secara pribadi meskipun tetap menyegarkan suasana.
Dari uraian tersebut penulis mengajjukan hipotesis sebagai berikut:
H (1): penerapan Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentatif
H (0): penerapan Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai tidak dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentatif













III. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kelas XI Program Akselersi SMA Negeri 3 Surakarta yang terdiri atas 2 rombongan belajar masing-masing terdiri atas 24 siswa, sehingga jumlah keseluruhannya 48 siswa, daftar siswa sebagai berikut:
No.
NIS
Nama
L/P
1.
17460
Aditya Ronald Dohar
L
2.
17461
Ana Andriyani
P
3.
17462
Andy Cahyadi
L
4.
17463
Arif Fajar Utomo
L
5.
17464
Awalia Windarsari Putri
P
6.
17465
Brianita Rizki Ratna Kiyenda
P
7.
17466
Dyan Kartika Sari
P
8.
17467
Fadela Yunian Astianto
L
9.
17468
Hansen Tananda
L
10.
17469
Harum Nissa Ulfasha
P
11.
17470
Ivana Lettizia Kurniahu
P
12.
17471
Jati Prabowo
L
13.
17472
Kevin Dito Grandhika
L
14.
17473
Kurnia Kusuma Wijayanti
P
15.
17474
Lia Kristanti Wibowo
P
16.
17475
Mohammad Taufan Andreyanto
L
17.
17476
Maytia Prati Wisitha
P
18.
17477
Meirina Mulia Wardani
P
19.
17478
Monica Damayani
P
20.
17479
Oktavia Ari Marlita
P
21.
17480
Raysha Fatima
P
22.
17481
Rizqi Pandu Sudarmawan
L
23.
17482
Utami Lestari Suryaning Akbar
P
24.
17483
Vikha Ardhi Nugroho
L
No.
NIS
Nama
L/P
1.
17484
Aditya Kris Harjanto
L
2.
17485
Amalia Solihati
P
3.
17486
Amelia Puspitasari Wigianto
P
4.
17487
Anisa Amalia Fitriani
P
5.
17488
Arin Sandrina
P
6.
17489
Candra Alim Sutanto
L
7.
17490
Christine Notoningtyas Santoso
P
8.
17491
Devina Budiono
P
9.
17492
Elsa Silvia
P
10.
17493
Hanna Srimulyo Dwi Kusuma
P
11.
17494
Iput Syahril Musthofa
P
12.
17495
Jana Dwi Kusdianto
L
13.
17496
Krisnina Mahadewi Pratiknyotiyoso
P
14.
17497
Lorca Langit Biru
L
15.
17498
Melissa Yosephine Evi Santosa
P
16.
17499
Mifta Adhi Nugroho
L
17.
17500
Muhammad Nurkholis Basyir
L
18.
17501
Niko Karis Gunawan
L
19.
17502
Octaviana Helbawanti
P
20.
17503
Raras Mulatsari
P
21.
17504
Ratih Puspaningtyas
P
22.
17505
Sulthoni Mukhlis Kurniawan
L
23.
17506
Widhi Rahman Bhakti
L
24.
17507
Yulia Wardhani
P

B. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel yakni:
1. Pengembangan model menulis paragraf secara berantai
2. Kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentatif

C. Desain Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Penyusunan perangkat penelitian berupa kertas isian berpola
b. Pemilihan naskah berita (untuk dibacakan pada siklus II)
c. Pembagian kelompok siswa menjadi 2 kelompok dengan anggota sebanyak 12 orang pada setiap kelas
d. Penyiapan alat bantu pelajaran berupa komputer (laptop), LCD, dan kamera perekam (handycam), untuk merekam pelaksanaan kegiatan

2. Tindakan
a. Siklus I:
Siswa di kelas XI-IA-1 dan kelas XI-IA-2 dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri atas 12 siswa. Penentuan anggota kelompok sebanyak 12 siswa ini dilakukan dengan pertimbangan agar waktu mengerjkan tidak terlalu lama. Siswa diminta menuangkan gagasannya tanpa dikaitkan dengan topik yang disajikan guru (menulis bebas berantai)

b. Siklus II:
Sebelum siswa diminta menuangkan gagasannya, guru membacakan topik berita yang mudah dikenali oleh siswa. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan yang sama (pada Siklus I), tetapi tulisan mereka dikaitkan dengan topik yang dibacakan guru. Setelah melaksanakan kegiatan menulis paragraf argumentatif secara berantai, siswa merumuskan wacana secara utuh menurut gaya penulisan masing-masing. Hal ini dilakukan agar pada akhir kegiatan ini siswa dapat melakukan refleksi.

3. Observasi
Selama kegiatan berlangsung penulis melakukan perekaman gambar dengan maksud untuk memberikan gambaran secara nyata pelaksanaan penelitian ini. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan pola yang sudah dipersiapkan.

4. Evaluasi
Pekerjaan siswa dianalisis dengan membandingkan hasil pada siklus I dan siklus II, jika nilai pada siklus II lebih tinggi, maka model ini layak dikembangkan dan hipotesis I (H-1) bisa diterima, sebaliknya jika nilai pada siklus II tidak mengalami peningkatan, atau tingkatnya sama, atau bahkan lebih rendah dari nilai pertama, maka penelitian ini ditolak (tidak diterima), (H-0) diterima.

5. Refleksi
Hasil penelitian selanjutnya diinformasikan kepada segenap siswa sebagai bentuk refleksi dan diterapkan pada kelas-kelas lain sesuai materi yang berlaku. Siswa pun merefleksikan hasil yang mereka peroleh dengan pola presentasi. Dengan demikian perubahan wacana yang dimiliki siswa dari siklus I dan siklus II dapat dipahami siswa.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian meliputi lembar kerja siswa, lembar analisis hasil penelitian, dan alat bantu pendukung berupa naskah berita, alat bantu pembelajaran berupa Laptop dan LCD, serta alat bantu perekaman gambar berupa handycam.

E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penghitungan terhadap ke 48 siswa yang menjadi subjek penelitian. Pekerjaan mereka dijadikan data pendukung penelitian yang selanjutnya dapat dinalaisis dengan perhitungan statistik.


F. Teknik Analisis Data
Pekerjaan siswa yang terkumpul dicermati dan dihitung berdasarkan tingkat kesesuaian kalimat yang disusun siswa satu dengan siswa lainnya. Jika kalimat satu berhubungan dengan kalimat berikutnya, diberi nilai satu sedangkan jika kalimat satu tidak terkait dengan kalimat sebelumnya (atau bahkan menyimpang), diberi nilai nol. Nilai tersebut ketika dijumlahkan akan menggambarkan tingkat perubahan yang teradi antara siklus I dan siklus II.

III. HASIL PENELITIAN

A. Perhitungan dengan Statistik
Dari penghitungan hasil kedua siklus berikut tampak ada perbedaan yang nyata pada hasil yang diperoleh. Siklus I menghasilkan wacana yang kurang padu (kurang memenuhi kohesi dan koherensi sebuah wacana), sedangkan pada siklus II wacana yang dihasilkan oleh masing-masing siswa dalam kelompok telah memenuhi persyaratan kohesi dan koherensi. (terlampir)

Siklus I:
Kelompok 1 memperoleh nilai : 104
Kelompok 2 memperoleh nilai : 86
Kelompok 3 memperoleh nilai : 126
Kelompok 4 memperoleh nilai : 80
Jumlah : 396

Siklus II:
Kelompok 1 memperoleh nilai : 112
Kelompok 2 memperoleh nilai : 126
Kelompok 3 memperoleh nilai : 134
Kelompok 4 memperoleh nilai : 124
Jumlah : 496

Terdapat selisih 100 poin untuk angka yang diperoleh siswa. Ini menandakan ada perubahan yang cukup signifikan, ketika diterapkan model pembelajaran yang baru yakni penerapan Model Think, Pair, and Share dan Pengembangan Paragraf secara Berantai. Model ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentatif dari Siklus I dan Siklus II. Dalam laporan penelitian ini belum dikaitkan antara hasil penelitian dengan penghitungan kemampuan menulis siswa sebelum diterapkan model yang dimaksud.

B. Pekerjaan siswa sebagai Bukti Fisik
Setelah semua pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, berikut penulis paparkan hasil penerapan model yang telah dipraktikkan. Sebanyak 24 lembar pekerjaan pada siklus I dan 24 lembar pekerjaan pada siklus II (terlampir).

IV. PENUTUP

A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Kegiatan penelitian tindakan kelas dengan penerapan/ pengembangan model pembelajaran khususnya pengembangan wacana secara berantai cukup efektif dan baik diterapkan dalam pembelajaran bahasa khususnya menulis wacana argumentasi
2. Penerapan berbagai model pembelajaran merangsang siswa untuk lebih aktif dan berkreasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
3. Guru mendapatkan kesempatan untuk melakukan penilaian secara langsung terhadap pekerjaan anak
4. Kelas menjadi lebih hidup, komunikastif, aktif, dan memperoleh hasil langsung yang dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan (efektif)
5. Beberapa komentar siswa berikut dapat dijadikan bahan pemikiran lebih lanjut
a. kita tidak ngantuk
b. semua siswa bisa terlibat
c. serius tapi santai dan lucu
d. kadang menegangkan
e. asyik dan menarik
f. penilaiannya bagaimana?

B. Saran
1. Penerapan/ pengembangan model-model pembelajaran sebaiknya dilakukan oleh setiap guru agar pembelajaran berbagai mata pelajaran lebih bermakna dan mendorong siswa untuk lebih bersemangat, aktif, dan kreatif.
2. Sekolah lewat pimpinan sekolah hendaknya mendorong setiap guru untuk mengembangkan dan menerapkan model-model pembelajaran agar tercipata iklim pembelajaran yang kondusif.
3. Komite sekolah memberikan perhatian lebih kepada setiap guru yang dengan kreativitasnya mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan konsekuensi logisnya berupa pengeluaran dana yang menjadi lebih besar.


DAFTAR PUSTAKA

Meliono-Budianto, Irmawati. 2002. Realitas dan Obyektivitas, telaah atas cara kerja
ilmiah. Jakarta : Wedatama Widya Sastra.

Pidarta, Made, Prof. Dr. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta.

Sallis, Edward, 2006. Total Quality Management im Education, terjemahan. Yogyakarta IRCiSoD.

Suherma, Adang, Drs., M.A. dan Drs. Agus Mahendra, M.A.2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Widiyanti, Ninik, Dra. 1998. Manajemen Koperasi, Jakarta : Rineka Cipta.

Tidak ada komentar: