Rabu, 19 Mei 2010

RAGAM BAHASA DALAM MEDIA MASSA

(sebuah analisis)

oleh: Bambang Dwi Sasongko

A. Pendahuluan

Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau laras media massa atau disebut juga laras pers, memiliki ciri-ciri yang sangat mendasar. Anda sebagai jurnalis profesional, juga Anda para calon jurnalis sejati, harus benar-benar memahami ciri-ciri bahasa dalam ragam jurnalistik tersebut dengan baik.
Bahasa dalam laras jurnalistik itu harus berciri sederhana, harus tidak berbelit-belit, tidak boleh berbunga-bunga, dan harus apa adanya, harus sesuai dengan data atau faktanya, dan sajiannya harus langsung menuju sasaran atau pokok permasalahannya (straight to the point).
Jadi sosok bahasa dalam laras jurnalistik itu haruslah lugas, haruslah bersifat sederhana, haruslah tegas, benar-benar tepat dan akurat dalam diksi atau pemilihan katanya. Bahasa ragam jurnalistik atau bahasa pers harus menarik sifatnya, berharkat, bermartabat, atau bernilai rasa. (Kunjana, 2006:11-12).
Bahasa yang digunakan dalam infotainment adalah bahasa ragam jurnalistik. Ciri yang menonjol dalam ragam bahasa jurnalistik adalah bersifat komunikatif dan demokratis. Ciri komunikatif berarti mengutamakan ketercapaian maksud pada pendengar yang berarti pilihan kata atau struktur bahasanya disesuaikan dengan “selera” pendengar, sedangkan ciri demokratis berarti menekankan kesetaraan dalam memandang dan mendudukkan orang lain. Dalam ragam jurnalistik kata atau makna kata untuk menghormati orang dengan cara membedakannya dengan orang lain tidak dijumpai.
Infotainment merupakan salah satu acara di televisi yang menyuguhkan berita atau informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa. Sebagai media penyedia informasi, salah satu tolok ukur keberhasilannya adalah besarnya informasi yang dapat ditangkap oleh pemirsa.Bahasa yang digunakan pun bahasa yang mudah ditangkap oleh pemirsa, atau bahkan lebih jauh lagi bahasa yang digemari oleh pemirsa. Oleh karena itulah, keterlibatan bahasa daerah, bahasa gaul, atau jenis bahasa apa pun yang berfungsi untuk merekatkan hubungannya dengan pemirsa akan selalu diutamakan.
Selain sebagai penyedia informasi, pada sisi lain program infotainment juga diadakan untuk tujuan komersial. Ukuran keberhasilan sebuah acara yang bertujuan komersial adalah banyaknya keuntungan material yang dapat diperoleh. Pada kondisi seperti ini, pengelola program infotainment akan melakukan apa saja sepanjang pemasang iklan menjadi senang, termasuk dalam hal bahasa.
Dalam tujuan komersial, budaya daerah, termasuk di dalamnya bahasa seringkali dimanipulasi ke dalam bentuk-bentuk yang lebih punya nilai jual meskipun itu harus menyimpang atau berbelok dari pakem. Kaitannya dengan pengembangan bahasa, upaya seperti ini pada satu sisi memang dapat memperkaya bahasa Indonesia, meskipun hanya dalam kosakata, dan juga dapat semakin memperluas cakupan pengenalan terhadap bahasa daerah; namun pada sisi lain, kualitas apresiasi masyarakat terhadap bahasa daerah semakin rendah.

B. Permasalahan
Selain pemilihan diksi, penggunaan ragam kalimat, dan gaya penyajian, bahasa ragam jurnalistik juga memiliki sepsifikasi dalam pemilihan judul. Judul-judul artikel pada setiap koran, harian, atau surat kabar tertentu memiliki ciri-ciri spesifik yang membedakan satu koran dengan lainnya. Pada ulisan ini hendak diuangkapkan “Bagaimana ciri judul pada koran Suara Merdeka?”

C. Pembahasan

Judul-judul dalam artikel koran dapat dilihat pada contoh berikut(dikutip dari ‘Suara Merdeka’ terbitan Senin, 3 September 2007:

No
Judul
Analisis ciri
1
Widodo Datang, MA Rapat Khusus
a. Berpola sebab akibat
b. Menghilangkan unsur penghubung
c. Menggunakan kata dasar (bukan bentukan) yang bersifat derivasional
d. Bersifat multi tafsir:
1) Ketika Widodo datang, MA sedang mengadakan rapat khusus
2) Karena Widodo datang, MA mengadakan rapat khusus
3) Widodo datang, sehingga MA menggelar rapat khusus
4) Jika Widodo datang, MA mengadakan rapat khusus
5) Widodo tetap datang meskipun MA menggelar rapat khusus
6) Meskipun Widodo datang MA tetap mengadakan rapat khusus
e. Mengungkap suasana agitatif, dan mengundang keingintahuan pembaca
2
Lima Kasus Korupsi Bakal Tuntas
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan sensasi, bombastis
c. Menggunakan kata dasar (bukan bentukan) yang bersifat derivasional
d. Mengundang keingintahuan pembaca
e. Memberikan efek psikis kepada pembaca (menyenangkan, meresahkan)
3
Supermodel Australia Kebagian Aset Haram Marcos
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan sensasi, bombastis
c. Menggunakan kata dasar (bukan bentukan) yang bersifat derivasional
d. Mengundang keingintahuan pembaca
e. Memberikan efek psikis kepada pembaca (menyenangkan, meresahkan)
f. Menggunakan istilah khusus yang mengandung makna penekanan (supermodel dan haram)
4
Hanya Ada Satu Morenho
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan sensasi, bombastis
c. Menggunakan kata dasar (bukan bentukan) yang bersifat derivasional
d. Bersusun balik (inversi)
e. Mengundang keingintahuan pembaca
f. Menggunakan istilah khusus yang mengandung
makna penekanan (hanya ada satu)
5
Sempurnakan Kebijakan Mardianto
a. Berpola perintah
b. Mengesankan sensasi, bombastis
c. Menggunakan kata bentukan yang bersifat infleksional (sempurnakan, kebijakan)
d. Mengundang keingintahuan pembaca
6
Zikir dan Doa Orang Berpuasa
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan ajakan
c. Menggunakan kata bentukan yang bersifat derivasional (berpuasa)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (zikir)
e. Bernuansa agamis (keagamaan)
7
Berkah Makan Sahur
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan ajakan
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca(berkah)
8
Tanggul Lumpur Lapindo Ditinggikan
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan kekhawatiran
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (ditinggikan)
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca
9
Kelompok Sekuler Takut Kekuatan Islam
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan kemenangan
c. Menggunakan kata bentukan yang bersifat derivasional (kekuatan)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (sekuler)
e. Bernuansa agamis (keagamaan)
10
Cegah Konflik Sosial Meluas
a. Berpola persuasif (ajakan)
b. Mengesankan kekahawatiran
c. Menggunakan kata bentukan yang bersifat derivasional (meluas)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (konflik sosial)
e. Bernuansa politis (kekuasaan pemerintah)
11
Fergie Sesalkan Kepergian Morenho
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Menggunakan kata bentukan yang bersifat derivasional (sesalkan, kepergian)
c. Mengandung multi tafsir:
1) Siapa Fergie
2) Siapa Morenho
3) Bagaimana kekerabatan keduanya
4) Mengapa Morenho pergi
5) Mengapa Fergie menyesal
12
Chelsea Sepakati Kompensasi
d. Berpola informatif (pemberitahuan)
a. Mengesankan keberhasilan
b. Menggunakan kata bentukan yang bersifat
derivasional (sepakati)
c. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (kompensasi)
d. Bernuansa ekonomis (berkaitan dengan uang)
13
Hadapi Roma Renery Ngeri
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Bersusun balik (inversi)
c. Mengesankan kekhawatiran
d. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (hadapi)
e. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca (ngeri)
14
Dihukum Celery Naik Banding
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
f. Bersusun balik (inversi)
b. Mengesankan kekhawatiran
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (dihukum)
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca (banding)
15
Tiga Tunggal Putra Buka Peluang All Indonesian Final
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan kebahagiaan
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat infleksional (buka)
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca (All Indonesian Final)
16
Ganda Putra Pastikan Tempat di Final
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan keyakinan
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (pastikan)
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca (Final)
17
Rosi: “Saingan Saya Kini Pedrosa”
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan kekhawatiran
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (saingan)
d. Menggunakan istilah umum yang mengundang keingintahuan pembaca (saingan)
e. Menggunakan pola kalimat langsung (Rosi:...)
18
Positif Doping, Landis Kehilangan Gelar Tour de France
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan keberhasilan
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (kehilangan)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (doping)
e. Menggunakan pola kalimat tidak langsung (pasif)
19
Iwan dan Ayu Tercoret dari Pelatnas Sea Games
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan kegagalan
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat derivasional (tercoret)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (pelatnas)
e. Menggunakan pola kalimat tidak langsung (pasif)
20
Jumat Petang Tenggat Banding Mc Loren
a. Berpola informatif (pemberitahuan)
b. Mengesankan ketidakpastian
c. Menggunakan kata dasar yang bersifat infleksional (banding)
d. Menggunakan istilah khusus yang mengundang keingintahuan pembaca (tenggat)
e. Menggunakan pola kalimat tidak langsung (aktif)

Dari tabel tersebut dapat dianalisis, bahwa wacana jurnalistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan. EYD mengatur pemakaian dan penulisan huruf, kata, unsur serapan, pemakaian tanda baca, dan pungtuasi
Secara umum dapat dianalisis bahwa ejaan yang digunakan dalam media tersebut sudah sesuai dengan EYD (contoh 1 dan 18 tanda koma, contoh 17 tanda kutip ganda)
2. Diksi untuk menunjang keefektifan kalimat, kalimat menunjang keefektifan berkomunikasi. Komunikasi efektif: yang diterima pembaca/pendengar sama dengan yang disampaikan penulis/pembicara
Syarat diksi:
a. Ketepatan: dapat untuk mengungkapkan gagasan secara efektif, dilihat dari sampai tidaknya gagasan/informasi (contoh 6 dan 19 kata penguhung ‘dan’)
b. Kecocokan: kesesuaiannya dengan konteks berbahasa dengan mempertimbangkan penutur dan petutur, keformalan, topik, waktu dan tempat. Dilihat dari santun tidaknya berbahasa. (contoh 18 dan 20 kata khusus ‘doping’ dan ‘tenggat’)
3. Syarat kalimat efektif: (1) kebenaran struktur dan (2) kecocokan konteks
Kebenaran struktur: (1) pada tataran frase susunan harus logis dan menggunakan hukum DM, (2) pada tataran kalimat, fungsi sintaksis harus lengkap.
Pada tataran yang lebih tinggi, kalimat suatu bahasa ditata sedemikian rupa dengan menggabung-gabungkan komponen-komponen yang lebih kecil seperti kata sehingga membentuk klausa atau kalimat. Manipulasi relasi antar komponen kalimat yang dilakukan secara sengaja akan menimbulkan efek lucu sehingga orang terpancing untuk tertawa. (Oktavianus, 2006: 51)
Pelanggaran pada kebenaran struktur kalimat berakibat pada ketidakefektifan komunikasi. Pada kalimat efektif terdapat hubungan yang gayut, sebagaimana diungkapkan maksim hubungan yang mengatakan ‘Usahakan agar informasi yang diberikan ada relevansinya’ telah menghasilkan berbagai interpretasi. Beberapa di antaranya mengartikan maksim ini sebagai ‘sejenis keinformatifan yang khusus’. Oleh Smith dan Wilson (dalam Leech) relevansi diberi definisi informal sebagai berikut:
Sebuah pernyataan P dikatakan gayut dengan sebuah pernyataan Q bila P dan Q, bersama dengan pengetahuan latar-belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan diperoleh hanya dari P ataupun Q, bersama dengan pengetahuan latar-belakang. (Leech, 1993:144)
Kecocokan pada konteks: (1) konteks bebahasaan artinya informasi antar kalimat pada satu konteks wacana (paragraf) harus saling mendukung, tidak boleh ada yang bertentangan. (2) konteks nonkebahasaan/konteks komunikatif merupakan kecocokan antara kalimat dengan unsur-unsur komunikasi seperti: siapa berkomunikasi dengan siapa, dalam situasi apa, topik apa, dengan menggunakan media apa, kapan dan di mana komunikasi itu berlangsung. Pelanggaran pada ketidakcocokan dengan konteks nonkebahasaan berakibat pada ketidaksantunan berbahasa.
Kaidah-kaidah sintaksis mengungkapkan hubungan-hubungan gramatikal antarkata dalam sebuah kalimat serta memperlihatkan kapan perbedaan struktural mengakibatkan perbedaan makna dan kapan tidak mengakibatkan perbedaan makna. Hubungan gramatikal seperti subjek dan objek, tidak selalu menuntun kita untuk mengenali ”siapa melakukan apa terhadap siapa”. (Kushartanti, 2005:127)
Agar terbiasa menggunakan kalimat secara efektif, ada 4 kiat yang perlu diperhatikan untuk memberikan tekanan atau penonjolan informasi yang dianggap penting. Keempat kiat tersebut yaitu: (1) pengulangan, (2) pengedepanan, (3) penyejajaran, dan (4) pengaturan variasi kalimat.
Seperti dikatakan Andre Moller (dalam Simanungkalit), sering diutarakan dalam berbagai forum bahasa, memang betul situasi kebahasaan di Indonesia menakjubkan sekaligus mengagumkan. Keberadaan beratus bahasa dalam suatu negeri tentu cukup unik, lebih-lebih untuk wisatawan Eropa yang terbiasa dengan hanya satu bahasa dalam negerinya masing-masing. (Simanungkalit, 2006:103)

Kiat pengulangan/repetisi dapat dilakukan dalam sebuah kalimat maupun pada antar kalimat, berupa pengulangan leksikal dan pengulangan semantik/penggunaan sinonim.

Kiat pengedepanan dilakukan dengan:
(1) penggunaan kalimat aktif untuk menonjolkan fungsi subjek
(contoh 1 Widodo Datang, MA Rapat Khusus )

(2) kalimat pasif untuk menonjolkan fungsi objek,
(contoh 19 Iwan dan Ayu Tercoret dari Pelatnas Sea Games)

(3) kalimat inversi untuk menonjolkan fungsi predikat
(contoh 5 Sempurnakan Kebijakan Mardianto)

(4) pengedepanan fungsi keterangan untuk menonjolkan informasi lain.
(contoh 18 Positif Doping, Landis Kehilangan Gelar Tour de France)

Kiat penyejajaran/paralelisme dilakukan dengan menggunakan struktur bentukan kata yang konsisten, baik dalam kalimat maupun antar kalimat.
(contoh 1 Widodo Datang, MA Rapat Khusus)

Kiat pengaturan variasi mencakup (1) variasi struktur: aktif-pasif, (2) variasi jenis: minor-mayor, berita-tanya-seru, panjang-pendek.
(1) Kalimat aktif-pasif
(contoh 16 Ganda Putra Pastikan Tempat di Final)

(2) Kalimat berita
(conoh 17 Rosi: “Saingan Saya Kini Pedrosa”)
4. Prasangka
Penulisan judul dan uraian dalam sebuah artikel tidak lepas dari unsur prasangka atau multi tafsir (contoh 1: Widodo Datang, MA Rapat Khusus), hal ini sesuai dengan kutipan berikut:
Pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri,atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. (Gorys, 2007: 15)
Ini menandakan bahwa sebuah judul dalam media massa diupayakan agar tidak meninmbulkan berbagai tafsir ganda, yang pada akhirnya akan mengurangi efektivitas penyampaian informasi.

D. Simpulan
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa judul-judul berita pada koran Suara Merdeka memiliki ciri tertentu (ejaan, diksi, struktur kalimat, dan variasi kalimat) yang dimaksudkan untuk mensugesti pembaca agar lebih tertarik, berubah pola pikirnya dan secara psiologis mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.















DAFTAR PUSTAKA


Keraf,Gorys, 2007. Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kunjana R. Rahardi, 2006. Paragraf Jurnalistik, Yogyakarta: Santusta.

Kushartanti, dkk, 2005. Pesona Bahasa, Langkah Awal Memamahi Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech Greoffrey, 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Oktavianus, 2006. Analsis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press.
Simanungkalit, Salomo, 2006. 111 Kolom Bahasa Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Tidak ada komentar: